Sejak konsep Bank dan deposito diterapkan secara nasional, Inggris telah menyaksikan banyak perampokan yang mindblowing. Untuk yang paling cerdik, Perampokan Baker Street tahun 1971 mungkin termasuk di antara yang paling hebat.
Selama awal tahun 1970-an,
Inggris menghadapi kesulitan keuangan dengan meningkatnya pengangguran dan pertumbuhan
ekonomi yang menurun. Di era yang sulit, dunia kriminal bawah tanah mulai
mencari cara untuk melawan tren tersebut dan seorang kriminal ala-ala bernama Anthony Gavin punya ide yang tepat.
Meskipun Gavin adalah bandit musiman, ia bukan pencuri kelas teri biasa. Ia
pernah mengikuti pelatihan militer di British Army Royal Fusiliers yang
membuatnya menjadi pribadi yang disiplin dan cerdas.
Di tahun itu, Setelah membaca salah satu cerpen Sherlock Holmes, Gavin memiliki ide untuk membobol brankas Lloyds Bank di 187 Baker Street, London.
The
Recruitment....
Anthony Gavin, yang berusia 38 tahun saat perampokan itu,
adalah mantan prajurit Royal Fusiliers Angkatan Darat Inggris. Dia dikenal
sebagai orang yang terorganisir, banyak akal, dan terampil. Dia juga memiliki
banyak koneksi dan kenalan sehingga ketika dia mempunyai ide untuk merampok
sebuah bank, menyusun kru untuk diajak dalam rencana perampokan terbesar dalam
sejarah, tidak terlalu sulit baginya.
Awalnya, dia membawa
rencananya ini untuk dia presentasikan kepada seorang lelaki bernama Reginald Tucker. Tucker
adalah orang 'bersih' tanpa catatan kriminal apapun, yang membuatnya sangat tepat
untuk mengisi rencana Gavin.
You
see,
dalam imajinasi Gavin, sosok ‘putih’ sangat diperlukan. Sosok yang dapat
membuka rekening bank Lloyds dan menyewa brankas penyimpanan dengan nama palsu.
Tucker, bagi Gavin, adalah kepingan puzzle yang tepat. Dalam misinya untuk
membuka rekening, Tucker dikomandokan untuk mengukur area di sekitar brankas
dengan payung, menghitung ubin lantai, dan memetakan seluruh area brankas
secara menyeluruh.
Mitra kedua Gavin, Benjamin Wolfe, diberi
misi berbeda. Dia disuruh menyewa toko 'Le Sac' yang terletak tak jauh dari
bank setelah memastikan bahwa toko itu memiliki ruang bawah tanah yang sangat
krusial untuk rencananya.
Kemudian, kru lain direkrut
untuk menempati posisi berbeda dalam rencananya. Thomas Stephen, seorang penjual mobil yang
menganggur, adalah ‘si otot’. Micky 'Skinny' Gervais adalah ahli elektronik yang didatangkan
untuk menonaktifkan alarm getaran brankas—yang sebenarnya, tidak diperlukan
karena secara kebetulan, ada pekerjaan jalan di dekat sana pada akhir pekan ketika
perampokan terjadi, sehingga alarm lantai brankas sudah dimatikan oleh pihak
bank itu sendiri untuk menghindari alarm palsu.
Bobby Mills adalah 'pengintai', pria dengan
Walkie-Talkie yang ditempatkan di luar Lloyds untuk mengawasi adanya potensi
kedatangan detektif Scotland Yard atau staf bank yang mungkin akan menggangu
aksi. Setidaknya satu orang di tim Gavin juga memiliki pengalaman dengan bahan
peledak, karena peledakan di terowongan bawah tanah merupakan aksi krusial dari
semuanya.
The
Heist..
Perampokan itu dimulai pada
akhir pekan tanggal 10 September 1971 pukul 5 sore sehingga para penjahat punya
waktu setidaknya sampai Senin tepat pukul 10 pagi saat staf bank membuka
brankas.
Apa yang akan mereka
lakukan, bagaimanapun, adalah sesuatu yang kemudian menginspirasi film The Bank
Job (2008) yang dibintangi aktor gundul Jason Statham. Mereka menggali
terowongan. Dimulai dari basement
restoran ‘Le Sac’, turun ke bawah tanah, dan dengan kalkulasi yang tepat,
membuat jalur tikus agar mereka bisa muncul dari bawah brankas Bank Lloyds.
Dalam pencapaian yang luar
biasa, tim tersebut berhasil menciptakan terowongan yang kokoh secara
struktural yang akhirnya membawa mereka tepat di bawah brankas bank.
Pada Jumat malam, 10
September, mereka sudah berada dibawah brangkas. Hanya tinggal dipisahkan oleh lantai
beton yang harus mereka hancurkan. Karena bank tutup selama akhir pekan, mereka
tahu mereka punya waktu hingga Senin pagi untuk masuk dan mengambil sebanyak
mungkin barang jarahan.
Bobby Mills, sang pengintai,
mengambil posisi di atap terdekat yang menghadap ke bank dan mengomunikasikan
semua yang dilihatnya kepada tim melalui walkie-talkie. Dengan adanya
pengintai, orang-orang di terowongan memulai kegiatan mereka untuk menerobos
masuk.
Percobaan pertama untuk
menghancurkan beton menggunakan dongkrak 100 ton tidak berhasil. Ketika alat
itu gagal melubangi lantai semen brankas, mereka mencoba tombak termal. Ketika
alat itu juga gagal, mereka beralih ke pilihan terakhir, bahan peledak.
Mengkoordinasikan ledakan
dengan lalu lintas di luar untuk meredam kebisingan, strategi yang berpotensi
menimbulkan bencana itu membuahkan hasil dan geng itu akhirnya berhasil membuat
pintu masuk.
The
Mistake...
Sebenarnya, ini hampir
menjadi perampokan sempurna apabila tidak ada sebuah kesalahan fatal yang
menghantam kru ini di saat yang tidak tepat. Oke, jalan sudah terbuka, segenap
uang, emas dan perhiasaan tinggal diangkut dan semua beres.
Sayang,
tidak semudah itu..
Robert Rowlands, seorang
penggiat radio sekitar, secara tidak sengaja rupanya mendengar percakapan Bobby
Mills, si pengintai dengan kru utama dibawah sana. Ia mendengarkan saat geng
tersebut membobol brankas. Rupanya, asap dan debu yang beterbangan akibat
ledakan membuat kondisi kerja di dalam brankas menjadi sulit dan geng tersebut
berdebat melalui radio mereka tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kru
‘tikus tanah’ memiliki dua pilihan. Memaksa masuk malam itu juga atau beristirahat
dan kembali beberapa jam kemudian ketika debu dari ledakan sudah turun dan
menghilang. Mereka, bagaimanapun, memilih pilihan kedua.
Setelah mendengar ini,
Robert Rowlands menelepon polisi setempat pukul 11 malam pada hari Sabtu, 11
September untuk memberi tahu mereka apa yang didengarnya. Polisi, yang malas
melakukan apapun di akhir pekan, hampir tengah malam pula, menolak datang saat
itu juga dan malah menyarankan agar Robert merekam percakapan tersebut.
Robert melakukan apa yang
polisi komandokan dan kembali menelpon pukul 2 pagi untuk memutar rekaman
percakapan para penjahat yang telah dia rekam. Polisi kini mendengarkan secara
serius.
Kali ini, polisi memutuskan
untuk bertindak.
Sayang beribu sayang bagi
kepolisian dan Robert, mereka sudah tau adanya tindakan perampokan, namun
informasi apapun yang Robert dengar, ayalnya tidak cukup untuk menyimpulkan
bank mana yang tengah dirampok (secara, Robert memang warga sekitar, namun
tidak secara harfiah ‘anak komplek’ 187 Baker Street, London)
Menggunakan informasi
seadanya, Kepolisian kemudian menghubungi semua bank di daerah sekitar dan
meminta mereka untuk segera membuka cabang dan memeriksa brankas. Yang tak
dapat dipercaya, adalah pada hari Minggu, 12 September, sore hari, petugas
polisi berdiri literally di pintu
depan brankas Lloyds Bank di 187 Baker Street bersama petugas yang bersangkutan
dan setelah melihatnya tidak terganggu, mereka melanjutkan untuk memeriksa bank
berikutnya. (Alamak, dilihat doang dari luar gak dicek dalamnya njir)
Disisi lain, para penjahat,
harusnya tau pengecekan itu terjadi mengingat Bobby Mills, si pengintai masih
diluar dan terus melapor. Namun ketika
para polisi kembali keluar dari Lloyds Bank dengan santai, Bobby sadar
bahwa keberuntungan masih dipihak mereka. Rencana masih bisa dilanjutkan.
Setelah 30 jam di dalam
brankas dan membongkar kotak deposit, komplotan itu berhasil melarikan diri
sambil membawa uang dan harta benda yang nilainya sekitar £3 juta, atau sekitar
£9-54 juta jika dinilai dengan nilai uang sekarang.
The
Big Surprise..
Senin pagi, ketika petugas
Lloyd Bank melakukan pengecekan rutin dan membuka brankas, apa yang mereka
temukan adalah ruangan berserakan, kotak-kotak deposit yang telah hancur karena
dicongkel linggis, dan lubang menganga di lantai brankas. Segenap harta benda
dari nasabah mereka, raib ditelan bumi.
Scotland Yard atau
kepolisian Inggris, kemudian menugaskan lebih dari 100 detektif untuk menangani
kasus ini dan penyelidikan dengan cepat membawa mereka ke Benjamin Wolfe.
Ini, adalah kesalahan fatal
kedua dari para penjahat.
Kita mengingat bahwa ketika
Gavin si pemimpin menyuruh Reginald Tucker untuk membuat rekening di Bank
Lloyds, dia dikomandokan untuk mendaftarkan nama palsu. Dan kemudian, itulah
yang Tucker lakukan. Sayang, Gavin entah lupa menginformasikan hal yang sama
kepada Benjamin Wolfie, rekrutan keduanya itu rupanya malah menggunakan nama
asli ketika dia mengisi formulir untuk penyewaan toko ‘Le Sac’ tempat pintu
masuk terowongan itu digali.
Tentu polisi langsung
menangkap Benjamin Wolfie.
Secara mengejutkan, entah
Wolfie pintar berkelak, tak lama setelah diinterogasi, Benjamin Wolfie malah
dibebaskan. Dia menyangkal semua tuduhan dan entah apa yang dia katakan atau
lakukan, polisi sangat kesulitan menyimpulkan keterkaitan Wolfie dengan
kejahatan yang terjadi. Dia dibebaskan walau masih dalam pengawasan.
Butuh waktu setidaknya
sampai tahun 1973 hingga polisi kemudian secara percaya diri melakukan
penangkapan tersangka. Gavin, Tucker, Stephens, dan Wolfe semuanya ditangkap
pada awal tahun 1973 dan dijatuhi hukuman atas kejahatan mereka. Hukuman 12
tahun. Wolfie, disisi lain, hanya mendapat delapan tahun. Peringanan hukuman
ini mungkin adalah buah dari kooperasinya dengan polisi dalam mengembangkan
kasus.
Adapun yang lolos dari
jeratan hukum. Micky ‘Skinny’ Gervais, sang ahli alarm, tidak pernah terlihat
lagi. Dua tersangka misterius yang dikenal sebagai 'Little Legs' dan 'TH' tidak pernah teridentifikasi, sehingga
beberapa orang bertanya-tanya apakah dua orang itu benar-benar ada atau hanyalah
anggota fiktif.
Pada akhirnya, dari £3 juta
yang dicuri, polisi hanya berhasil menemukan sekitar £200 ribu dari harta
curian tersebut. Sisanya, tidak pernah ditemukan lagi.
The
Conspirasy...
Hal menarik dari kasus ini,
adalah adanya konspirasi yang kemudian muncul beberapa waktu pasca kasus ini
memperoleh kesimpulan.
MI5, atau organisasi
mata-mata Inggis, sempat dituduh sebagai orkestra dari pencurian itu karena
dikabarkan, didalam Lloyd Bank, di salah satu kotak deposit, tersimpan sebuah
foto memalukan dari Princess Margaret, Countess of Snowdon.
Foto-foto yang dituduhkan
tersebut dikatakan sangat merusak sehingga Secret
Service harus mendapatkannya untuk memastikan benda itu tidak bisa
digunakan sebagai sarana blackmail
atau pemerasan.
Tentu teori ini sudah di debunked dan tidak ada bukti apapun yang
bisa menjelaskan atas keabsahan teori ini. Yah, lagian, ada ketidak masuk
akalan dalam logika konspirasi ini. Maksud admin, kalau itu bank di Inggris,
menyimpan sesuatu yang menjadi skandal bangsawan inggris, pemerintah tinggal
minta aja kenapa sih, gak usah pakai dibobol segala. v(-_-)v
End Of Story
Sumber :
https://www.history.co.uk/articles/the-baker-street-robbery
https://spyscape.com/article/did-mi5-spies-mastermind-britains-1-5m-baker-street-bank-robbery
https://wikipedia.org/wiki/Baker_Street_robbery
.
Baca
Juga :
- Bank Robbers Saga : Kasus Pencurian Berlian Terbesar di Belgia
- Mengenal Stockholm Syndrome, dan Perampokan Bank Yang Mendasari Istilahnya.
- Kisah Doris Payne sang Nenek Pencuri Perhiasan Internasional
- Kasus Balas Dendam Marianne Bachmeier atas Pembunuhan Anaknya
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The Payday Saga : Lloyds Bank Heist, Perampokan Bank Aneh yang Menyeret Mata-Mata Inggris"
Post a Comment