“Who Seek the Seekers?” Series
Translated
By Admin
Ini adalah bagian ketiga
dari cerita ‘Who
Seek the Seekers?’
.
“An
Unwelcome DIscovery”
Menjadi The Pure One ‘Contractor’, nyatanya
aku masih dibatasi pada taraf tertentu. Aku tidak tau apa itu, namun, itu
adalah hal yang paling aneh yang pernah terjadi padaku.
.
Aku sedang berada di rumah
sakit jiwa di suatu tempat di timur laut Perancis, ketika orang ini masuk. Dia
adalah Seeker, dan aku langsung tau dari gelagatnya.
Kulihat, dia dengan pelan mendekati
meja depan, dan berbicara kepada resepsionis bahwa dia ingin bertemu dengan “The Holder of Quantum”, menggunakan
bahasa inggris. Aku Sempat
mengerutkan dahi karena setahuku, dari 538 obyek, tidak ada nama Holder yang
seperti itu.
Si resepsionis perempuan itu
nampak kebingungan dengan permintaan sang orang asing. Dia dengan kemampuan
bahasa inggris yang seadanya, mencoba untuk menangani situasi. Disisi lain, si
tolol ini terus memaksa untuk bertemu Holdernya, dan berbicara panjang lebar
tanpa membiarkan si resepsionis menjawab apapun. Ada setidaknya 5 menit aku
harus mendengarkan perdebatan yang menggangu pagiku itu.
Kemudian, setelah sang
resepsionis benar-benar secara halus mengusir orang ini, dia nampak tersinggung
dan malah mengeluarkan pistol.
Aku yang terlanjur kesal pada
akhinya memutuskan untuk bangkit berdiri dan menusuk si bodoh itu dari
belakang. Menggunakan pedangku, si bodoh itu tersungkur ketika bilah cahaya
milikku menembus dadanya.
Kudengar si resepsionis
berteriak, dan bergumam tidak jelas dalam bahasa Perancis.
Aku hanya menepuk mukaku sendiri. Bukan hanya karena racuan si resepsionis itu mengganggu telingaku, tapi juga karena fakta bahwa ‘kepuasan ilahi’ tidak aku rasakan setelah aku membunuh orang ini. Tsk¸ Seeker ini adalah ‘perawan’, atau tidak memiliki obyek. Ini pasti pencarian pertamanya.
“Hei! Hei!! Diam jalang!!!”
bentakku kepada resepsionis yang masih meracau. Kulihat tangannya berada di
dekat gagang telepon, menandakan bahwa dia sudah menelfon seseorang, ketika aku
tengah sibuk menyesali ‘kepuasan ilahi’ ku yang tidak kunjung datang.
‘Astaga.’
Yah, sudah jelas perempuan
ini menghubungi polisi.
Ini bukan pertama kali, kau
tau? Ketika aku harus berurusan dengan penegak hukum. Bukan, aku bukannya takut
dengan mereka. Namun, membunuh orang normal, tidak peduli sebanyak apapun,
tidak akan ada kepuasan ilahi didalamnya. Kepuasan ilahi hanya datang ketika aku
membunuh Seeker yang memilik obyek.
Entah sejak kapan, itu malah
menjadi kebiasaan. Aku, secara tidak sadar, akan menghindari konflik dengan
orang biasa, karena itu sia-sia. Tentu, ada kalanya aku terpaksa membunuh orang
biasa ketika situasi sedang sangat menyebalkan.
“Mercy
(ampun)... Mercy...”
SLASH!
“KYAH!”
Aku mengayunkan pedangku itu
tepat ke leher resepsionis hanya untuk mendapati pedangku tidak bisa
memenggalnya. Aku sedikit tersentak. The Goddamned
Good Sword barusaja kehilangan cahayanya dalam tebasan itu, sehingga meninggalkan
sang resepsionis tidak terluka.
Aku mencoba untuk kedua
kalinya, dan hal yang sama terjadi.
“Hei hei! Omong kosong macam
apa ini? Hei! Malaikat Lemari Jam!, kenapa aku tidak bisa membunuhnya?” ujarku
kepada udara kosong, yang tentu saja tidak menghasilkan jawaban apapun.
“M-Mercy..
please.. mercy.”
Aku menoleh ke resepsionis
itu yang sudah benar-benar ketakutan. Dia terus bergumam ’mersi’ kepadaku yang
setahuku, adalah ‘terima kasih’ dalam bahasa Perancis.
Perempuan yang aneh.
Pada akhirnya, karena
dikejar waktu dan ada kemungkinan polisi akan segera datang, aku pun menyerah. Menatap
resepsionis itu yang ketakutan, aku malah merasa kasihan. Perepuan yang masih
muda, namun harus bekerja di tempat seperti ini.
“Keluarlah
dari pekerjaan ini, nona. Carilah pekerjaan lain, demi kebaikan jiwamu.” Ujarku
kepadanya dalam bahasa Inggris. Entah dia mengerti atau tidak.
Aku pun pergi setelahnya.
.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "'Who Seek The Seekers?' Chapter 3 : An Unwelcome Discovery"
Post a Comment