“Who Seek the Seekers?” Series
Translated
By Admin
Ini adalah Prologue
dari cerita ‘Who
Seek the Seekers?’
.
“Prologue”
Aku bukanlah orang yang
terlalu ambisius, yang berusaha membantai semua iblis dan manusia, membunuh,
mencuri, melakukan segala hal untuk mengumpulkan Obyek... ya, tidak, aku tidak
segila itu.
Mungkin, beberapa tragedi
memang terjadi. Namun, percayalah, aku belum kehilangan akalku. Semua ‘perbuatan
dosa’ yang telah aku lakukan, didasari alasan yang masuk akal. Aku membunuh
ketika nyawaku sendiri dalam bahaya, dan aku menyakiti hanya ketika aku tidak
punya pilihan.
Namun tentu saja, apa arti
pembelaanku dihadapan karma? Hukumnya begitu sederhana, namun aku terlalu
‘buta’ untuk memahaminya.
.
Begini, aku dulunya sangat
tangguh sebelum semua ini terjadi, kau tau? Balmung, Guilt
Meat,
ah sial, aku berhenti menghitung Obyekku setelah aku mendapatkan obyek yang ke
10. Entah kenapa, aku melakukan pencarian demi pencarian dengan terburu-buru.
Itu sensasi yang aneh,
karena aku termotivasi oleh penasaran dan rasa takut, dan ada semacam kepuasan
luar biasa ketika aku berhasil mendapatkan obyek demi obyek. Itu sangat candu.
Kala itu, aku benar-benar
tidak peduli semisal kenyataan akan berubah menjadi mimpi buruk abadi saat aku
selesai atau tidak. Pokoknya cari! cari! dan cari! Tau kan maksudku?
Aku merasa bahwa tempoku
sangat sempurna, dan aku akan bisa mendapatkan lebih banyak obyek dalam waktu
singkat.
Tapi, tentu saja, terkadang,
ekspektasi tidak sesuai realita. Well,
dalam kasusku, aku sepenuhnya dipaksa meninggalkan ekspektasi, ketika realita
menghantammku seperti benda tumpul tepat di kepala.
.
Aku ingat ketika aku baru
saja pulang dari membeli makan. Bahkan Seeker butuh makan kau tau?
Kemudian, aku mulai berjalan
kembali ke rumah, dan aku ingat aku berada di dekat semacam gereja atau tempat
omong kosong serupa. Aku tidak terlalu yakin, tapi entah dari mana, jantungku
berhenti berdetak. Maksudku, benar-benar berhenti, seolah-olah aku hanya punya
waktu lima belas detik lagi untuk hidup. Kepalaku rasanya mau pecah, dan suara terompet
yang entah darimana, tiba-tiba terdengar menggelegar di telingaku.
Sekarang, kau boleh
menghakimiku sepuasmu, tapi, persetan... terompet itu, benar-benar terompet
biad$b. Bahkan hanya dari memikirkannya, membuatku ingin tersenyum, berlutut dan
memuja. Memuja sesuatu yang entah
apa—memang tidak jelas terompet b$bi, anjin$, bajin$an.
Aku melakukan ritual
memalukan itu sekitar setengah detik, sebelum darah mulai keluar dari
telingaku. Dan hidung. Dan mata, dan mulut, dan dari lubang mana pun yang
tersedia. Kukatakan padamu, itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.
Lalu kemudian, aku menyadari
bahwa suara terompet itu hanya terdengar dikepalaku, dan tidak menggema di
udara. Setelahnya, aku menoleh untuk menemukan itu ada di sana. Kurasa aku harus menyebutnya dia, karena faktanya
aku ‘mendengar’ dia berbicara. Aku sempat tidak bisa melihat dengan jelas sosoknya,
karena mataku yang buram dan dipenuhi darah. Yang bisa aku pahami, adalah bahwa
dia melayang seperti bajing$n sombong di bawah sorotan cahaya. Tentu keadaannya
sangat menggangu karena suara terompet kepa$at terus terdengar di latar
belakang, sementara aku, di sini, benar-benar sekarat!
Beberapa saat berlalu sebelum
indraku, serta denyut nadiku kembali. Aku berhasil mengeluarkan darah yang
cukup untuk memenuhi wastafel dapur, belum lagi apa yang keluar dari tempat
lain, Aku merasa pusing. Meskipun begitu, aku kemudian bisa melihat lebih jelas
apa yang ada didepanku.
Tingginya sekitar dua puluh
kaki, dan tampak seperti lemari jam tua. Kau tau? Lemari jam yang biasanya ada
di rumah kakek nenekmu, yang akan berdentang dengan sangat menggangu ketika
jarumnya mencapai pukul 12? Yah itu! Walaupun, perlu kukatakan, bahwa bentuknya
sedikit berbeda, tetapi kau masih bisa paham bahwa itu adalah lemari jam.
Benda itu hanya berukuran
dua puluh kaki dari pusaran roda gigi berbentuk salib, yang ukurannya mulai
dari lebih besar dari mobil, hingga seukuran bulu mata. Tidak ada yang cukup
menyentuh satu sama lain, tapi semuanya berputar, dengan kecepatan
berbeda-beda, dan mengeluarkan dengungan yang tidak wajar. Walaupun terlihat
seperti benda mati, aku cukup yakin kalau dia adalah makhluk yang memiliki
kesadaran—ayolah, kita sebagai Seeker tau, diantara makhluk-makhluk aneh yang
pernah kita temui di dunia-dunia gelap, kampret seperti ini lebih normal dari
yang lain.
Tak perlu dikatakan lagi,
aku sedang tersungkur saat ini, dan yang terpikir olehku hanyalah berteriak
padanya, dan tanganku kemudian meraih (Object 485) Balmung, atau apa pun sebutan kalian.
Goddamned Sharp Sword (Pedang tajam terkutuk) begitulah aku menyebutnya.
Aku berhasil
terhuyung-huyung berdiri dan terus berteriak, bertanya pada makhluk sialan ini,
apa maunya, sembari berteriak di tempat publik seperti perebutan area parkir.
Dia hanya bergerak aneh, lalu melayang ke arahku tanpa berbuat apa-apa!
Kemudian ia ‘berbicara’
kepadaku. Aku benar-benar mendengar pikirannya, dan merasakan apa yang ingin
dia sampaikan, bahkan lengkap dengan visi yang langsung terpatri di otakku. Itu
seperti otakku dijejali memori yang baru, memori asing yang tidak aku inginkan.
Hal-hal yang aku lihat,
adalah sesuatu yang tidak jahat, namun sensasinya sendiri, begitu memuakkan.
Jika aku bisa, aku dengan senang hati akan melompat ke salah satu lubang yang
tidak seharusnya dimasuki. Atau jika disuruh memilih, aku akan memilih untuk
mengucapkan kata-kata yang salah di waktu yang salah ke wajah Holder daripada harus
merasakan sensasi itu lagi.
Di saat yang sama, aku
merasa bahwa tubuhku berubah menjadi krim. Tentu, itu hanya sensasi yang ada di
otakku, namun pahamilah, rasanya seperti tertabrak banyak sekali batu bara
dengan kecepatan yang luar biasa, menghantammu partikel demi partikel.
“Kau
banyak berasumsi, padahal kau hanya tahu sedikit. Beban yang kau kumpulkan
hanyalah pernak-pernik, dan pelayanan yang lebih baik sudah pasti mengambil
alih kesetiaanmu.”
Jadi, aku duduk di sana dan muntah,
sambil bertanya-tanya apa maksudnya dan akhirnya aku berkata 'FUCK YOU' dan
menebaskan pedangku pada tubuh makhluk atau ‘benda’ ini. Persetan dengan jenisnya.
Detik berikutnya, aku
terbaring telentang, tubuhku mati rasa, seperti ototku barusaja dilumpuhkan
oleh sengatan listrik yang luar biasa. Disisi lain, setelah kutebas, benda ini
bukan hanya tidak tergores, tapi malah bersinar
terang. Entah kenapa, kesan pertamaku melihat cahaya itu, adalah ‘holy’
“The
Pure One mengirimku dengan misi. Jadilah tercerahkan, manusia. Kengerian yang
pernah kau hadapi sebelumnya bagiku hanyalah semut dibawah seorang prajurit
lapis baja, yang memegang tombak bertangkai dan sepatu bot kulit”
Aku diam, masih mencoba
mengambil nafas. Dia jelas mengatakan omong kosong, namun aku kemudian menoleh
ke pedangku, lalu kearahnya yang bersinar.
Walaupun bukti
keperkasaannya sudah dia tunjukan, namun di dalam hatiku, aku masih sangat
tidak setuju. Maksudku, bahkan pemegang yang paling menakutkan sekalipun,
bahkan tentara kegelapan yang menghadang di cakrawala, bisa ku tebas dengan
pedangku. Namun dia? ini? Benda ini? Benda apa dia ini?
Tidak mungkin, tidak
mungkin. Aku kemudian bangkit dan menatapnya. Kami hanya berdiri di sana, untuk
beberapa saat, dan bentuk komunikasi yang dia lakukan langsung menuju batinku,
tidak mengatakan apa-apa lagi.
Meskipun begitu, aku mulai
memilah-milah apa yang dikatakannya, serta informasi yang dia berikan ke otakku
melalui kekuatannya. Dan, ya, ketika wahyu ilahi menghampirimu, kau tidak boleh
mengabaikannya. Benar kan?
Jadi ya, saat itu juga, detik itu juga, aku tahu apa yang terjadi, dan setelah beberapa ‘perbincangan’
kemudian, yang akan kusimpan antara aku dan makhluk sialan itu, aku mengerti
maksudnya.
Pada dasarnya, dia adalah
utusan ‘sesuatu diatas sana’, entah tuhan, entah celestial atau apalah, aku
tidak peduli. Dia kemudian menawariku untuk menerima semacam misi. Dia juga berjanji
memberiku hal yang lain. Sungguh, aku selalu cepat dan kuat, namun semisal ada
cara untuk bertambah cepat dan bertambah kuat, aku selalu terbuka untuk
negosiasi.
Ngomong-ngomong, izinkan aku
memberitahumu tentang misi ini. Karena ini adalah misi yang sangat menyebalkan!
Satu-satunya syaratnya adalah aku harus menyerahkan semua obyek yang kudapat. Menyerahkan
dalam artian, melepas ‘kelekatan’ atau kepemilikannya supaya aku ‘bersih’.
Tidak, obyek-obyek itu
bahkan tidak dia sita. Itu hanya akan ‘dilepaskan’, seperti bebek dilepas di
danau, dan biarkan mereka pulang ke induknya (Holder yang asli) atau tersesat
(ke tangan Seeker lain). Semua itu tidak masalah.
Tapi kawan, aku sudah
menduga ini adalah mission impossible. Tahukah
kalian apa yang lebih mengerikan dari Holders? Lebih berbahaya dan, sejauh ini,
lebih tidak dapat diprediksi? Astaga, itu tentu saja para Seeker! Aku tau,
karena secara tekhnis, aku juga ‘pernah menjadi’ bagian dari mereka.
Meskipun begitu, aku merasa
sangat sulit untuk menolak. Kau mungkin tidak paham, namun gambaran yang dia
perlihatkan kepadaku, serta kalimatnya yang persuasif, membuat diriku hanya
bisa menerima tawarannya. Entah ini sihir atau apa, aku tidak paham lagi.
Kemudian, setelah Balmung
dilucuti dari diriku, sosok didepanku memberikan pendang lain sebagai gantinya.
Itu adalah pedang bercahaya yang ‘terbuat dari badannya’. Taklupa, dia
memberitahuku bahwa “jalan untuk mencoba
mengumpulkan benda-benda itu bodoh dan pada akhirnya sia-sia”—itu adalah
pesan dari Master nya dan bukan
berasal dari dirinya sendiri.
Pada akhirnya, aku menerima
tugas yang dibebankan kepadaku.
Mereka yang terjebak dalam ‘siklus
gelap’ ini memiliki tujuan mereka masing masing. Aku pernah mengengar cerita
tentang sosok bernama ‘Slayer’ yang membunuhi para Holder. Kebalikan darinya,
misiku adalah membunuhi para Seeker.
Sosok itu menjelaskan, bahwa
rupanya Seeker manapun yang kubunuh dengan pedang bercahaya ini, akan langsung
menemui The Pure One untuk diadili.
Metode perburuan apapun yang kugunakan tidak masalah, selama yang membawa
kematian di akhir adalah pedang ini.
Purge.
Penyucian.
Jika surga sudah
berkehendak, lantas validasi seperti apa yang bisa manusia katakan untuk
menolaknya?
Opiniku sudah tidak lagi
valid sedetik setelah ‘malaikat’ itu mendatangiku.
.
.
Catatan
Admin : Silahkan gunakan tombol NEXT/PREV untuk navigasi antar
Chapter
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
"the pure one" ini karakter baru lagi kah?
ReplyDeleteYa bro..
DeleteJangan sampai bingung dengan "The Dark One" Si pemilik Black King Sword
.
Kedua sosok ini, tidak "berkebalikan" Atau bahkan berhubungan sama sekali
gila menarik banget ini padahal baru prologue
ReplyDeleteKalau yang ini, "series beneran", soalnya ada 10+ chapters.. Gak kayak strange waters kemarin yang terpotong pendek karena karakternya.. You know lah..
Deleteapakah di next chapter "the pure one" ini muncul?
Deletezehaha.. no spoler.. silahkan cari tau sendiri ketika seluruh chapter sudah tersedia..
DeleteSip selalu ditunggu dah next chapternya wkwkwkw
Delete