Diambil
dari theholders.org
Ini adalah bagian kelima
dari serial ‘Ieunitas, Infectus, Talius’
.
“Fatalis
Incursium.”
.
“Well..
Well.. Well.. Lihat siapa ini, wajahmu berbeda, namun
auramu benar-benar seperti terakhir ku ingat.”
“Legion.” aku menegurnya.
“Jadi, apa alasan kunjungan
ini? pertandingan ulang, atau sekedar minum teh?”
Aku diam mengamati. Dia terlalu
santai untuk orang yang sudah tidak abadi.
“Tentu saja untuk
membunuhmu.” Ujarku.
Legion mendengus.
“Membunuhku? Memang bisa? Tidakkah pertarungan terakhir kita mengajarkanmu sesuatu? Abadi artinya tidak bisa mati.” Ejeknya.
Mendengarnya, aku tersenyum
lebar. Yah, dia hanya menggertak. Dia dan aku tau bahwa dia telah kehilangan
keabadiannya.
“Sejauh yang aku tau, ini
akan menjadi pertarungan yang adil.” Ujarku.
Aku kemudian mengeluarkan ‘rahasiaku’
dari sarung putihnya. Legion nampak takjub ketika pedang berwarna gelap aku
keluarkan darinya. Dia menggertak lagi.
“Hanya itu? Satu Object
untuk melawanku yang memiliki 2000?” ujarnya sombong.
Kemudian, tanpa basa-basi,
aku langsung menyerangnya. Satu tebasan di udara dan aura hitam langsung
meluncur kearahnya. Dia terpental dan menabrak tembok, tersungkur untuk
kemudian batuk berdarah.
Aah, benar-benar memuaskan.
“Aku adalah penguasa Void. Kau pikir aku tidak akan tau apa
yang terjadi di dunia fana? Dunia yang ada dibawah keberadaanku? Aku tau bahwa
The Balance baru saja menghilangkan keabadianmu. Aku juga tau bahwa kau kini
sedang ada di keadan paling lemahmu.” Ujarku kepadanya.
Kulihat dia menatapku dengan
tatapan kebencian. Melihatnya saja, membuatku merinding. Tidak, ini tidak
merinding karena takut, tapi karena kepuasan. Benar! Begitu! Tunjukkan wajah yang lebih menyedihkan lagi!!
“Aph—Uhuk.. Itu.. hah..
bukan obyek?” tanya Legion terbata-bata.
“Oh Ini?”
“...”
“Bukan. Ini bukan Object.
Ini adalah produk dari kegelapan. Sesuatu yang dimakan oleh Void, dan kemudian dimuntahkan lagi,
karena Void itu sendiri kini tunduk
kepadaku. Jika kau ingat pedang yang pernah kau gunakan dulu, well ini, adalah
kebalikannya.” ujarku bangga.
“Pedang..
Raja.. Hitam..”
Aku tersenyum mendengar dia
yang mengetahui nama ‘rahasiaku’ ini.
“Kau benar sekali, Legion
Perkasa.”
.
Pedang Raja Putih pernah menjadi
Obyek milik Legion. Namun karena suatu alasan, pedang itu dia lepaskan dan kini
tidak lagi dia miliki. Aku tau, karena aku bisa merasakan pedang itu berada di
bumi. Dimiliki oleh Seeker lainnya, dan tidak digunakan untuk meraih potensi
terbaiknya.
Fakta bahwa Legion sendiri
belum merebutnya kembali, bahkan benar-benar membuatku heran. Padahal, Pedang
Raja Putih adalah pedang Favorit Legion, setahuku.
.
Aku berjalan terus
mendekatinya. Dia, dengan bersusah payah mencoba keluar dari reruntuhan tembok
yang menjebaknya. Kulihat dia nampak panik ketika langkahku semakin mendekat.
Kemudian, aku berhenti.
Ketika aku berada di
depannya, aku mengulurkan tanganku, mencoba membantunya berdiri.
Dia menatapku aneh.
“Ayo bagkit...”
“...?”
“...Aku yakin kau masih
punya tenaga untuk membuat ini menjadi lebih menyenangkan.” ujarku.
Mendengar ejekanku, yang aku
tau benar-benar tepat menusuk harga dirinya, kulihat dia meludah dan menepis
tanganku.
Aku terkekeh.
Aku kemudian menendangnya
lagi, dan dia terhempas ke samping.
“Keluarkan senjatamu!
Legion!!” teriakku.
.
.
.
Menyedihkan.
Ini benar-benar menyedihkan.
Aku mengharapkan sebuah
pertarungan maha dahsyat yang minimal akan menghancurkan benteng ini sampai
rata dengan tanah. Namun yang aku dapatkan, adalah sosok pecundang yang
mati-matian bertahan dari seranganku yang setengah hati.
Why?
Ya aku tau dia sudah tidak
abadi. Namun, kenapa dia sedari tadi tidak menggunakan kekuatan obyeknya? Dia benar-benar
mencoba membuat ini seperti pertandingan ksatria didalam Colosseum, dan tentu
saja, ini membosankan
Aku bahkan sampai berada di
titik tidak tega, ketika kulihat dia langsung tercekik dan batuk berdarah,
hanya dari aura mematikanku—itulah kenapa, aku pada akhirnya menonaktifkan
kekuatan itu.
Tidak, ini tidak
menyenangkan. ini tidak memuaskan.
.
“... Si Balance itu melakukan
sesuatu yang lain kepadamu ya?” tanyaku.
Dia yang kelelahan nampak
tersentak.
“Apa yang terjadi? Dia menyegel
kekuatanmu? Membuatmu tidak bisa menggunakan obyek?”
“Diam!” balasnya sedikit
marah.
Sepertinya, tebakanku
benar-benar on point.
“Ahh.. kalau aku tau akan
seperti ini, harusnya aku datang membantumu ketika kau bertarung dengan
Balance.” Ejekku.
“Kubilang diam, brengsek!”
Aku tertawa. Apapun itu,
mengejeknya benar-benar menyenangkan.
.
Kemudian, aku menyerangnya
lagi.
Aku bertemu langsung
dengannya, kedua pedang kami berbenturan dengan dentang keras. Entah kenapa,
aku merasa sangat mudah untuk menebasnya sekarang.
Namun, aku belum mau
melakukannya.
Wajah putus asa itu, wajah
kesakitannya...
... aku ingin melihatnya
lebih lama.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #5 : Fatalis Incursium"
Post a Comment