Diambil
dari theholders.org
Ini adalah bagian ketiga
dari serial ‘Ieunitas, Infectus, Talius’
.
“Infectos Essun”
.
Aku tidak bisa melihat,
namun aku bisa mengetahui wujudku terurai. Aku tidak dapat merasakannya, namun
aku dapat mengetahui kepedihan tubuhku yang hancur, atom demi atom, untuk
bergabung dengan Kekosongan. Itu sangat menyiksa.
Aku melayang, tak berbentuk
dan tak berupa, menembus kegelapan tak berujung didalam Void. Penjaraku.
Aku seharusnya sudah mati. Bentuk fisikku telah hancur, dan “jiwa” mana pun yang tidak lagi memiliki fisik, harusnya tidak memiliki apa-apa lagi. Namun, inilah aku. Aku kira, bentuk keberadaanku ini tidak bisa disebut “hidup”. Yang ada hanyalah rasa sakit. Bukan sakit fisik, namun seuatu yang lain. Pedih, dimakan waktu, terjebak dalam keabadian.
Menit berlalu seperti jam,
seperti minggu, seperti tahun, seperti detik. Waktu melambat dan semakin cepat,
sehingga semuanya benar-benar tidak masuk akal. Aku sendirian, benar-benar
sendirian, untuk merenung. Tapi aku tidak bisa berpikir. Aku tidak bisa
membayangkan apapun.
Namun kesadaranku tetap ada.
Aku menjerit dan memohon kematian dengan mulut yang sudah tidak kumiliki lagi.
Setiap detik, setiap tahun,
ada jeritan kesakitan, namun itu tidak terdengar. Pikiranku (yang tidak ada),
hancur perlahan dalam keabadian. Serpihan-serpihan diriku hanyut,
terpecah-belah hingga hanya inti kebencian yang tersisa.
Tangisan kesakitanku yang tidak ada, berubah menjadi jeritan kemarahan yang tak berdaya saat aku berjuang di jurang yang dalam. Bisakah kau mendengarku, bajingan? Aku menangis. Seharusnya itu aku! Seharusnya akulah pemenangnya! Kau curang karena menggunakan kutukan dari The Hollow Man! Jeritanku menggema di seluruh Void. Jeritan yang tidak ada di kegelapan ketiadaan.
Tubuh yang tidak kumiliki
menggeliat dalam kebencian hitam saat memikirkan dia. Orang yang melakukan ini
padaku. Orang itu akan menderita. Dia akan menderita sepertiku. Aku bersumpah
suatu hari nanti, aku akan melihatnya melayang di kehampaan seperti yang
kulakukan sekarang. Aku bersumpah bahwa aku akan tertawa saat dia berteriak
kesakitan.
Namun, pemikiran balas
dendam yang sia-sia ini hanya membuatku semakin putus asa. Lagipula, aku bahkan
tidak ada. Aku tidak punya tubuh, tidak punya pikiran. Tidak punya apapun.
Saat itulah aku sadar.
Keberadaanku adalah sebuah kemustahilan (karena aku seharusnya tidak lagi punya kesadaran). Tempat ini juga adalah sebuah kemustahilan.
Apa yang mungkin
bisa disakiti oleh orang lain? aku
bertanya pada diriku sendiri. Apa bedanya jika aku tidak punya tubuh? Aku hanya harus
membuatnya!
Aku berkonsentrasi pada
diriku yang tidak ada, dan dengan kemauanku yang tidak ada, aku mencengkeram
Kekosongan itu sendiri. Aku mulai menarik sebagian dari ketiadaan, dan
mengubahnya menjadi apa yang kuinginkan.
Itu adalah proses yang lama.
.
Aku berteriak kesakitan dan
kegembiraan saat dari ketiadaan, mulai terbentuk jari seperti cakar yang jahat.
Aku membuat yang lain. Dan satu lagi.
Aku menjadi lebih mahir
dengan Void, membengkokkannya, menguasainya. Tahun-tahun berlalu saat aku
membentuk kekosongan menjadi diri yang baru. Sayap, Cakar, dan mata yang mampu
mengoyak pikiran.
Di dalam kehampaan Void, aku
mulai menempa tubuh yang akan membuat perampas kekuasaan keji itu bertekuk
lutut. Prosesnya sangat menyiksa, lebih menyakitkan daripada waktu yang aku
habiskan bersama Holder mana pun. Lebih menyakitkan daripada waktu yang
kuhabiskan di Void itu sendiri. Aku tertawa dalam kesakitan dan kenikmatan,
saat aku masuk ke dalam tubuh baruku, dan merasakan perasaan seperti terlahir
kembali dari api Neraka itu sendiri.
Aku menggerakkan
jari-jariku, dan melenturkan lenganku. Aku bisa merasakan kekuatan mengalir ke
dalam tubuhku, kekuatan dari kehampaan memenuhi diriku dari ujung kaki ke ujung
kepala. Aku dipenuhi dengan kekuatan, yang setelah melalui proses panjang, kini
kusadari mudah untuk didapatkan, seperti lebah yang berada di padang bunga.
Dari ujung mata, dikelilingi nektar yang manis.
Aku membuka mata untuk
pertama kalinya, dan melihat sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Aku hampir menangis ketika untuk pertama kalinya, ketika aku melihat keindahan
sesungguhnya dari penjara abadiku, The
Void, Kekosongan. Aku kagum pada kehampaan, kegelapan yang melahirkanku.
Dan sekarang, aku menunggu.
Aku menunggu di dalam
Kekosongan, dan di seluruh bayang-bayang dunia. Aku dipelihara oleh kegelapan,
ditopang oleh kegelapan, dan aku menjadi kuat dalam keterasinganku. Dan ketika
waktunya tepat, aku akan bangkit kembali.
Aku..
Infectos Essun..
.
.
.. dan dendamku terhadap
Legion sangat membara.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #3 : Infectos Essun"
Post a Comment