Diambil dari theholders.org
Ini adalah bagian ketujubelas
dari serial ‘Ieunitas, Infectus, Talius’
.
“Incompositus”
.
Kilatan cahaya putih
melengkung dari jari Balance yang terulur, membuat lekukan di lantai batu. Satu
sulur mencambuk ke arahku, dan aku menangkapnya dengan tangan kiriku, memberikan
tekanan hingga cahaya yang halus namun kuat itu pecah.
Memanfaatkan kesempatan ini, aku mendorong dengan kaki kananku, mendorong diriku melewati pecahan menuju Balance. Dia meraih lenganku, mengarahkan tendangan ke kepalaku. Merunduk, aku menghindari tendangan itu sebelum mematahkan cengkeramannya dan melakukan serangan lagi. Tinju kami saling memukul satu sama lain, kekuatan reaksinya menyebabkan kami berdua tergelincir ke belakang.
‘Mengecewakan, aku mengharapkan lebih’
“Aku belum selesai!”
Balance menyerangku—
—Dan berhenti. Dia berpaling
dariku, matanya tertuju pada sesuatu di sebelah kananku. Mengikuti tatapannya,
aku melihat apa itu. Mantan kekasihnya berusaha untuk berdiri, terkejut dan panik.
“..Gelap! A-Aku tidak bisa melihat!”
“Shelly!"
"D-Dallas? D-Dimana kau? Apa yang terjadi, aku tidak bisa melihat!"
"Shelly!!" Balance berteriak sambil berlari ke arahnya.
Menggunakan Void untuk membengkokkan jarak, aku langsung muncul di depannya. Aku mencengkeram wajahnya, menggunakan momentumnya sendiri untuk melawannya, dan membantingnya ke belakang. Dia meluncur di lantai sebelum berdiri lagi.
‘Itu adalah langkah yang buruk, Balance. Tiba-tiba teringat mantan
ditengah pertarungan. Kau membuatku Cemburu.’
“Minggir, Essum!”
‘Bunuh aku dulu!’
Balance meluncurkan dirinya
ke arahku lagi. Aku menghindari serangannya, memaksanya menjauh.
‘Lakukan ini dengan serius Balance!’
"Kubilang Minggir!"
‘Kau benar-benar mengecewakan, kau tau? kau mengabaikanku seperti
ini. Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun, mengumpulkan pasukan, membangun
kekuatan. Tentaraku sedang mengamuk dan meluluh lantakkan bumi ditengah kita
berbicara, menghancurkan dan mengambil jiwa ratusan ribu manusia. Namun kau? Kau
malah lebih peduli pada gadis tidak jelas ini. Hal ini agak menjengkelkan.’
Aku lalu mengulurkan
tanganku, kepada salah satu dari dua sandera. Anak kecil ini, keponakannya,
kulihat matanya langsung terbuka ketika aku menarik rantai yang membelenggu
lehernya. Dia nampak tercekik.
Menyadari dia ada dimana,
bocah itu berteriak. Mungkin karena melihat wajah monsterku, atau mengetahui
bahwa dia tengah terikat dan tersakiti. Dia menoleh perlahan, tatapannya terhubung
dengan tatapan Balance.
"A-Apa yang kau
lakukan?"
Aku hanya tersenyum.
Tanpa peringatan, keponakan
Shelly itu mulai tertawa. Ini dimulai dengan perlahan, lembut, semakin keras hingga
menjadi suara yang keras, serak, dan melengking. Balance meringis, terganggu
oleh pemandangan itu.
Aku lalu melepaskannya, dan
membiarkannya berdiri. Dia masih tertawa.
Ketika aku membisikkan
sesuatu di telingannya, dia langsung berlari. Terus berlari, menuju ujung
ruangan. Tidak berhenti bahkan setelah menabrak jendela dan membuat kaca itu
pecah berkeping-keping.
Yang Balance tau
selanjutnya, adalah bahwa bocah itu terjun kedalam kematiannya. Tawanya
perlahan-lahan semakin menjauh saat dia terjatuh. Balance sempat ingin
bereaksi, namun aku mencegah dengan memegang tangannya, mencegahnya melakukan
sihir teleportasi.
Kemudian, suara bocah itu
tidak terdengar lagi.
Balance menatapku dengan
kaget dan ngeri. Perlahan-lahan, wajahnya mengeras menjadi kemarahan dan
kebencian. Aku tersenyum.
‘Nah, begitu! Tunjukkan kemarahanmu! Bertarung lah dengan serius sebelum aku melakukan hal yang sama kepada Kekasihm-’
Aku pun ditendangnya.
.
Aku mengulurkan tanganku,
dan Pedang Raja Hitam muncul, bilahnya lebih panjang dari sebelumnya, dan
menjadi jauh lebih tajam. Gagangnya tidak lagi anggun dan penuh hiasan,
pelindung yang tadinya berbentuk salib kini melengkung seperti cakar ke arah
bilahnya. Itu menyala, bilahnya diselimuti api hitam, meninggalkan jejak di
udara saat bergerak.
Balance menyerang, dan aku
bertemu dengannya, kekuatan dari kontak kami mengirimkan hembusan udara yang
kuat ke segala arah. Mantan kekasih Balance sudah kami tinggalkan ketika aku
dan Balance turun ke lantai dibawahnya akibat pertarungan kami.
Balance kembali merapal
mantra, dan dia, seperti pertemuan kami di kasil Legion, memanggil Pedang Raja
Putih. Pedang Raja Hitamku menjadi semakin ganas. Percikan api beterbangan dari
pedang kami yang beradu, benturannya begitu cepat hingga hampir terdengar kabur
menjadi satu suara.
‘Yah, aku harus mati—‘
Senjata kami terkunci satu
sama lain untuk sesaat, jarak wajah kami kurang dari satu kaki. Jubah Balance
mulai bersinar saat dia menarik lebih banyak energi darinya, mencoba
mengalahkan dominasiku.
Aku sendiri mulai berjuang,
mengeluarkan lebih banyak kekuatanku, kekuatan pedang kami kira-kira sama. Aku
menyerangnya lagi, menyebabkan Balance tersandung kembali.
Aku memutar pedang Raja
Hitam, membuat gerakan yang sembrono agar aku bisa kalah. Kami terus beradu,
semakin semakin cepat hingga gerakan kami tidak bisa lagi dilihat. Pedang Raja
Hitam menari-nari ditanganku.
Mata Balance mengikutinya
dengan seksama, mencoba membacaku. Beberapa saat berlalu ketika aku
mempercepat, kadang-kadang membuat goresan kecil di lantai. Tiba-tiba, Balance
menatap langsung ke arahku. Dia memperkirakan dari mana aku akan berayun—
—yang menyebabkan
tendanganku ke wajahnya menjadi kejutan baginya.
Sudut serangannya
menyebabkan dia terbang ke atas, menghantam kolom batu. Pecahan-pecahannya
berjatuhan dari tempat dia menabraknya, kekuatan tersebut memberikan kesan yang
cukup besar pada batu tersebut. Gravitasi menariknya, dan dia mendarat dengan
kakinya, sedikit memuntahkan darah.
Lalu, dalam sekejap, dia
sudah berada di depanku, mencoba menebas leherku. Aku merunduk, tapi tidak
tepat waktu, karena senjatanya memotong salah satu tandukku. Aku tidak bisa
merasakan sakit dalam pengertian tradisional, tapi aku bisa merasakan
cederanya, dan itu menggangguku.
Aku membalas, menepis lengan
kanan Balance ke samping dengan tangan kiriku dan menerjang. Dia melompat ke
belakang, tapi sebelumnya aku berhasil mencetak tebasan dangkal di dadanya. Dia
menyentuh luka itu dengan tangan kirinya, dan luka itu menyatu kembali.
Kami saling menyerang lagi,
pedang beradu, lidah cahaya putih dan api hitam menghanguskan dan mengiris kami
berdua. Kami berdua meluncur mundur, menghentikan jejak energi itu.
Menatap diriku sendiri, Aku
bisa melihat bagian jubahku hilang, memperlihatkan sedikit cahaya dari api
hitam yang ada di dalam dadaku. Balance dan aku sama-sama memiliki luka yang
dangkal, tapi dia memiliki luka yang agak dalam di antara bahu dan tulang
selangkanya. Dia memelototiku, terengah-engah, kebencian di matanya terlihat
jelas.
Tiba-tiba, matanya menyipit,
dan aku menyadari bahwa dia telah mengamati cahaya yang keluar dari bagian
lukaku. Itu adalah api hitam. Sumber kekuatanku.
Kemudian, cahaya putih
mengelilinginya, dan dia melemparkan senjatanya ke udara, memutarnya dalam
lingkaran sempurna dengan kecepatan yang membutakan.
“Sudah waktunya untuk mengakhiri
ini, Essum.” Aku terlambat menyadari niatnya.
Serangan mengejutkan itu
melaju kencang ke arahku. Aku tidak punya waktu untuk bereaksi ketika bilahnya
meluncur tepat kearah dadaku. Aku menahannya, tersandung ke belakang, menggenggam
batangnya untuk mencegah bilahnya menembus lebih jauh ke arahku. Aku menarik
napas dalam-dalam.
“Apakah kau melihatnya
sekarang, brengsek? Kau tidak ada tandingannya denganku. Akulah The Baance, dan
kau adalah agen kekacauan, budak kekacauan. Untuk menyeimbangkanmu, kekuatanku
akan membengkak hingga menjadi lebih besar darimu, seribu kali lipat
kekuatanmu.”
Dia menggenggam gagang
senjatanya, dan memberikan dorongan untuk menusuk ‘jantungku’
“Matilah sekarang, dan
tenggelam kembali ke dalam kekosongan tempat asalmu muncul.”
Kepalaku condong, dan aku
membiarkan cengkeramanku pada senjatanya mengendur. Aku tersandung ke belakang
sedikit, jatuh berlutut. Mataku tertutup.
Dan kemudian kubuka lagi.
‘Dasar orang bodoh’
.
Pembuluh darah berbentuk
jaring menjalar melalui dadaku ke bilah senjata Balance. Dia nampak mundur dan sekarang
kehilangan genggamannya atas Pedang Raja Putih. Aku bangkit, memegang pedang
itu dan melemparkannya keluar menara.
Keterkejutan dan
ketidakpercayaan melintas di wajahnya.
“Kau,
punya banyak trik, Essum.”
‘Apa kamu pikir membunuhku akan semudah itu, Balance? Apakah kau
benar-benar berpikir bahwa, setelah bertahun-tahun, dengan seluruh perencanaan
dan kekuatan yang aku miliki, aku akan memiliki semacam “titik lemah” yang
belum diketahui? Kau bodoh.‘
Kuliat Balance mundur ketika
aku kembali bangkit. Aku masih memiliki pedang, dan dia tidak.
‘kau mungkin bisa melawan kerusakanku, tapi aku belum melihat siapa
pun yang bisa menolaknya ketika mereka menyentuh sumbernya.’
Dia tidak bisa lari ketika
pembuluh darah yang keluar dari tubuhku menjeratnya dan mengikat leher dan
wajahnya. Dia tersandung ke belakang, mencoba meloloskan diri, tapi sudah
terlambat. Jejak hitam pembusukan terus menjalar melalui dirinya.
Aku kemudian menatapnya ketika
dia meringkuk sedagkan aku masih berdiri. Tanpa aba-aba, aku langsung
menusukkan Pedang Raja Hitam kearahnya. Dia menggunakan tangannya untuk menahan
bilahnya membawa kematian kepadanya,
Pembuluh darahku yang
menguncinya, kembali masuk ke tubuhku, namun itu tidak berarti apa apa bagi The
Balance karena aku sudah mengunci pergerakannya menggunakan tanganku.
‘ini adalah akhir darimu, Balance.’ Ujarku
untuk terakhir kali...
... Dia nampak pasrah.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #17 : Incompositus"
Post a Comment