Diambil dari theholders.org
Ini adalah bagian ketigabelas
dari serial ‘Ieunitas, Infectus, Talius’
.
“Initium”
.
Seorang lelaki berlari di
kegelapan malam. Keringat mengucur deras begitu juga darah di beberapa lukanya.
Meskipun begitu, dia tidak terganggu. Yang dia rasakan hanyalah kesenangan
ketika dia berhasil membawa sesuatu dari perjalanan kematiannya.
Object.
Itu
nyata!! Itu nyata!!
Dia terus berlari, sebelum kemudian tersandung karena terlalu bersemangat. Kepalanya terbentur pada permukaan datar dan dia tak sadarkan diri.
Gelap, dia hanya tau gelap.
.
Praetorius.
Siapa...
apa ini? Apakah kau... Objeknya?
Ha! Kau benar-benar tidak tahu apa-apa, ya? Orang bodoh yang telah
membaca tentang Object dan menganggap dirinya seorang Seeker. Kau menyedihkan.
Tidak ada apa-apa.
Siapa
kau?
Namaku tidak berarti apa-apa bagimu.
Mengapa
kau di sini?
Tidak akan ada gunanya bagimu untuk mengetahui,
Lalu
apa yang kamu inginkan dariku?
*tertawa*
.
Praetorius terbangun dengan
kaget, tawa terngiang di telinganya. Ada sensasi hangat di dahinya, dan dia
menyadari setelah menyentuhnya bahwa itu berasal dari benturan ketika dia
jatuh.
Rasa mual dan pusing menguasainya
saat Praetorius mencoba berdiri, namun dia terjatuh lagi, kepalanya pusing dan
sakit. Terengah-engah, mencoba lagi, usahanya jauh lebih berhasil di percobaan
kedua.
Dia mendongak keatas, dan
cahaya bulan purnama seakan menyinari. Undakan batu yang tak kenal ampun terasa
dingin di kakinya. Sambil memegangi obyeknya, dia mengambil langkah tentatif
pertama di malam hari, berhasil berjalan dengan gaya berjalan yang mirip dengan
normal.
Dia kemudian memulai
perjalanan sejauh satu mil kembali ke rumahnya di bawah bintang-bintang yang
tampaknya tidak ada dalam keremangannya.
.
Kota ini tersebar dan tidak
terorganisir—jarak dari pusat kekuasaan dan peradaban masyarakatnya, cukup jauh—Praetorius
tidak melewati rumah lain sebelum mencapai rumahnya sendiri, karena rumahnya itu berada lebih pinggir lagi.
Sambil mendorong pintu kayu
hingga terbuka, dia hanya perlu mengambil beberapa langkah ke dalam rumah
sebelum dia bisa melihat sosok yang dia rindukan nampak tertidur di meja.
Praetorius menutup pintu
dengan lembut, menyingkirkan benda yang sedari tadi dia bawa sebelum kemudian
berlutut melihat sosok yang tidur. Wajahnya begitu lembut dibalik rambut yang
menjuntai tidak beraturan.
Lama memperhatikan wajah
cantik itu, Kemudian, Praetorius tersentak. Dia bisa melihat garis samar air
mata yang tergambar di wajah cantik itu. Terlintas dalam benak Praetorius bahwa
dia tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu, ketika dia terlalu sibuk
menghadapi ‘ujian’ di domain sang Holder.
Karena waktu tidak relevan
disana, bisa saja itu memakan waktu berhari-hari, mungkin lebih lama. Rasa
bersalah menyerang Praetorius atas apa yang telah dia lakukan.
Ketika Praetorius melihat
air mata kembali menetes ditidurnya, dia mengusapnya dengan segera.
“Angela?” Praetorius
berbisik pelan. Mata sosok didepannya bergetar sejenak sebelum terbuka,
beberapa air mata lagi jatuh. Berbagai perasaan nampak berkecamuk di rautnya
yang cantik.
“Praetorius!” katanya,
bicaranya tidak jelas karena kelelahan dan kantuk, “Apa yang terjadi? Sudah tiga
hari... aku sangat khawatir...”
Dia berhenti sejenak sebelum
melanjutkan, melawan keinginan untuk tidur, “Darimana saja... kau?” Dia mulai
memperhatikan luka dan lebam Praetorius. , “A-Apa... yang terjadi padamu?”
Praetorius terdiam sejenak,
dan dia tidak tahu harus berkata apa. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya
pada Angela? Tentang rumor yang dia ikuti karena penasaran, dan apa yang membawa
dia ke sana? Kengerian yang dia alami selama ujian Holder? Kebenaran mengerikan
yang dia pelajari di akhir semua ini, yang entah bagaimana berhasil dia pertahankan
tanpa bunuh diri?
“Aku melakukan sesuatu yang
gila. Sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan. Aku—‘
Angela kemudian mencium Praetorius, menyela perkataannya. “Lupakan saja... Aku tidak peduli... apa itu...” Angela berkata “Berjanji saja... bahwa kau tidak akan pernah melakukannya lagi... bahwa kau tidak akan terluka lagi seperti ini.”
Praetorius terdiam sejenak.
Seketika, perasaan itu kembali padanya. Euforia mendapatkan sebuah Object.
Perasaan puas, sesuatu yang begitu besar dan kuat sehingga dia merasa
seolah-olah dia melayang menembus langit.
Praetorius menatap wajah
Angela, air mata mengalir di wajah itu sekali lagi.
“Aku tidak akan melakukannya
lagi,” Praetorius berjanji padanya.
.
.
Praetorius menatap Angela yang tidur disampingnya. Dalam tidurnya, dia bersandar pada Praetorius, kepalanya di di bahu lelaki itu.
Setelah melewati hari-hari yang panjang dan
pada akhirnya bisa kembali tidur di kasurnya, Praetorius pun juga terpejam.
.
.
.
Apa
yang kamu mau dari aku?
*tertawa* Semuanya.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Ieunitas, Infectus, Talius #13 : Initium"
Post a Comment