Bagian Ketiga dari Strange Waters Story
Diambil dari
theholders.org/those_who_seek
Translated By Admin
.
Pekerjaan Craig disela jadwalnya untuk berlatih menyelam, tidak terlalu berat. Dia ditugaskan ke regu perbaikan dan sekali dua kali, diajak untuk checkup dan maintenance area tertentu. Menyambung besi, menambal plat dan sebagainya, adalah kerjaan standar seorang tukang las seperti Craig. Tentu, dia tau bahwa pekerjaan-pekerjaan ringan ini, bukanlah puncak dari tugasnya. Dia dan orang-orang yang mengikuti latihan menyelam, tengah dipersiapkan untuk ‘sesuatu’, oleh atasan atau siapapun yang menentukan kebijakan diatas sana.
Beberapa
hari setelah Craig mengunjungi asrama Douglas. Dia lelah pasca berenang dan
burger steak kafetarianya tidak terlihat cukup menggiurkan untuk dimakan.
Douglas
yang ada didepannya, kemudian bertanya, "Ada apa?" Dia nampak tengah
menikmati kentang tumbuknya menggunakan sendok.
Craig
hanya menghela nafas dan menatap sekitar cafetaria yang cukup lenggang.
Pertanyaan itu jelas langsung mengenai inti dari permasalahannya ;
"Sub-Marina tidak mengizinkanku menelepon ke rumah."
Douglas
melihat Angel datang dan sekilas teralihkan dari Craig. "Oh, aku ikut
prihatin mendengarnya. Hai Angel."
“Hai
Doug."
Angel
menoleh ke Craig “Kenapa kau terlihat murung?” tanya Angel, dia duduk di
sebelah Douglas.
“Craig
tidak bisa menelepon ke rumah." Douglas lah yang menjawab pertanyaan itu.
Craig
menatap makanannya yang tidak dia sentuh, sebelum kemudian memutuskan untuk
menyudahinya dan hendak pergi, itu sebelum kemudian Douglas menegahnya.
“Tunggu
dulu kawan, kenapa kau buru-buru pergi sementara kau belum bertanya kepadaku
apakah aku punya solusi untuk masalahmu?” ucap Douglas.
Craig
mengerutkan dahi.
“kau
punya solusi untuk masalahku?” tanya Craig.
Douglas
kemudian melambaikan tangan, isyarat agar Craig mendekat. Angel ikut
mendekatkan kepalanya, karena Douglas tiba-tiba berbicara dengan suara yang
sangat pelan.
‘Aku
punya jaringan yang bisa kau gunakan untuk menghubungi dunia luar, aku akan
memperbolehkanmu menggunakannya.’ Bisik Douglas.
‘Kau
serius?’ Entah kenapa, Craig ikut berbisik.
‘Ya..ya’
Craig
diam, sedikit curiga kenapa informasi ini Douglas berikan dengan suara yang
pelan
‘Tapi
kenapa kita berbisik?’ tanya Craig, memastikan bahwa apapun jaringan yang
dimaksud, bukanlah sesuatu yang ilegal.
Mendengar
itu, Douglas malah tertawa keras.
“Hahah..
bukan apa-apa! aku hanya mengerjaimu.. anyways,
kau boleh menggunakan jaringanku nanti.” jelas Douglas enteng.
Craig
hanya mengangguk.
“Oke.”
.
.
.
Craig
hanya bisa menunggu. Dia berjalan melingkar kecil di sekitar kamarnya. Rokok
yang dia hisap sudah habis beberapa menit lalu. Ia menyadari betapa dia sangat
merindukan Tammy dan Julie. Tidak adanya kontak dengan mereka, membuat semacam lubang
di dalam dirinya.
Setelah
jam menunjukkan waktu yang ditentukan, Craig langsung bergegas ke tempat
Douglas, mencoba untuk tidak berlari. Dia harus menunggu, karena Douglas baru
menyelesaikan shiftnya sekitar sore hari.
Craig
sampai di depan pintu Douglas, bersamaan dengan orang itu yang baru saja
kembali dari pekerjaannya.
“Wow..
dari wajahmu, kau sepertinya sudah menunggu lama.” Ujar Douglas.
“Mana?”
Craig tanpa basa-basi langsung meminta, sembari mengulurkan tangan seperti
pengemis. Berharap Douglas memberinya semacam telepon satelit atau semacamnya.
Douglas
hanya tersenyum. “Ayo.” Ujarnya.
Craig
menatap Douglas bingung. Alih-alih masuk ke asramanya, Douglas malah melangkah
mejauh dan mengajak Craig menuju tempat lain. Craig hanya bisa mengikuti.
.
.
Mereka
berdua berjalan di suatu lorong di dalam fasilitas Sub-Mariana. Perjalanan ini
nampaknya cukup jauh, karena sudah beberapa menit terlewat semenjak mereka
memulai dari depan pintu asrama Douglas.
“kita
mau kemana?” Tanya Craig.
Douglas
yang berjalan didepan Craig, kemudian memutar badan dan berjalan mundur.
Pandangannya lurus kepada Craig, sementara kedua tangannya tersembunyi dibalik
jas laboratoriumnya.
“Wajahmu
terlihat menyedihkan. Kapan terakhir kali kau tidur?” tanya Douglas.
“Entahlah. Aku belum berbaring untuk tidur, kurasa aku
tidak akan tidur sampai aku benar-benar menghubungi rumah.” Jawab Craig.
Douglas
hanya tertawa.
“Kalau
begitu kita harus bergegas, agar kau bisa mimpi indah malam ini.” Jawab Douglas
sebelum memutar badannya, dan berjalan lebih cepat memandu Craig. Craig
memutuskan hanya mengikuti, dan menyimpan setiap pertanyaan yang ada untuk
nanti.
Mereka
berdua terus berjalan melalui lorong tabung yang menghubungkan sektor-sektor
fasilitas. Fasilitas Sub-Marina, memang berada di perairan, namun sebagian
besar area ada di dalam air sementara sebagian kecil yang ada di permukaan,
ditopang oleh semacam pulau buatan. Craig tidak pernah mengeksplorasi sejauh
ini, karena pekerjaannya untuk saat ini hanya berkutat di sayap barat, dekat
dengan kolam renang tempat latihan menyelam.
Craig
cukup terkejut karena Douglas mengetahui seluk beluk tempat ini, bahkan
memiliki akses ke pintu-pintunya.
Douglas
kembali menyuruh Craig bergegas, ketika pintu dari sebuah lift nampak akan
menutup. Untungnya, mereka sempat masuk sebelum lift itu pergi.
Liftnya
terbuat dari logam berat dengan jendela kaca kecil. Douglas menekan tombol
hijau besar, dan liftnya pun bergerak turun dengan cepat. Lift tabung itu
bergerak secara vertikal dan horizontal, hampir membuat Craig mual. Craig
berpegangan pada pagarnya dalam cengkeraman yang kuat.
Dari
jendela kecil yang ada disana, Craig dapat melihat laboratorium bawah air
Sub-Marina. Dia menyadari bahwa lift ini rupanya membawanya ‘jatuh’ ke dasar
laut. Cukup aneh, mengingat untuk mendapatkan sinyal demi menghubungi
keluarganya, Craig harusnya dibawa naik ke permukaan, dan bukannya turun.
Laboratorium
itu, disisi lain, cukup terisolasi, karena tidak memiliki sambungan apapun
degan struktur utama Sub-Marina, kecuali dari tabung lift yang dinaiki Craig
dan Douglas. Lab itu terlihat tidak penting dibandingkan dengan bangunan besar
diatasnya. Turun lebih jauh ke dalam perairan yang lebih gelap, lampu-lampu
menerangi lab dengan kecemerlangannya yang menyilaukan.
“Kau
tidak akan bisa mendapatkan sinyal bahkan di permukaan, aku sudah mencoba.”
Jelas Douglas, mencoba menjawab salah satu pertanyaan yang cukup umum, yang
mungkin ingin ditanyakan Craig.
“Oh”
hanya itu respon Craig.
"Kau
mengerti aku sangat membantumu, kan?" Douglas merendahkan suaranya menjadi
bisikan yang hanya bisa didengar oleh Craig.
"Ya,"
kata Craig.
"Tapi
kau harus ingat, kawan, Aku melakukan semua ini karena aku mempercayaimu.
Kantong perusahaan ini sangat dalam, dan mereka membayar untuk privasi mereka.
Itulah kenapa, kau tidak akan bisa menghubungi dunia luar dengan telpon biasa."
Douglas menatap langsung ke arah Craig,
"Tentu
saja."
"Hei!
Jangan anggap semua terlalu enteng. Tidakkah kau mengerti? Betapa
mencurigakannya perusahaan ini? Apakah kau pernah mendengar tentang AG Industries
sebelum mereka mendekatimu?"
Craig
berhenti untuk berpikir.
"Tetapi
di sinilah kita sekarang. Laboratorium tersembunyi di dasar laut. Perusahaan
ini besar dan ageda mereka terselubung, seperti monster di bawah tempat tidur. Apa
yang barusan kukatakan padamu adalah ‘konspirasi’ yang buruk, jadi simpanlah
itu untuk dirimu sendiri." Douglas ikut menatap keluar, ke laboratorium
bawah laut yang semakin mendekat.
Syukurlah
lift berhenti sebelum Craig benar-benar muntah karena merasa mual. "Aku
tidak yakin aku merasa sangat senang dengan perjalanan ke sini," katanya
sambil berdiri tegak.
Di
luar lab, penyelam dengan pakaian ’monster’ terlihat berenang-renang entah
melakukan apa. Melihat mereka, Craig merasa sedikit merinding. Membayangkan
uang macam apa yang mampu mendanai ‘keajaiban ilmiah’ seperti ini. Tentu
pemikiran itu terputus pendek, karena yang dia inginkan sekarang hanyalah
menghubungi keluarganya.
Mereka
turun dari lift dan masuk ke lab dengan Douglas memimpin. Operator C-shift
melambai kepada mereka ketika Douglas menunjukkan lencananya. Douglas berjalan
di terowongan melengkung, menghitung persimpangan sampai dia menemukan tempat
kerjanya sendiri, lab π, Itulah yang
tertulis disana.
Tempat
itu tidak luas, namun cukup lenggang. Di sepanjang dinding, terbentang memenuhi
setiap permukaan yang ada, adalah hitungan matematika yang tidak Craig
mengerti.
“Ini”
Douglas berkata sambil duduk di depan komputernya, pandangannya lurus ke layar
monitor,
“Apa yang kau lihat adalah proyekku. Aku
bekerja untuk melakukan perhitungan dalam sebuah eksperiman yang menyangkut akselerator partikel—tunggu—“ Douglas berhenti di tengah kalimat, “—beri aku waktu sebentar untuk
menyalin file."
“Tentu,”
kata Craig, dia melihat sekitar dan menemukan semacam tekhnologi yang sangat
futuristik. Itu tampak canggih dan
rumit. Dia menatap lurus kepada benda yang terisolasi oleh kotak kaca. Di dalam kotak
itu, ada potongan kawat yang dilingkarkan dalam sebuah cincin. Melangkah lebih
dekat ke kotak, Craig mendengar desisan dari obor tukang las dan merasakan api
di tangannya, seakan dia barusaja melepaskan sarung tangan ketika dia tengah
mengelas.
“Akh!”
Craig kaget ketika dengungan dan pusing dia rasakan.
“Jangan
terlalu dekat dengan benda itu,” kata Douglas mengambil flash drive-nya dari
komputer. “Sekarang ayo, waktunya menghubungi keluagamu.”
Craig
memaksa diri menjauh dari teknologi aneh itu. Mereka kemudian meninggalkan lab
PI dan mengikuti tikungan, Douglas menghitung persimpangan saat mereka pergi.
Setelah menghitung sampai dua puluh, Douglas berhenti di tengah aula.
Menggerakkan tangannya ke sekeliling dinding mencari panel yang longgar, dia
menemukannya dan mengeluarkan laptop yang tersembunyi di dalamnya.
Laptop
tersebut menyala. Itu nampak booting
dengan karakter China. Ini tidak mengganggu Douglas dari mengklik tautan yang
sudah dikenalnya dan mengirim file melalui email dari flash drive-nya.
Kemudian, setelah dia selesai, dia menyerahkan laptop itu kepada Craig, dan
mempersilahkan Craig menghubungi Istrinya, melalui Email.
Craig
mengetikkan alamat dan kata sandinya di layar yang sebagian besar, diisi
karakter China.
Sekali
dua kali, Craig bertanya kepada Douglas tentang tombol yang benar. Setelah
semuanya siap, dia pun menulis email dan mengirimnya.
Kedua
email meluncur melalui kabel bawah laut yang menghubungkan internet ke
dunia. Dari China di bawah Samudra Pasifik kembali ke AS. Satu ke komputer
rumah Tammy di rumah baru mereka, satu lagi ke arsip Universitas tempat Douglas
mencadangkan semua pekerjaannya.
“Nice”
kata Douglas,
“Ayo
pergi.” Ajak Douglas ketika mereka sudah selesai.
.
.
Note : gunakan tombol
NEXT/PREV untuk navigasi antar chapter.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Strange Waters Chapter 3 : Lab PI"
Post a Comment