Ini
adalah epilogue yang telat ditranslate, dari serial Keeping
Us Better
Keeping
Us Better Epilogue II : The Hound
Translated
By Admin
Kelemahan “Jejak digital”, adalah bahwa hal itu terlalu mudah dihancurkan hanya dengan menekan sebuah tombol. Petunjuk seperti itu, sering mengarah ke jalan buntu dan ketika itu terjadi, penyelidik paling ulet pun akan selalu mengalami kesulitan dalam mengejar sesuatu apabila petunjuk sudah habis.
Disisi lain, rekaman
informasi berbentuk fisik, seperti kertas atau tulisan yang lebih tua, biasanya
akan bertahan, bertahan, melawan waktu hingga akhirnya waktu itu sendiri lah
yang akan menghancurkannya.
Itulah kenapa, kapten
Leviller tidak pernah menyukai informasi yang bersifat digital. Catatan sejarah,
perkamen, buku diary, dan prasasti,
lebih dia percayai dibanding coretan-coretan random yang berasal dari internet.
Leviller berjalan gontai
menyusuri lorong setelah bangun dari komanya. Sejujurnya dia belum merasa baik,
atau bahkan mendingan. Dia hanya pergi ke kantornya ketika dia berhasil meninggalkan
bangsal, berganti pakaian, dan berjalan menaiki lift. Kenangan terakhir dari
pertarungan yang dia alami masih membekas di benaknya.
.
.
.
Dibawah
naungan langit merah, dia bersama timnya menyerang makhluk hitam, atas perintah
Rockwell, yang tentu saja berada aman di markas bersama tim sainsnya. Segalanya
sudah direncanakan dengan hati-hati, tetapi semua perencanaan itu tidak berarti
apa-apa ketika kau tidak tahu apa yang kau lawan.
Leviller
sudah mempersiapkan arsenal persenjataan yang dapat membantai ratusan orang,
tapi nyatanya yang dia lawan adalah monster. Mereka keluar dari tembok, dari
selokan, dari gedung-gedung terdekat. Mereka datang dalam kawanan, kawanan
tanpa akhir yang akan menghabisi semua yang ada di depan mereka, tanpa
meninggalkan apa pun di belakang mereka.
Meskipun
bentuk mereka terus berubah, mereka adalah humanoid, tetapi bahkan di bagian
luar yang basah, cakar dan lengan mereka yang tajam akan terlihat sekilas.
Mereka memotong pelindung tubuh semudah kertas.
Tentu,
itu tidak menghentikan tim Kapten Leviller. Mereka terus berjuang, membunuh
apapun yang mendekat, dan mengumpulkan setiap Object yang mereka bisa. Tapi
pada akhirnya, semua itu sia-sia.
Mobilisasi
terganggu ketika jalan mereka dihadang oleh gerombolan makhluk hitam yang
bergerumul diantara mereka dan jalan keluar. Leviller telah siap untuk ini, dia
menyuruh setengah kelompoknya pindah ke sisi jalan sebagai pengalih perhatian
sehingga dia dan ilmuwan yang dikawalnya bisa lolos. Pasukan membuat jalan ke
satu sisi untuk menarik perhatian makhluk yang tertutup Tar itu, tetapi tidak
berhasil. Monster terus menuju Kapten dan ilmuwan. Leviller memerintahkan kelompoknya
untuk melepaskan tembakan, dan mereka melakukannya, senjata otomatis merobek
makhluk hitam itu, tetapi mereka tetap berjalan menuju kedua wanita itu, tidak
memperhatikan orang-orang yang mencoba membunuh mereka. Leviller telah melihat
ke belakang hanya untuk menemukan lebih banyak datang. Dr. Sarah Meissner
berbalik dan berteriak; “Object, Leviller, mereka
mengincar Object!”
“Omong kosong. Bagaimana mereka bisa tahu kita memilikinya?” Kapten itu mengumpat, mengeluarkan
senjatanya dan mengarahkannya ke makhluk terdekat. “Kita
harus memberi mereka Object, atau mereka akan membunuh kita!” Meissner memperjelas.
Leviller
memelototi ilmuwan itu, itu bukan pilihan. Terlalu banyak yang telah
dikorbankan untuk kesempatan ini, katanya pada dirinya sendiri. Mereka akan
melewati ini. “Leviller!” teriak wanita itu.
Monster-monster
itu mendekat, cukup dekat sehingga Kapten Leviller bisa mendapatkan tembakan
tepat di kepala, tapi dia belum menarik
pelatuknya.
Meissner
panik, dia mengeluarkan pistolnya sendiri. “Kita akan
mati jika tidak membuang Obyeknya!”
“Persetan denganmu!”
adalah jawaban sang Kapten.
Meissner
mengangkat senjatanya ke arah sang Kapten, tetapi Leviller yang lebih
berpengalaman dengan senjata, melakukan pencegahan dengan menembakkan peluru tepat
ke kepala Sarah. Mayat dokter jatuh saat anggota regu lainnya sampai ke lokasi sang
Kapten. Begitu dia melawan monster yang tersisa, dia akan menyelesaikan
misinya. Itu rencananya.
Kenangan
terakhirnya adalah tentang sesuatu yang menusuk perutnya, dan dia pingsan. Dia
hanya terbangun sebentar setelah mendengar seseorang datang. Hanya satu orang,
menilai dari suara langkah kaki. Tapi Leviller tidak bisa bersuara, dan ketika
dia bangun, dia sudah berada di bangsal medis.
.
.
.
Leviller mendapati dirinya
bersandar di dinding ruang rekaman. Dia harus segera kembali ke bangsal medis,
karena dia tidak bisa secara realistis tetap berdiri dengan rasa sakit yang
akan terus memaksa dia jatuh.
Dia dengan cepat kembali
mengobrak-abrik folder, mencari yang spesifik. Tapi dia tidak bisa
menemukannya, hanya berhalaman-halaman catatan tentang penggerebekan, teori,
penggalian dan intel..
Kejahatan demi kejahatan
telah dia lakukan dibawah perintah Rockwell, di dalam operasi terselubung AG
Industries. Beberapa bahkan benar-benar kejahatan perang yang bisa membuat
Leviller dihukum mati apabila ketahuan oleh militer.
Leviller mendengus,
mengingat saran anak buahnya tentang dia yang sangat cocok dengan Rockwell, dan
bagaimana kita harusnya sudah berkencan. Sifatnya yang tidak manusiawi telah
lama disadari oleh Leviller, dan di dunia orang-orang yang akan saling membunuh
demi sampah, hal itu tidak pernah benar-benar mengganggu Leviller.
Rasa sakit yang tiba-tiba datang
di perutnya menyebabkan Leviller menjatuhkan file terakhir, kertas-kertasnya
berserakan di lantai. Dia merosot ke bawah mencengkeram sisi tubuhnya, giginya
mengatup karena rasa sakit, saat itulah matanya tertuju pada sesuatu. Sesuatu
yang jauh lebih baru dari apa pun di ruangan itu. Dilipat menjadi kotak yang
rapat, dia dengan cepat membuka lipatannya. Itu adalah bagian dari semacam
pesan, dan tidak ada identifikasi penulisnya.
Hanya satu huruf yang
menandatangani halaman itu.
“S”
Baca
Cerita dari The Holders Lainnya
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Keeping Us Better Epilogue II : The Hound"
Post a Comment