Bagian Keenam dari Serial Finding
Father
Aku sudah mengurung diri di
kamar selama dua minggu, atau hanya satu? Ah, entahlah. Menengok ke belakang,
aku seperti kehilangan akal sehat, atau mungkin memang sudah.
Semua kebutuhan makanku benar-benar hanya dari delivery dan yang aku lakukan hanyalah penelitian. Setiap petunjuk yang memungkinkan di setiap sudut yang memungkinkan, aku terus mencari. Aku perlu tahu makhluk apa itu, dan apakah mereka akan mengejarku.
Aku juga menaruh perhatian lebih untuk mencari informasi perihal penjelasan Thomas tentang Obyek-obyek yang ditandai. Sayang, nampaknya informasi itu bukanlah sesuatu yang bisa dicari di internet.
Aku tidak pernah tidur
nyenyak semenjak saat itu. Entah kenapa aku bahkan tidak merasa aman dirumahku
sendiri, mengingat makhluk itu bisa keluar dari mana saja. Meksipun, bukan
berarti aku tidak mengupayakan sesuatu. Aku mempersenjatai diri dengan tongkat
bisbol yang aku dapatkan sebagai hadiah pada ulang tahunku yang kedua belas.
Itu adalah hadiah dari Ayahku.
Jendela selalu tertutup,
pintu selalu terkunci, telepon sengaja kuputus, dan aku memutuskan untuk tidak
memeriksa kotak surat. Aku pikir mungkin jika tidak ada yang tahu aku ada di
sana, mereka tidak dapat menemukanku. yah,
memang bodoh.
Penelitianku cukup buntu. Awalnya,
ketika aku bertanya di forum Seeker, dan menghubungi beberapa orang sekaligus
melalui chat, kebanyakan tidak ada
yang tahu apa yang aku bicarakan. Mereka yang mengaku tau, akan memberiku satu
atau dua nama, yang mereka ingat sempat menanyakan hal serupa, hanya untuk
mengetahui bahwa mereka telah hilang selama beberapa waktu.
Yah, forum ini sedang
memasuki fase “itu.”
Itu adalah fase dimana
diskusi akan menurun, dan banyak anggota akan tidak aktif. Orang-orang yang
tadinya berdiskusi, berdebat, menyombongkan diri... akan tiba-tiba saja
berhenti.
Ini tentu saja bukan pertama
kalinya terjadi. Itu adalah sesuatu yang biasa. Perlu beberapa waktu sebelum
kemudian forum diisi kembali, oleh orang-orang baru yang akan datang.
Lantas kemana orang-orang
lama? Mungkin mati, itulah penjelasan mudahnya. Mungkin tidak akurat, namun itu
kesimpulan yang cepat.
Bayangkan saja, Dalam satu
minggu itu, sembilan belas user yang
biasanya aktif akan “menghilang”. Dengan asumsi bahwa setidaknya setengahnya memilih
untuk off the grid (tidak membuka
internet selama beberapa waktu), maka
ada kemungkinan 9 yang lain tewas atau gagal dalam pencarian mereka.
Paranoia mulai menyelinap
masuk. Bagian yang menyedihkan adalah aku begitu asyik dengan satu ancaman, sehingga
aku melupakan yang lain.
Pada akhirnya, aku mulai mencari
jalan menuju Ayahku. Aku tidak tahu mengapa, kecuali aku merasa bahwa jika aku
menginginkan jawaban, aku harus menemuinya.
The
Holder Of the End memang sesekali dibedah. Banyak Seeker yang
menolak melakukan perjalanan menemuinya karena memang serasa tidak ada gunanya.
Instruksi yang meramalkan kematian, serta Obyek tanpa bentuk yang bisa
membuatmu gila hanya dari menatapnya, siapa yang mau memiliki benda seperti
itu?
Tentu fakta bahwa Ayahku
pernah berhasil mengambil benda itu dari Holder sebelumnya, adalah yang
membuatku pusing. Bagaimana Ayahku melakukannya? Dan mengapa dia rela
menghadapi kematian untuk mendapatkan objek yang tidak diketahui kekuatannya
oleh siapa pun?
Kebodohan ini terus-menerus
menggangguku. Ayahku berhasil menemukan cara untuk mendapatkan objek itu, dan
kemudian menjadi Pemiliknya. Tapi mengapa? Mengapa dari sekian banyak obyek,
benda itu lah yang dia cari?
Kemudian, surat yang aku
dapat darinya kembali menghantuiku. Itu juga adalah pertanyaan yang tak
terjawab. Apa maksud dari pesan cryptic
itu? Pada saat itu, aku bersumpah hidupku hanyalah pertanyaan tanpa akhir dan
tidak ada jawaban.
Aku mungkin akan benar-benar
tenggelam dalam kegilaan atas rutinitasku di dalam kamar, semisal ketukan pintu
yang datang dari pintu depan tidak pernah terjadi.
tok
tok tok.
Aku pasti mengira aku sedang
bermimpi, karena aku benar-benar bangun untuk menjawabnya. Tapi aku membeku
sebelum aku sampai di sana. Makhluk itu
tidak akan mengetuk... kan? Dalam keadaan setengah bingung akan realita, aku
harus mempertimbangkan pertanyaan itu.
tok
tok tok.
Terdengar ketukan lagi. Aku
tidak segera membukakan pintu dan malah menunggu sesuatu terjadi. Aku setengah
berharap lampu akan berkedip, cairan hitam akan mengalir ke dinding, dan yang
tersisa dariku hanyalah noda darah.
tok
tok tok.
Sayang yang datang hanyalah
ketukan untuk ketiga halinya. Aku mendecak, dari ketukannya yang percaya diri,
siapapun tamu ini pasti tau aku ada dirumah.
Aku sempat mencari pemukul
baseball ku. Bahkan saat itu aku tidak menyadari absurditas tindakan dan
pikiranku, tetapi karena aku telah belajar untuk hidup dan bertahan di dunia yang
aneh ini, jadi aku bersiap untuk yang terburuk.
Ketukan terakhir datang saat
aku sudah mengintip melalui lubang intip. Yang ada di luar hanyalah seorang
pria berjas dengan tas kerja. Aku menyingkirkan pemukulku sebelum kemudian
bernafas lega.
Dari pakaiannya, dia nampak
seperti seorang salesman.
Di hari-hari normal, aku
pasti tidak akan pernah membukakan pintu untuk orang-orang seperti ini. Tetapi
karena rasa lega ku melebihi apapun sekarang, aku pada akhirnya membukakan
pintu. Bahkan di detik ini, apa pun yang bisa dia jual, aku akan membelinya.
Ketika pintu dibuka, dia kemudian
berbicara dan memberikan kartu nama. Aku tidak akan pernah bisa mengingat
namanya setelah pandangan pertama karena mataku, tertuju penuh kepada logo
instansi di kartu nama itu.
AG Industries – Keeping Us Better.
Pria itu nampak tersenyum.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The Finding Father Chapter 6 : Finding The End"
Post a Comment