From
theholders.org
Translated
By Admin
Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke panti jompo berstruktur tunggal mana pun yang dapat kau temukan. Ketika kau sudah ada disana, beri tahu resepsionis bahwa kau perlu menemui “Pemegang Katarsis”.
Orang itu tidak akan berkata
apa-apa. Jika dia bergerak untuk menunjukkan jalannya, ikutilah; jika tidak,
ambil jalan paling jauh untuk masuk ke bagian dalam gedung. Ketika sudah ada di
gedung bagian dalam, cari toilet terdekat: biasanya tempat itu akan kosong,
dengan satu atau lebih cermin.
Dekati cermin dan lihat
bayanganmu sendiri. Lakukan kontak mata, tetapi pertahankan kesadaran akan
fitur wajah dari refleksimu. Ketika, perlahan-lahan, wajah itu berubah,
paksakan ekspresimu agar sama dengannya. Wajah di sisi lain kaca mungkin
menunjukkan senyuman, seringai, cemberut, atau cibiran. Saat ekspresi menjadi
semakin ekstrim, tirulah sebaik mungkin. Bau kematian akan mulai memenuhi
ruangan, tetapi jangan batalkan kegiatan ini di tengah jalan. Jika Kau melakukannya,
tidak ada jaminan kau bisa keluar dari sini dengan selamat.
Terus menatap cermin, dan kau
akan menyadari di belakang cerminmu akan terus menjadi gelap. Namun, meskipun
begitu, tetaplah pertahankan kontak mata. Saat ekspresi wajahnya, serta
ekspresi wajahmu, segera kembali ke tatapan kosong, Kau akan tahu bahwa kau
telah berhasil.
Ruangan akan berantakan dan
sudah tidak sama lagi seperti pertama kau masuk. Saat Kau keluar, Kau akan
menemukan koridor nampak kosong dan remang-remang.
Berdirilah di luar. Mulailah
bernapas perlahan, gunakan kapasitas penuh paru-parumu sebaik mungkin. Mulailah
bersenandung lembut dengan nada rendah saat kau mengeluarkan napas (senandung
apapun boleh). Dengarkan suara langkah kaki yang datang, dan lihat ke arah itu.
Di kejauhan, Kau akan
melihat sosok yang redup dan sementara, batas fisiknya tidak jelas, nampak menjauh
darimu. Mulailah berjalan ke arah yang berlawanan. Jangan lari, tapi jangan
juga menoleh ke belakang. Dalam pencahayaan redup, ujung lorong tidak akan
terlihat. Lanjutkanlah bersenandung sembari berjalan.
Akan ada kamar di kedua sisi
koridor. Saat Kau melanjutkan, dari pintu yang tertutup kau akan mendengar
gumaman dan mungkin tangisan pelan. Lihat lurus ke depan; jangan goyah. Suara-suara
pasti akan semakin keras.
Dari beberapa pintu lain
yang ada, namamu akan dipanggil, dan dari pintu lain itu pula, kau akan
mendengar teriakan minta tolong dalam suara orang-orang terkasih yang sudah
lama meninggal. Kusarankan, abaikan saja.
Akhirnya, pintu dan suaranya akan semakin
jarang, digantikan oleh dinding kosong dan berbagai suara cakaran dan dentuman
tumpul. Sekali lagi, jangan melihat ke belakang. Lanjutkanlah bersenandung.
Semakin dekat, kau akan
mampu melihat bahwa pintu di ujung koridor akan terbuka sebagian. Masukilah pintu
itu. Cahaya bulan akan bersinar melalui satu-satunya jendela di dalam ruangan,
menyinari lingkaran kapur yang digambar di lantai kayu keras. Duduklah di dalam
lingkaran, membelakangi pintu. Tetap lanjutkan
bersenandung.
Setelah beberapa lama, angin
kencang dari pintu yang terbuka akan mengantarkan suara-suara yang akrab dengan
warna nada yang tidak biasa dan meresahkan. Teman dan keluarga yang hidup dan
mati akan meneriakkan namamu dan mencela keberadaanmu. Suara orang-orang
terdekatmu akan melontarkan kritik yang sebelumnya tak terucapkan dalam cinta
mereka kepadamu: kata-kata yang begitu kejam dalam kebenarannya, begitu benar
dalam kekejamannya, hingga dari mendengarnya hatimu akan terasa seolah-olah
tercabik-cabik. Air mata akan mengalir di wajahmu. Jangan berdiri, jangan
melihat ke belakangmu, dan dengan setiap kewarasan yang tersisa, teruslah
bersenandung.
Jika kau berhenti
bersenandung atau meninggalkan lingkaran sebelum waktunya, mereka perlahan-lahan
akan masuk ke dalam ruangan—wajah-wajah yang kau kenali namun dengan ekspresi
tidak ramah, berkerut, dan melontarkan nada bermusuhan—apabila ini terjadi, bahkan
lingkaran itu tidak akan bisa menyelamatkanmu.
Ketika Kau merasa kehabisan
keinginan untuk hidup, semuanya akan berhenti. Kau boleh berhenti bersenandung.
Berdiri, dan lihat ke belakangmu; berbaring di batas lingkaran kapur, akan ada
seruling kecil yang diukir dari fibula bayi yang baru lahir. Pegang di tangan,
dan ucapkan dengan lantang, "Di manakah
tempat suci tersebut?" Suara tanpa wujud akan menjawab, dan segera kau
akan mengetahui bahwa suara itu berbicara kebenaran.
Mainkan seruling tulang
tersebut. Meskipun tampak terlalu kecil untuk menghasilkan suara yang merdu, seruling
itu akan menghasilkan suara senandungmu sendiri—diikuti oleh suara detak
jantung, dan aliran darah. Aroma pertama yang kau kenal akan memenuhi ruangan. Kau
akan pingsan karena kelelahan tak lama kemudian,
Kau akan bangun di luar
tempat yang kau datangi, dengan Objek di tangan. Kemungkinan kurang dari satu
jam akan berlalu sejak kau melakukan pencarian. Memainkan Objek, akan membawa
ketenangan yang intens ke dalam hatimu.
Seruling
Tulang adalah Obyek 411 dari 538.
Sayang, obyek itu membawa
akibat yang lain. dan inilah yang harus kau lakukan untuk menghindari akibat
tersebut ;
Dalam seminggu, temukan sepetak
tanah dan kubur Objeknya. Kau hanya boleh mengambilnya lagi ketika hari
penyatuan tiba. Jika kau tidak melakukannya, kedamaian batinmu akan berubah
menjadi gejolak gelap ; sungai yang mengalir di ruang batinmu akan menghentikan
arusnya dan kegelisahan akan menghampirimu.
Memiliki obyek itu tanpa
menguburnya, akan membuatmu lenyap sebagai individu. Kau akan kehilangan
perasaan dari dalam dirimu sepenuhnya, dan kegilaan dijamin akan mengikuti.
Meskipun mengubur obyek akan
terasa seperti membuang sebagian dari keberadaanmu sendiri, tetap lakukan
karena itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatmu lolos dari
konsekwensinya.
Baca
The Holders Series Lainnya (400 – 538)
Catatan
Admin : Katarsis adalah pelepasan emosi atau keluh kesah yang
tersimpan di dalam batin.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "411 : The Holder Of Catharsis"
Post a Comment