Bagian Kesepuluh dari Cerita
The Holder Of Deliverance
Mencari...
File
ditemukan.
Tanggal:
16-Des
Penulis:
J. Quincy
Ini akan menjadi entri terakhirku. Aku sudah tidak melakukan apa-apa selain meneliti Object, selama satu tahun terakhir, dan telah berusaha untuk menjauhkan Object-object dariku sebanyak mungkin.
Namun,
tidak peduli seberapa keras aku mencoba, itu tidak mungkin. Aku tidak bisa
tetap menjadi pengamat luar. Kau tidak dapat meneliti tentang dunia ini dan berharap
tidak terpengaruh sama sekali. Semuanya, tak terelakkan pada akhirnya.
Aku
mendapatkan objek pertamaku setengah tahun yang lalu. Itu adalah sebuah
Pendulum. Ketika aku kembali setelah mengambilnya dari Holdernya, Aku pikir aku
sudah berada di ambang kegilaan.
Aku
mengalami gangguan emosional setiap hari karena stres. Seiring berjalannya
waktu, keadaanku sebenarnya menjadi lebih baik, meskipun kegilaan dan setress
yang ada tidak pernah benar-benar hilang.
Yah,
sebenarnya aku tidak menyesalinya. Entah kenapa, namun aku dan object,
nampaknya sudah terikat.
Itu
hingga suatu hari, aku dipaksa harus menyerah. Holder yang obyeknya aku ambil,
entah kenapa mulai mengikutiku. Aku sempat mengatakan di entriku sebelumnya,
bahwa ujian untuk Seeker berbeda-beda dalam mendapatkan obyek. Aku hanya tidak
mengantisipasi kalau Holder yang aku ambil obyeknya, akan mengikutiku
setelahnya.
Tentu
setelah memberikannya kepada orang lain, aku baru menyesalinya. Melepas obyekku
begitu saja, membebaniku sampai hari ini. Seeker lain menyebutku pengecut atau
Seeker wannabe, yang terlalu takut pada Object untuk benar-benar berkomitmen.
Bahkan
untuk seorang Seeker, atau orang yang paling tidak bereputasi di Bumi, aku
adalah yang terendah dari yang terendah.
Kemudian,
hari ini, seorang perempuan datang ke rumahku. Thompson sempat mengabariku
bahwa orang itu bernama “Erica”, namun berdasarkan background check yang aku
lakukan, itu adalah nama palsu.
Dia
mencari Pendulum. Dia bilang dia menginginkannya, dan tidak peduli jika sang Putri
Salju akan mengikutinya. Dia sangat keras kepala dan nampaknya tidak ada yang
bisa menghentikannya.
Ketika
dia pergi, dia meninggalkan sebuah Object di beranda rumahku. Selongsong peluru
kosong, yang kukenali sebagai obyek dari The Holder of Change. Ketika aku
menyentuhnya, aliran nostalgia langsung mengalir ke sekujur tubuhku. Aku
sepenuhnya lupa bagaimana menyenangkannya memegang sebuah obyek ditangan.
Aku
tahu saat itu bahwa aku harus mendapatkan Pendulum itu kembali. Aku harus
menebus kesalahanku. Aku harus membuktikan bahwa aku setidaknya berada di
tingkat yang sama seperti rekan-rekanku. Yah, kita masih sampah, tapi aku tidak
mau menjadi sampai yang lebih rendah dibanding yang lain.
Aku
bersumpah, tidak peduli siapa yang harus aku lewati, tidak peduli siapa yang
harus aku bunuh, aku akan mendapatkan Object itu kembali.
Namaku
Jules Quincy, ini adalah entri terakhirku. Mulai hari ini, aku adalah Seeker
sejati. Selamat tinggal.
.
.
.
Aku tidak merasakan sakit
apapun. Samar-samar aku merasakan ada peluru yang bersarang di dadaku, dan
melihat ke bawah untuk melihat darah mengalir di bajuku. Meskipun pikiranku
berada di dalam kabut, pemahaman ku tentang situasinya cukup jelas. Ini tidak
seperti tes sebelumnya. Aku tidak akan bangun lagi kali ini.
Aku mendongak dan mencoba
memahami mengapa si Pustakawan datang kemari dan menembakku, meski aku tidak
bisa melihat wajahnya dengan jelas sekarang. Ketika aku mencoba untuk mengambil
langkah ke depan, tubuhku sudah terlanjur jatuh ke tanah dan sekarang yang bisa
aku lihat hanyalah salju.
Napasku terengah-engah, dan
darah mengalir keluar dari mulutku. Aku berhasil mengangkat kepalaku untuk
melihat sosok berkacamata yang berdiri di bawah pohon, dan aku mencoba yang
terbaik untuk fokus pada ekspresinya.
Wajahnya nampak dingin, dan
dia menggelengkan kepalanya seolah-olah aku adalah anak kecil yang terlalu
sering memasukkan tangannya ke toples kue.
Putri Salju berdiri di sana
dengan apa yang bisa digambarkan sebagai keterkejutan. Pendulum masih tergantung
dari cabang tinggi pohon ek. Aku masih bisa mendengarnya berbisik, dan aku
mencoba memanggilnya dengan pikiranku. Aku tidak tahu apakah itu bisa
mendengarku, tapi aku berusaha sekeras yang aku bisa.
Pendulum,
aku mengerti sekarang. Kau lah yang meninggalkan pesan di aspal. Kau ingin sang
putri salju menyelamatkanmu, bahkan jika itu berarti harus mengubahnya kembali
menjadi seorang Holder. Jika dia tidak melakukannya, kau akan sangat kesakitan.
Aku menyerahkan tubuhku padamu, aku bisa menyelamatkanmu sebagai pengganti Sang
Putri Salju. Kita bisa saling melindungi, selamanya.
Apakah aku akhirnya mengerti
segalanya? Atau, apakah aku masih tidak tahu? Apa yang telah diberitahukan oleh
Holder of Change kepadaku? Untuk apa
aku datang ke sini? Apa Obyeknya? Apa—
... aku tergelincir.
Perasaan hangat yang aneh memenuhi dadaku, dan aku hanya berhasil menyadari
bahwa aku telah mengigau selama beberapa detik. Kemudian, kedamaian mulai aku
rasakan. Semua pemandangan menjadi hitam, seperti aliran air gelap yang aku
lihat dimimpiku malam itu.
Aku tersenyum saat aku
dibawa oleh arusnya.
.
.
.
Putri Salju berdiri dan
mulai berjalan ke depan.
“Mundur!” Jules Quincy
berteriak, mengarahkan pistol ke arahnya, dan dia berhenti.
“Lihatlah dirimu! Kau sudah menjadi makhluk buruk yang kehilangan
semuaya! Kau harusnya tau bahwa kau tidak mau mengotori jubah putih milikmu
dengan darahmu sendiri!”
Mata Jules lebar dan liar,
dan kacamatanya miring. Dia tahu perasaan ini. Itu adalah perasaan yang dia
rasakan ketika dia berhasil mendapatkan obyek pertamanya. Ini adalah hal yang
dia rindukan, tidak! Ini adalah kegilaan! Dia tergila-gila dengan cinta yang
pernah diberikan Pendulum kepadanya. Cinta tanpa syarat yang kuat tanpa batas. Yang
harus Jules lakukan untuk mendapatkannya kembali, adalah melenyapkan
orang-orang yang menjadi penggangu.
Jules melihat ke bawah pada ‘Erica’,
yang terbujur tak berdaya sembari menahan tawa. Si idiot ini mengira dia bisa berdamai
dan meyakinkan Putri Salju untuk menyerahkan pendulumnya?!
“Kau tidak bisa menghentikanku,” kata si Putri
Salju itu sambil memegangi lengannya yang ditusuk oleh Erica. Tapi, Jules hanya
tertawa.
“Ya, aku bisa.”
Dor!
Suara tembakan memenuhi
komplek apartemen Allen. Di detik ini, mungkin sudah terlalu aneh kenapa tidak
ada orang-orang yang keluar untuk mencari tau keributan yang terjadi.
Si Putri Salju, disisi lain,
matanya membulat sebelum kemudian dia melihat bawah ke perutnya, di mana bercak
darah dengan cepat menyebar dari lubang peluru. Dengan sangat pelan, dia ikut
terjatuh dan terkapar. Menemani Erica yang berakhir dengan nasib yang sama.
“Ah mudah sekali!” Jules tertawa. Menjatuhkan
pistol, dia berbalik menghadap pohon, dan mulai memanjat. Pendulum itu tiga
puluh kaki di atasnya, tapi dia harusnya bisa mencapainya dalam waktu singkat.
Tidak ada yang bisa
memanggilnya pengecut sekarang. Dia mengalahkan si bodoh, dan dia mengalahkan
Putri Salju yang menakutkan dengan dua tembakan.
Pendulum itu begitu dekat,
hampir kembali ke genggamannya. Dia sakit dan lelah, bosan disebut pengecut,
ansos, atau pun Seeker Wannabe! Dia
barusaja membunuh si Holder itu sendiri! Beraninya mereka berbicara kepadanya
seperti ini?! Semuanya akan segera berubah. Dia akan dihormati.
Ditengah perayaan kecilnya, Tiba-tiba,
tangannya terpeleset di dahan, dan dia hampir jatuh. Ketika akhirnya dia
memegang dahan itu, ranting itu licin di bawah jari-jarinya. Cabang di
tangannya yang lain juga entah kenapa menjadi licin. Apa yang sedang terjadi?
Di detik yang sama, Putri
Salju sudah kembali berdiri, sembari memegangi lubang di perutnya. Serangan itu
sempat menjatuhkannya, tetapi rasa sakitnya sudah memudar sekarang. Dia menatap
sang Pustakawan dengan tatapan marah sebelum kemudian berniat untuk
mendekatinya
Namun, ketika dia mendongak,
dia melihat sosok itu tergelincir. Pohon ek itu tertutup sesuatu yang hitam.
Pada saat yang sama, tampak seperti ada bayangan yang jatuh di atas pohon.
Tiang lampu di sekitar juga berkedip-kedip.
Jules memekik ketika melihat
minyak di ujung jarinya, dan mulai panik. Secepat yang dia bisa, dia
menggenggam dua cabang lagi dan mencoba agar tidak jatuh. Angin tiba-tiba
bertiup, dan Pendulum berayun berkilauan di atasnya.
Kemudian, lampu di blok
sekitar padam.
Tiang lampu berkedip-kedip,
begitu juga semua lampu di kompleks apartemen. Selama beberapa detik singkat,
mereka bermandikan kegelapan total. Momen itu hanya berlangsung selama satu
menit, dan kemudian lampu kembali menyala.
Kala cahaya kembali, minyak
telah menghilang. Semuanya tampak kembali normal, kecuali Pendulum tidak lagi
menjuntai di dahan pohon. Jules membeku, menggenggam udara kosong. Dia melihat
ke bawah, terperanjat, hanya untuk melihat Putri Salju menatapnya, dengan
pandangan seram berlumuran darah di salju tempat tubuh Erica berada.
Putri Salju memandang Jules,
namun tampak lebih pasif. Pandangan marah ke Jules sudah memudar karena dia
barusaja merasakan rasa takut yang luar biasa. Suara-suara itu sudah hilang. Untuk
pertama kali dalam ingatannya, dia berdiri sendirian di salju. Suara Pendulum
tidak lagi berteriak kepadanya.
Sang Putri Salju, menatap ke
tubuh Erica yang terkapar, dan teriakan histeris perempuan berambut putih itu
bahkan mengagetkan Jules yang masih ada di atas pohon.
Si Putri salju tau apa yang
terjadi. Dia tau kemana Pendulum pergi, dan jiwa siapa yang kini dia hinggapi.
Dia hanya tidak mengerti mengapa. Dia mencintai Pendulum lebih dalam daripada
yang bisa dipahami manusia mana pun, dan mereka telah saling melindungi selama
sekian milenia. Mengapa cinta itu harus hilang sekarang?
Pandangan si Putri salju
kini sepenuhnya kosong. Setelah sekian lama, dia meneteskan air mata. Air mata
itu bahkan tidak dimbangi dengan wajah sedih. Itu hanya mengalir di raut
wajahnya yang datar.
Tentu Erica menepati
janjinya untuk membantu si Putri Salju, namun, dia tidak merasakan simpati,
atau rasa terima kasih, hanya kecemasan dan teror yang tiba-tiba. Object yang
telah dia lindungi begitu lama telah meninggalkannya untuk selamanya,
benar-benar terputus darinya.
Dia mendongak dan mengamati
sekelilingnya, seolah-olah menerimanya untuk pertama kalinya. Di atasnya,
Pustakawan yang pengecut itu merintih di pohon, terlalu takut untuk turun dari
tempat bertenggernya.
Putri Salju menatapnya, dan
kemarahan di wajahnya kembali. Dia tidak akan membalas dendam untuk Erica atau
untuk Pendulum. Apa yang akan dia lakukan sekarang, murni untuk dirinya sendiri.
Dia akan mendatangkan teror
kepada Jules Quincy. Sesuatu yang seharusnya dia lakukan sejak pertama kali
mereka bertemu, ketika mereka berdua masih merupakan Holder dan Seeker.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "[The Holder Of Deliverance] Part 10 : Darah dan Minyak"
Post a Comment