Bagian Ketiga dari Cerita The Holder Of Deliverance
Mencari...
File ditemukan.
Tanggal:
3-Feb-08
Penulis:
J. Quincy
Kau tidak akan bisa membedakan sebuah Obyek hanya dengan melihatnya. Karena mereka bisa apa saja; dari pedang hingga paku payung. Masalahnya adalah, tentang bagaimana cara mendapatkan mereka.
Setelah
kau memasuki dunia milik para Holder, hidupmu adalah chip yang dipertaruhkan
dalam permainannya. Apa yang bisa mereka lakukan kepadamu, mungkin lebih
mengerikan daripada yang bisa dijelaskan. Meskipun, ujian mereka bagi
orang-orang yang datang, tidak selalu sama.
Beberapa
Holder tidak akan pernah memberimu kesempatan untuk memenangkan obyeknya.
Beberapa Objek, bahkan tidak bisa didapat sama sekali. Tentu tidak mengejutkan ketika
tau bahwa beberapa Seeker, tidak termasuk dalam kategori manusia—atau
setidaknya, mereka sudah meninggalkan kemanusiaan mereka jauh sebelum mereka
melakukan pencarian mereka.
Tentu
saja ada pengecualian tertentu dan kondisi tertentu dari setiap pencarian.
.
.
.
Semakin banyak aku membaca tentang
para Seeker, semakin aku mulai memahami kenapa pria yang menelponku nampak
sangat serius. Orang-orang itu (para pencari) memang aneh dengan cara mereka
masing-masing.
Mereka terobsesi dengan pencarian
obyek. Mereka hampir tidak percaya satu sama lain, terus-menerus berbohong, dan
lebih sering berkhianat daripada saling bekerjasama.
Namun, fakta itu tidak lebih
mengejutkan dibanding yang aku temukan di forum online yang aku masuki. Seorang
User tertentu di forum, menjelaskan
kepadaku bahwa ; Seeker-seeker disini, tidak pernah sama. User akan selalu datang dan pergi, bahkan tanpa pamit dan
memperkenalkan diri.
Beberapa dari mereka akan
menjadi pelanggan tetap selama berbulan-bulan, sebelum tiba-tiba menghilang
hanya beberapa hari setelah mereka mengatakan bahwa mereka mendapat Obyek baru.
Jika user itu populer, hilangnya kadang-kadang akan dibahas; jika tidak,
mereka akan diperlakukan seolah-olah mereka memang tidak pernah ada diforum itu
sama sekali. Hilangnya Seeker secara umum di forum ini, sama konstannya dengan
kedatangan user-user baru yang
penasaran.
Tentu setelah berbagai riset
yang aku lakukan, hal yang penting dari semuanya adalah; Para Seeker rupanya akan
mempertaruhkan nyawa mereka demi Object. Tapi
mengapa? Mengapa mereka menempatkan diri mereka di posisi itu? Hanya untuk
sebuah “obyek” yang entah apa?
Aku mengemudi untuk menemui seorang
Seeker di Central Park. Dia memperkenalkan diri sebagai Thompson. Entah itu
nama asli atau alias, aku tidak peduli lagi di titik ini. Yang jelas, dia adalah
sosok yang berbeda dari orang yang menelfonku beberapa hari yang lalu.
User
ini, mengirimiku pesan pribadi di forum ketika dia melihat komentarku yang
mengatakan bahwa aku hendak mencari si “Putri
Salju."
Aku tiba di taman sesaat
sebelum matahari terbenam, melangkah keluar dari mobilku dengan hati-hati dan
mengamati sekeliling. Tidak ada siapa pun yang bisa aku lihat di sini, kecuali
beberapa wanita yang sedang berjalan-jalan dengan anjing mereka. Keheningan di
sini membuatku gelisah; Tingkah laku pria di telepon sebelumnya, cukup
menyeramkan untuk membuatku mewaspadai sekitar.
Saat aku menyusuri jalan setapak
menuju taman, aku melihat siluet seseorang yang nampak duduk di bangku taman;
dia nampak membungkuk. Entah bagaimana, aku langsung tau bahwa dia adalah orang
yang aku cari. Aku sempat ragu menyapanya, karena teringat dengan panggilan
telpon yang tejadi beberapa hari yang lalu.
Tentu karena rasa penasaran
mengalahkan semuanya, aku hanya meyakinkan diri : tidak mungkin kan seeker-seeker lain sama anehnya dengan yang
menelfonku? pasti ada yang baik dan normal diantara mereka.
"Thomson?" Aku
bertanya, mendekat dengan hati-hati.
Alih-alih mengiyakan, dia
mendongak dan bertanya, "Apakah kamu Erica?" Aku mengangguk. Itu
adalah nama samaran yang aku gunakan.
Dia meluruskan posturnya. "Tanyakan padaku,
apa yang aku ketahui tentang Putri Salju."
Aku menelan ludah. Itu adalah
kalimat yang aneh untuk memulai percakapan "A-Apa yang kau ketahui tentang Putri Salju?"
Orang itu memberi jeda
sebentar, untuk melihatku.
"Akulah yang dia ikuti minggu lalu," dia memulai, seperti seorang pendongeng. Aku memutuskan
untuk diam, dan mendengarkannya melanjutkan.
"Dia mengikutiku ke tempat kerja ku di sebuah sekolah. Dia
berdiri di luar dan menatapku melalui jendela. Dia mencoba mendekatiku, dan aku
lari. Aku awalnya tidak tahu apa yang dia inginkan, karena dia hanya
mengikutiku ke mana-mana."
Aku mendengarkan, dan jelas
masih bingung. Disisi lain, dia sangat tenang—sedikit terlalu tenang—tapi aku
bisa mengetahui ada perasaan tidak nyaman pada dirinya. Meskipun dia tidak
menunjukkan emosi, rasanya seolah-olah ada energi berbahaya yang menyertainya.
"Aku sempat bertanya-tanya, dan berbicara dengan beberapa
Seeker lain. Mereka mengaku, juga telah diikuti oleh sang Putri Salju. Salah
satunya, yang terbaru, adalah seorang pria yang memberiku sebuah Pendulum.
Tepat setelah dia memberikan benda itu kepadaku, sang Putri Salju berhenti
mengikutinya, dan mulai mengikutiku...”
Dia menjelaskan, kemudian
menggantungkan kalimatnya.
“... hal yang sama terjadi dengan orang yang memberinya Pendulum. Itulah
kenapa, aku memberikan pendulum itu kepada Seeker lain. Dia sekarang sudah
berhenti mengikutiku. Tanyakan padaku tentang Pendulum."
Aku berhenti sejenak. Cara
tenang yang dia lakukan untuk menjelaskan, membuatku semakin gelisah. "Apa itu
Pendulum?"
"Sebuah Object. Kami tidak bisa menemukan banyak cerita
tentangnya. Kami bahkan tidak tahu dari Holder mana, sang orang pertama
mendapatkannya."
Objek lagi? Apa hubungannya
dia dengan mereka?
"Jadi, kenapa harus--"
"Tanyakan padaku mengapa Putri Salju mengikuti Seeker yang
membawa Pendulum."
Oke, si Thompson ini sedikit
menyebalkan. Aku mengepalkan tinjuku sedikit untuk membiarkan perasaan itu
berlalu. Pada akhirnya, aku mengikuti saja arahannya "Mengapa wanita itu mengikuti Seeker yang
membawa Pendulum?"
"Entahlah."
Aku merasa seperti aku siap
untuk meninjunya, atau melarikan diri saja. Sayang, tidak ada perasaan yang
menang atas yang lain. Kebimbangan ini, pada akhirnya dibuyarkan ketika si
Thompson kembali berucap,
Thompson melanjutkan, "Aku memberikan
obyek ke orang lain tanpa berpikir ketika aku mengetahui sang Putri Salju mengejar
benda itu. Orang yang aku berikan benda itu, tidak pernah aku beritahu tentang
sosok apa yang akan mengejarnya. Ini adalah rahasia yang aku pelajari setelah
melepas benda itu; bahwa kami harus merahasiakan akibat dari membawa benda itu
kepada Seeker yang menerimanya, karena kami ingin selalu ada orang yang bisa
membawanya. Mereka harus tau akibatnya dengan mengalami sendiri, alih-alih
diberitahu secara verbal.”
Thompson menatapku dalam,
seakan melihat apakah aku masih memperhatikan.
“Tanyakan padaku, bagaimana kau bisa menemukan pendulumnya.”
Oke, kesabaranku mulai
habis.
“Tsk! Dialog yang normal saja kenapa sih?!”
Mendengar itu, dia kemudian
menjegalku dan membuatku terjatuh. Tanpa sempat aku bereaksi, dia kemudian
mencengkram leherku dan menekanku semakin keras di tanah yang kotor. Raut
wajahnya yang garang membuatnya terlihat seperti anjing liar; mungkin mulutnya
akan mulai berbusa.
"Jangan memerintahku, gadis nakal!”
Aku mencoba melepaskan diri,
tetapi usahaku sia-sia. Aku sendirian dengannya di sini, dan tidak peduli
seberapa keras aku mencoba berteriak, karena posisiku yang dicekik, aku hanya
bisa mengeluarkan suara serak samar.
Setelah tau bahwa aku hampir
kehabisan nafas, tiba-tiba dia melepaskanku. Aku langsung terduduk dan
terbatuk-batuk, sembari memegangi leherku yang sakit.
Ketika aku melihatnya dengan
amarah, aku melihat sesuatu yang luar biasa. Bagaimana wajahnya bisa begitu
ternoda oleh air mata dalam waktu sesingkat itu? Dia duduk kembali di bangku,
dan meletakkan kepalanya di tangannya. Dia menangis seperti baru saja
kehilangan anggota keluarga.
Setelah beberapa menit
hening, dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan mata merah.
"Aku tidak bisa membantumu lagi. Carilah si ‘Pustakawan’. Jika
ada yang tahu tentang Pendulum lebih dari orang lain, itu dia. Dia tahu lebih
banyak tentang Object daripada kebanyakan dari kita."
Masih memegang
tenggorokanku, aku mencoba mengeluarkan suara. Satu-satunya hal yang membuatku
terpaku di tempat adalah satu pertanyaan yang tersisa.
"Apakah mereka benar-benar nyata?" tanyaku dengan suara yang sulit keluar karena sakitnya.
Dia menatapku dengan
seringai pahit dan penuh kebencian di wajahnya.
"Apakah kau punya cita-cita?" dia menggeram padaku.
"Apa maksudmu?" Kataku,
terkejut.
"Apa yang ingin kau capai dalam hidupmu?"
Aku mengatupkan rahangku
sedikit, dan untuk alasan yang tidak bisa kujelaskan, aku tiba-tiba mual.
"Aku ingin menjadi Aktor." Jawabku.
Dia tertawa pahit. "Aku ingin
menjadi petani. Petani! Kau tau?... Tapi, tidak ada masa depan bagi Seeker. Begitu
kamu mulai melakukan pencarian, kau akan terjebak dalam siklusnya sampai akhir
hayatmu! Mimpi apa pun yang kamu miliki, akan digerogoti. Dimakan oleh Obyek, sampai
kamu mati."
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "[The Holder Of Deliverance] Part 3 : Mencari Putri Salju"
Post a Comment