From
theholders.org
Translated
By Admin
Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke tempat penampungan tunawisma atau dapur umum manapun yang bisa kau datangi. Tanyakan kepada karyawan atau sukarelawan pertama yang kau lihat, apakah dia tahu di mana kau dapat menemukan sosok yang dijuluki "Pemegang Orang Tertindas" [The Holder Of Downtrodden]
Jika sang sukarelawan nampak
melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan sebelum dia
merespons, maka kau telah datang ke tempat yang tepat.
Untuk memenuhi keinginanmu,
Sukarelawan tersebut akan menyiratkan bahwa dia membutuhkan semacam suap
sebelum dia mau membawamu ke mana kau harus pergi. Beri dia sejumlah besar uang
tunai, dan berdoalah semoga uang itu sudah cukup.
Setelah menghitung uang itu
secara cepat, Dia kemudian akan menuntunmu ke sebuah pintu, yang mengarah ke
tangga yang menjulang tinggi. Abaikanlah struktur bangunan yang tidak masuk
akal tersebut karena jika dilihat dari luar bangunan yang pendek, ketinggian
tersebur memang tidak sesuai dengan bentuk bangunan.
Setelah menaiki tangga yang
panjang, sang sukarelawan akan membawamu ke lantai yang luas dengan banyak kamar
yang diatur secara kacau.
Kamar-kamar tersebut tidak
memiliki lorong yang menghubungkannya, dan dengan demikian seseorang harus
berjalan melalui berbagai ruangan untuk mencapai tujuannya. Meskipun begitu,
sang sukarelawan akan sangat luwes dalam menjelajahi ruang demi ruang seakan
dia paham betul pintu-pintu mana yang harus dia lewati diluar kepala.
Tugasmu, adalah mengikutinya
dengan seksama agar kau tidak tertinggal dan tersesat di tempat yang akan mirip
seperti labirin ini. Fokus, adalah kunci karena di setiap ruangan tempat kalian
berjalan, akan dipenuhi dengan orang-orang yang telah menyerah pada
keputusasaan dan kesepian. Memperhatikan orang-orang tersebut terlalu banyak, dan
kau mungkin akan ditinggal begitu saja oleh sukarelawan yang memandumu.
Setelah apa yang akan terasa
seperti berhari-hari, sang sukarelawan akan membawamu ke satu-satunya ruangan
kosong di tempat itu, lalu memberi isyarat tanpa kata agar kau mendekati sebuah
pintu di ujung ruangan.
Bersenandung dengan acuh tak
acuh pada dirinya sendiri, dia akan berjalan kembali seperti dia datang,
meninggalkanmu di ruangan kosong itu sendirian. Jika kau memiliki keraguan di
hatimu, maka sebaiknya kau pergi, dan berharaplah sang sukarelawan belum pergi
terlalu jauh karena akan sangat mustahil bagimu untuk menemukan jalan kembali
seorang diri. Namun jika kau sudah mantap dalam melanjutkan perjalananmu,
masukilah pintu tersebut.
Dibalik pintu, kau akan
menemukan dirimu berada dalam sebuah tempat yang sangat kumuh. Ruangan yang
kotor dan rusak itu, bahkan hampir tidak dapat dikenali sebagai ruang tamu
apabila tidak ada yang menjelaskannya padamu. Debu, sarang laba-laba, cat
mengelupas, atap berlubang dan perabotan rusak, adalah hal yang akan menghiasi
pandanganmu disetiap sudut yang ada.
Di kursi yang dulunya adalah
kursi santai, akan tampak sesosok pria tua yang terlihat muram. Ada semacam
pemandangan yang menceritakan tentang kehidupan yang pernah dipenuhi dengan
kebanggaan dan kesuksesan, tetapi di suatu tempat di sepanjang garis itu,
terjadi penurunan tajam yang membawanya menjadi seperti saat ini.
Dengan nada berat yang
terdengar marah, meskipun tidak meyakinkan, lelaki tua itu akan menuding dan
bertanya alasan kenapa kau datang kemari.
Segera tegaskan bahwa itu
bukan urusannya, dan ambillah sikap seolah-olah kau sama sekali tidak
menghormati orang tua ini. Perlihatkan lah gelagat bahwa dia, bagimu, hanyalah
sampah masyarakat yang tidak layak dihormati atau pun memiliki martabat.
Jika kau cukup meyakinkan,
lelaki tua itu akan menyerah dan akan memilih membiarkanmu. Dia akan dengan
patuh menundukkan kepalanya dan menjadi diam.
Sekarang kau harus
mencari-cari di sekitar ruangan seolah-olah kau adalah sosok yang berkuasa
disini. Buka setiap lemari dan laci kecil yang kau temukan. Ambil apa pun yang
kau suka; selama kau mempertahankan keberadaanmu yang terlihat dominan, tidak
akan ada yang berani menghentikanmu.
Setelah kau memeriksa setiap
laci dan penyimpanan di ruangan itu, tanyakanlah kepada orang tua itu dan
mintalah untuk mengetahui dimana benda paling berharga di ruangan itu disimpan.
Pria itu akan bergumam dan
bergelagat tidak jelas selama beberapa waktu. Namun, kau harus memaksakan
jawaban langsung darinya, bahkan jika kekuatan fisik diperlukan.
Jika kau berhasil, dia akan
memberi tahumu bagaimana dia berakhir dalam situasinya saat ini. Itu adalah
kisah tentang mimpi yang dikalahkan oleh saingan yang kejam, tentang peluang
yang terlewatkan, tentang mimpi yang dihancurkan oleh birokrasi yang tidak
berperasaan, tentang kesuksesan yang dihancurkan oleh masyarakat yang
terperosok dalam dogmatisme.
Pria ini, akan bercerita bahwa
dia pernah memiliki potensi besar dan tekad untuk mengubah dunia menjadi lebih
baik tetapi, dunia yang dia coba selamatkan malah berbalik dan menghancurkannya
karena upayanya terlalu mulia.
Dia juga akan menggambarkan
bagaimana mereka yang memiliki kekuatan akan tidak peduli, dan mereka yang dia
anggap teman dekat telah menjadi musuh atas nama ambisi. Bahkan orang-orang
yang dia cintai telah berpaling karena mereka hanya peduli pada diri mereka
sendiri, terlepas dari semua yang dia korbankan untuk mereka.
Jika kau merasa menyesal,
barang sedikit, atas apa yang telah kau lakukan pada pria ini setelah mendengar
ceritanya, maka dia hanya akan tertawa padamu dan tersenyum gila. Dia, terlepas
dari semua yang telah terjadi, tidak membutuhkan rasa belas kasihan darimu.
Satu Satunya hal yang akan datang dari rasa iba dan menyesal darimu, hanyalah
murkanya dan kau mungkin tidak akan mampu keluar dari tempat itu hidup-hidup
pasca sang kakek tua itu memilih untuk menerkamu.
Satu-satunya keselamatan
bagimu, adalah kau harus mengeraskan hatimu dan tidak merasakan belas kasihan
jika kau ingin tetap bebas.
Setelah cerita lelaki tua
itu selesai, pegang kerah kemejanya dengan geram dan tanyakan satu pertanyaan, "Apa yang mereka peroleh dari
penderitaan yang mereka timbulkan?"
Dengan wajah sedih, dia akan
menjawab pertanyaanmu dengan sempurna sebelum kemudian menyentuh dadamu secara
pelan. Kau mungkin akan merasakan hentakan keras di jantungmu seakan jantung
itu berhenti selama beberapa detik.
Setelah selesai, si pria tua
itu akan kembali tenggelam dalam depresi di kursi santai miliknya. Menghabiskan
detik-detik terakhir hidupnya dalam penyesalan sebelum akhirnya ajal akan
menjemput
Mengabaikan rasa sakit
sesaat di dadamu, sekarang kau dapat keluar melalui pintu tempat kau masuk,
yang akan memgarah langsung ke pintu depan tempat penampungan tunawisma atau dapur
umum tempat kau memulai.
Kau akan merasa, di detik
itu, bahwa segala macam belas kasih ataupun kepedulian terhadap orang lain,
tidak peduli banyak atau sedikit di dalam dirimu, akan sepenuhnya mati bersamaan
dengan orang tua itu.
Kekerasan
mutlak di hatimu adalah Obyek 129 dari 538.
Kau sudah membunuh seluruh
rasa kasih dan kepedulian dalam dirimu. Mulai hari ini, jalan hidupmu hanya
akan mengarah pada keputusasaan dan penindasan, di mana orang yang lemah lembut
dan welas asih di sepanjang jalanmu, akan menjadi orang-orang yang paling
menderita.
Baca The
Holders Series Lainnya
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The Holders Series Chapter 129 : The Holder Of Downtrodden"
Post a Comment