From
theholders.org
Translated
By Admin
Di kota mana pun, di negara mana pun, pergilah ke rumah sakit jiwa atau rumah rehab mana pun yang bisa kau kunjungi. Ketika kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang menyebut dirinya "Pemegang Wabah" [The Holder Of Pestilence]
Kau akan menyadari Sang
pegawai mencoba dengan sekuat tenaga untuk tidak muntah. Setelah beberapa
menit, pegawai akhirnya akan menyerah dan muntah ke keranjang sampah.
Dia kemudian akan berdiri,
dan membawamu menyusuri lorong. kau kemudian akan dihadapkan di sebuah pintu
yang sedikit terbuka.
Janganlah sentuh pintu
tersebut. Melakukannya, akan mengundang kutukan dan kematian instan adalah yang
kau dapat. Sebaliknya, minta pegawai membukanya untukmu. Abaikan Sang pegawai
yang terlihat membusuk secara instan dan langsung terkapar tanpa nyawa di
lantai. Alih-alih, masukilah pintu dengan cepat sebelum pintu tertutup dengan
sendirinya. Jika pintu itu tertutup sebelum kau masuk kedalam, perjalananmu
otomatis berakhir karena kau sudah tidak punya lagi tumbal yang bisa kau perintahkan
untuk membuka pintu.
Jika kau berhasil masuk,
bagaimanapun, kau akan menemukan dirimu berada di ruangan yang gelap. Pintu di
belakangmu akan tertutup dengan sendirinya. Tinggalkanlah pintu itu karena
menyentuhnya, akan membuatmu bernasib sama dengan pegawai yang mengantarmu
kemari.
Sebaliknya, berjalanlah di
depan, dalam kegelapan, sampai kau mencapai apa yang terasa seperti altar batu.
Rabalah dan rasakanlah setiap tekstur dari altar tersebut dengan tanganmu. Pada
titik ini, kau hanya boleh memikirkan rumah, teman-temanu, dan orang-orang yang
kau cintai, ketika sesuatu yang dingin dan basah akan meluncur sebentar di
wajahmu.
Kala hal tersebut berakhir,
kau boleh mencoba meraba altar kembali dan kau akan menyadari bahwa tekstur
dari altar, entah bagaimana telah berubah. Altar tersebut telah terbelah, dan
altar sekarang mengungkapkan sebuah tangga. Itu adalah tangga yang menurun
entah kemana.
Turunlah dengan hati-hati
menyusuri tangga tersebut. Seiring kau turun, cahaya akan perlahan kembali
meskipun dengan sinar yang cukup remang. Terakhir, di bagian bawah tangga,
sangat penting bagimu untuk tidak turun dari anak tangga terakhir. Sebaliknya,
lihatlah sekeras yang kau bisa sampai kau melihat tapak kaki yang tertinggal
diantara lantai merah darah. Pijaki lah tapak kaki tersebut untuk menghindari
menginjak lantai merah.
Lantai merah tersebut,
disebabkan oleh cairan bernama ichor.
Kau mungkin tidak menyadarinya tapi cairan tersebut adalah bentuk yang lebih
murni dari cairan yang digunakan untuk memlitur pintu yang membunuh pemandu jalanmu
diatas. Tidak perlu dijelaskan lagi kalau menginjak lantai merahnya, berarti
nasibmu akan berakhir sama dengan pemandu jalanmu, atau bahkan lebih buruk.
Lanjutkan lah perjalananmu
yang hati-hati sampai kau menemukan sarkofagus batu.
Hanya sedikit orang yang
menyadari hal ini, tetapi kata 'Sarkofagus' dapat juga diartikan sebagai
'Pemakan Daging', dan didepanmu, sangat dipastikan bahwa peti batu tersebut
haruslah ada isinya.
Hal yang harus kau lakukan,
kau harus berbaring di atas peti, diamlah sebentar dan hanyutkan dirimu dalam
ketenangan. Setelah beberapa saat, ruangan akan menyala lebih terang. Cahaya
ambient perlahan memenuhi ruangan. kau harus tetap diam. Jika bangun, semuanya
akan hilang.
Setelah ruangan menyala
dengan cahaya paling terang, kau akan mendengar suara langkah kaki becek,
seperti seseorang berjalan ke dalam ruangan dengan menginjak cairan ichor tanpa peduli. Suara itu akan
berdiri tepat di samping sarkofagus tempat kau terbaring. Sayang, sekeras
apapun kau mencari, wujud dari suara tidak bisa kau temukan.
Kemudian, suara tanpa wujud
akan terdengar tepat di sampingmu. Suara itu akan berbicara dalam bahasa yang
tidak dikenal
Pada titik ini, sebagian
besar seeker akan merasa penting untuk tidak terfokus pada kata-katanya, karena
kata-kata itu, menceritakan kebenaran yang tidak dapat dipahami manusia.
Ketika selesai, suara itu
akan diam dan kau boleh beranjak dari sarkofagus karena bagian penutupnya, akan
terangkat dengan sendirinya. Memperlihatkan Sang holder yang terbaring di
dalamnya.
Sang Holder tersebut,
kemudian akan bangun dan menatapmu. Badanya kurus kering dan kulitnya sudah
menghitam. Matanya yang cekung tidak akan memperlihatkan bola mata apapun.
Meskipun begitu, mulutnya masih mampu berbicara dan akan menanyakan kepadamu,
dalam bahasa ibumu, tentang serangkaian informasi atas dirimu.
Jawablah dengan jujur, dan
kau tidak akan menjadi gila. Kemudian, Sang holder akan memintamu untuk
mengulurkan tangan kirimu. Dia lalu akan meletakkan sesuatu yang dingin ke
telapak tanganmu, lalu mengepalkan tanganmu secara perlahan.
Terlepas dari penampilannya
yang rusak, The Holder Of Pestilence bukanlah sosok yang jahat. Karena ketidak
beruntungan di masa lalu, dia pada akhirnya harus berakhir menjadi penjaga
obyek sampai ada seeker yang meminta obyek yang dia pegang.
Pasca mendapatkan obyek, kau
boleh kembali ke pintu depan dengan melewati jalan tempatmu datang. Obyek yang
kau pegang, akan melindungimu dari akibat yang timbul ketika kau bersentuhan
dengan cairan ichor.
Permata
di tanganmu adalah Object 115 dari 538.
Permata merah darah itu,
adalah Rot-Stone. Rot-Stone merupakan bentuk paling murni dari cairan ichor.
Cairan ichor pada dasarnya adalah darah dari makhluk mitologi abadi yang pada
akhirnyaa berhasil dibunuh. Cairan tersebut menggumpal dan berubah menjadi
permata yang sekarang ada di tanganmu.
Hati-Hati, batu itu bersifat
sangat korosif. Kau harus selalu memegangnya di tanganmu karena kau kini
merupakan satu-satunya yang tidak berpengaruh kepada efeknya. Apabila kau tidak
sengaja menjatuhkannya, kehancuran mungkin tidak dapat terelakkan.
Baca The
Holders Series Lainnya
Catatan
Admin : sooo.. kata ichor
jika ditelusuri menggunakan google, akan mendapatkan penjelasan seperti ini
; the fluid that flows like blood in the
veins of the gods. (atau cairan yang mengalir di tubuh para dewa layaknya
darah)—menurut mitologi Yunani.
Untuk penjelasan di atas,
admin sengaja merubah kata-kata “para dewa” menjadi “makhluk mitologi abadi
yang berhasil dibunuh”. Untuk satu dan beberapa hal, konsep tuhan, dewa dan
entitas mahakuasa di cerita-cerita
The Holders ini, memang sangat samar dan ambigu =__=
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The Holders Series Chapter 115 : The Holder Of Pestilence"
Post a Comment