Terinspirasi oleh ide sederhana dari sukarelawan wanita pada tahun 1917, Satuan Donut Dollie bertugas selama masa perang untuk membantu meningkatkan moral tentara Amerika. Yap, mereka adalah unit elit yang tugasnya mengantar donat ke garis depan.
Siapa Donut Dollies?
Setelah serangan di Pearl
Harbor pada 7 Desember 1941, Palang Merah dengan cepat bergerak untuk memasok
bantuan kepada tentara yang terluka sesuai kebutuhan. Salah satu aspek dari
bantuan ini, adalah menjaga moral pasukan. Disinliah kemudian satuan Donut
Dollie dibentuk.
Meskipun sejarah relawan
wanita di masa perang “yang menggoreng
donat dan menghindari bom” sebenarnya sudah ada sejak tahun 1917, praktik
ini jauh lebih terstruktur dan berbahaya selama Perang Dunia II—karena mereka
benar-benar berangkat ke garis depan.
Pada Perang Dunia II, Palang
Merah Amerika mencari sekelompok wanita yang sangat eksklusif untuk direkrut menjadi
anggota satuan Donut Dollie. Para ahli mengatakan standar untuk sukarelawan
wanita ini, bahkan lebih tinggi dari standar militer pada umumnya.
Para wanita ini harus
berusia minimal 25 tahun, berpendidikan perguruan tinggi, dan mampu memberikan
surat rekomendas serta lulus ujian fisik. Oh, dan mereka juga harus memiliki
“kepribadian yang luar biasa.”
Menurut statistik, Hanya
satu dari enam pelamar yang berhasil lolos.
Begitu Donut Dollie baru
diterima secara resmi, mereka akan menerima imunisasi, dipasangkan seragam
Palang Merah, dan menjalani beberapa minggu pelatihan dasar tentang sejarah,
kebijakan, dan prosedur Palang Merah dan Angkatan Darat AS.
Mereka juga menerima panduan
berpakaian yang sangat spesifik tentang cara mengenakan seragamnya—tidak ada
anting-anting, hiasan rambut, “cat kuku yang cemerlang” atau “penggunaan
kosmetik yang berlebihan.”
Setelah Donut Dollie
menyelesaikan pelatihannya, mereka dikirim ke luar negeri, di mana mereka akan
mengoperasikan "Clubmobile" yang pada dasarnya adalah kios bergerak
yang dapat melakukan perjalanan langsung ke tentara yang ditempatkan di
pangkalan atau kamp yang jauh di garis depan.
Bus hijau satu tingkat ini
dilengkapi dengan peralatan yang dibutuhkan Donut Dollies untuk membuat donat
segar tepat di tempat untuk pasukan yang lapar.
Donat Dollies Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II,
Perusahaan Donat Amerika meminjamkan 468 mesin donat ke Palang Merah. Setiap
mesin dapat menghasilkan sekitar 48 lusin donat per jam. Namun saat perang
berkecamuk, mesin-mesin tersebut terbukti tidak efisien dalam memenuhi
permintaan yang tinggi..
Salah satu Anggota unit
Donut Dollies, Clara Schannep Jensen, menulis dalam sebuah surat kepada
keluarganya di rumah: “Sehari sebelum kemarin, kami menghabiskan sepanjang hari
membuat donat. Permintaan sangat banyak.”
Menurut satu laporan dari
akhir 1944, total 205 wanita telah bertugas membuat lebih dari 4,6 juta donat
untuk tentara Sekutu di Inggris Raya.
Seperti yang dicatat Jensen
dalam surat lain kepada keluarganya: “Aku memiliki pekerjaan yang cukup penuh tanggung jawab dan
aku cukup senang ketika para tentara merasa dapat kembali bersemangat pasca
memakan donat.”
Selain donat, Clubmobiles
juga diisi dengan rokok, majalah, permen karet, dan koran yang memberikan rasa
normal tambahan bagi semua prajurit yang rindu kampung halaman.
Untuk menutupi kenyataan
bahwa mereka yang berada di lapangan tidak dapat mengunjungi klub asli di
kota-kota seperti London, bus juga dilengkapi dengan pengeras suara untuk
memutar musik dengan keras.
Bagian belakang Clubmobiles juga bisa dibuka menjadi ruang tunggu darurat, dilengkapi dengan kursi di mana tentara bisa duduk dan berbicara di antara mereka sendiri dan bahkan mungkin menggoda wanita muda cantik yang membuat donat.
Setelah Perang Dunia II,
Donut Dollies melakukan ekspansi misi dibawah bendera palang merah. Mereka beroperasi
di medan Perang Korea dan juga Perang Vietnam. Sebanyak 899 anggota Donut
Dollies, ditugaskan di Korea Selatan dari tahun 1953 hingga 1973.
“Ke mana pun kami pergi, kami membawa donat, yang baru dipanggang
setiap hari oleh pembuat roti, untuk para pasukan (khususnya pasukan Amerika)” kata sukarelawan Patricia Lorge . “Ini, tidak diragukan lagi, dimaksudkan untuk
membawa kenangan kampung halaman bagi pasukan yang bertugas di tanah yang jauh.”
Dia menambahkan, “Kami mengirim
donut ke lokasi-lokasi terpencil dan terisolasi, dan melakukan tugas kami demi
mengembalikan semangat juang prajurit.”
Dangerous Mission
Namun tentu, terlepas dari
kegiatan mereka yang menyenangkan. Fakta bahwa mereka adalah unit yang berpergian
di medan perang, tak jarang membuat bahaya datang mengintai.
Selama perang dunia kedua sendiri,
dilaporkan telah tercatat sekitar 52 orang dari satuan Donut Dollies yang
meninggal di garis depan. Fakta bahwa tugas utama mereka adalah mengantar
donat, membuat mereka lebih rentan terkena bahaya karena jarang membawa
persenjataan besar.
Disuatu kesempatan, bahkan
bahaya datang dari tentara Amerika Sendiri. Seorang regu Donut Dollies bernama
Virginia E. Kirsch, dilaporkan dibunuh oleh seorang tentara AS yang kecanduan
narkoba.
Selebihnya, misi mereka di garis
depan juga memberikan pengalaman yang tidak terlupakan tentang betapa
mengerikannya medan pertempuran. Linda Sulivan Schulte, seorang Donut Dollies
yang bertugas di Vietnam, mengenang : “Kami semua mengalami insiden seperti digas, menyaksikan roket
menghancurkan gedung dan lari dari serangan penembak jitu.”
Sementara jumlah pria yang
kehilangan nyawa di medan perang jauh melebihi jumlah wanita, Donut Dollies
juga menunjukkan keberanian dan ketidakegoisan yang luar biasa selama masa
ketidakpastian tersebut.
Warisan Mereka Hari Ini
Tentu diantara daftar para
pahlawan nasional Amerika, tidak satupun diantaranya merupakan Donut Dollies—setidaknya
secara tertulis.
Meskipun mereka mungkin
tidak mengacungkan senjata atau merangkak melalui parit, para wanita ini
memegang tanggung jawab besar melawan medan perang emosional.
Banyak yang bilang bahwa
sementara perawat mengobati Luka fisik prajurit, Donut Dollies mengobati luka
psikologis mereka di masa masa sulit. Bahkan, semenjak PTSD adalah sesuatu yang
nyata, sangat jelas bahwa dukungan moral sangat penting dalam pertempuran.
Hari ini, satuan Donut Dollies masih ada. Dibawah bendera palang merah, mereka akan sesekali ikut bergabung di dalam misi yang dilakukan tentara Amerika Serikat sebagai pendukung secara psikis dan moral.
Baca
Juga :
- Marcel Marceau : Dari Pantomim Hingga Bergabung dengan Pasukan Perlawanan Prancis di Perang Dunia Kedua
- Kisah Irena Sendler : Perempuan yang Menyelamatkan lebih dari 2000 Anak Yahudi dari Kekejaman Holocaust.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
seperti pahlawan tanpa tanda jasa...gue amat menghormati mereka. bagi gue mereka selevel tentara, damkar, dokter bedah dll yang berurusan dengan nyawa !
ReplyDelete