Richard "Dick" Bong adalah salah satu pilot pesawat tempur paling sukses yang pernah dimiliki Amerika Serikat selama perang. Sayang, kehidupannya yang luar biasa terasa anti-klimatik ketika dia meninggal hanya dalam sebuah latihan terbang sederhana.
Richard “Dick”Bong
Richard Bong tumbuh sebagai
anak petani sederhana di pedesaan Wisconsin. Dia adalah anak tertua dari
sembilan bersaudara yang lahir dari ayah Swedia dan ibu Skotlandia-Inggris.
Semenjak kecil, Bong
diketahui memang sudah unggul dalam banyak hal. Khususnya, dia sangat hobi
berburu dengan senapan—dan dia cukup ahli.
Pada usia delapan tahun,
Bong kagum pada pesawat yang terbang di atas pertanian keluarganya dalam
perjalanan untuk mengirimkan surat. Richard muda, atau Dick begitu dia
dipanggil, mengatakan bahwa pesawat pos, terbang di atas rumahnya setiap hari,
dan atas alasan itulah, dia kemudian mengatakan“Aku tahu saat itu, bahwa aku ingin menjadi
pilot.”
Setelah SMA, Richard Bong diketahui
mendaftar di Superior State Teachers'
College di mana dia mendapatkan lisensi pilot sipilnya. Pada awal 1941,
bahkan sebelum Amerika memasuki Perang Dunia II, pilot yang ulung tersebut
sudah terdaftar di Program Kadet Penerbangan Korps Udara di Angkatan Besenjata.
Sangat cepat, karir Dick
Bong (secara harfiah) meroket. Dia pergi ke tempat pelatihan yang lebih maju di
California, dan kemudian belajar lagi di Luke
Field, Arizona. Di sana, dia diajari
berbagai macam pengetahuan tentang penerbangan oleh Kapten Barry Goldwater.
Hamilton Field dekat San Francisco, adalah destinasi berikutnya bagi Bong untuk menapaki karirnya sebagai penerbang. Pada awal 1942 setelah Amerika Serikat secara resmi memasuki perang, dia mulai ditugaskan untuk mengendarai pesawat tempur Lockheed P-38 Lighting—itu adalah pesawat tipe terbaru yang sangat cepat, besar, tenang, dan mematikan kala itu.
Pada tahun yang sama,
Richard Bong dilaporkan sebagai pengganggu karena ulahnya yang sangat jahil.
Rupanya, membawa pesawat yang super besar itu, dia akan terbang berputar-putar
di atas dan di bawah Jembatan Golden Gate. Dia juga dilaporkan sangat sering
terbang cukup rendah di sepanjang Market Street untuk mengagetkan para warga
yang melakukan kegiatan sehari-hari mereka.
Dia bahkan bertindak lebih
jauh dengan beterbangan rendah disekitar rumah-rumah di Oakland. Hal tersebut,
cukup mengganggu ibu rumah tangga yang sedang menjemur pakaian karena pakaian
tersebut akan berterbangan.
Perang Dunia ke II
Pada November 1942, ia
menjadi bagian dari Skuadron ke-39 Grup Tempur ke-35. Pada tanggal 27 Desember,
kelompoknya yang terdiri dari 12 pesawat bertipe P-38, menyerang kawanan yang
terdiri dari 40 Fighter Jepang untuk
melindungi serangan bom yang menuju ke New Guinea.
Kelompoknya menembak jatuh
12 pesawat musuh, dua di antaranya dikreditkan ke Bong. Kiprahnya di perang
tersebut, membuatnya mendapatkan medali Silver Star.
Kurang dari dua minggu
kemudian, Dick Bong berhasil menembak jatuh dua pesawat Jepang lagi yang tengah
mengawal konvoi. Sehari setelah menjatuhkan dua pesawat Fighter, dia
menambahkan satu lagi pembunuhan ke totalnya.
Dalam waktu dua minggu, Bong
menjatuhkan lima pesawat musuh. Dia kemudian dianugeragi Distinguished Flying Cross dan gelar resmi sebagai "ace".
Tentu karirnya tidak
berhenti sampai disitu saja. Sepanjang tahun 1943, eksploitasi Richard Bong
akan terus berlanjut di perang asia pasifik.
Disuatu ketika, skuadronnya
berada di atas Lembah Markham dekat Lae, New Guinea, ketika orang-orang itu
mencegat 20 pesawat Jepang. Bong meleset dari pesawat musuh pada serangan
pertamanya, tetapi kemudian dia menukikan pesawat P-38-nya dan menambah
kecepatan sebelum kembali ke arah pesawat Jepang secara langsung.
Dia menembak jatuh satu
pesawat yang terbang ke arahnya, sebelum berbelok dan menjatuhkan yang lain.
Dalam pertemuan tersebut, Berhasil menjatuhkan empat pesawat musuh sendirian.
Later Year
Pilot tempur pemberani tersebut
kemudian menerima promosi menjadi letnan pada 1 April dan kemudian menjadi
kapten pada Agustus 1943. Sebagai kapten, Richard Bong ditugaskan di New Guinea
di markas Angkatan Udara Kelima. Terlepas dari seorang Kapten yang tidak harus
terbang secara langsung di udara, Bong lebih memilih untuk terus berkiprah
dengan mengendarai P-38 Lighting nya.
Sepanjang karirnya, Kapten
Dick Bong menjalin persahabatan yang mendalam dengan sesama ace bernama Mayor
Thomas J. Lynch. Kedua pria itu bisa terbang kapan pun mereka mau karena mereka
pada dasarnya adalah “pentolan” di pangkalan tersebut.
Pada bulan Maret 1944, Bong memulai misi
dengan Lynch mengencarai P-38 perak-aluminium barunya yang dijuluki Marge—pesawat itu dia namai sesuai cinta lama
Bong.
Saat pasangan itu mendekati
Pelabuhan Aitape di New Guinea, P-38 milik Lynch terbakar karena tembakan. Bong
sempat mencoba menelepon temannya itu untuk menyelamatkan, tapi sudah
terlambat. Pesawat Lynch meledak beberapa detik setelah dia melontarkan diri,
dan Bong harus pulang membawa pesawatnya sendiri ke pangkalan karena sangat
tidak mungkin mencari Lynch di darat.
Pada tahun yang sama,
Richard Bong dikabarkan mencetak hitungan pembunuhan musuhnya menjadi 28. Pada
titik ini, ia berhasil melampaui catatan milik Eddie Richenbacker yang
berkiprah di perang dunia pertama—Eddie membunuh sekitar 26.
Rickenbacker kemudian
mengirim medali Ace of Aces miliknya kepada Bong beserta pesan ucapan selamat.
Pada April 1944, ia mendapatkan
promosi ke mayor dan dipulangkan dari garis depan ke Texas untuk melatih pilot baru
untuk pesawat P-38. Pada bulan september, Bong akan kembali dengan sukarela ke
Pasifik kala dia ditawari misi tempur lain—dia rupanya juga merasa bahwa dia
lebih berguna di garis depan.
Menurut cerita, Richard bong
akan menjatuhkan sekitar 40 pesawat musuh dalam 200 kali misi penerbangan. Di
tentara Amerika, itu adalah rekor sepanjang masa yang tidak pernah bisa
dilampaui bahkan sampai perang dunia kedua selesai.
Jenderal MacArthur, secara
pribadi, kemudian memberikan medali kehormatan terhadap Bong.
End Of War
Pada awal 1945, Bong
akhirnya menikahi cinta lamanya, Marge. Dia kemudian ditugaskan kembali ke
Bagian Uji Penerbangan Pangkalan Angkatan Udara
Wright-Patterson untuk menguji pesawat baru, jet tempur Lockheed P-80,
mulai Juni 1945.
Pada 6 Agustus 1945, Bong
memasuki kokpit P-80 setelah pesawat itu digunakan selama 4 jam. Meskipun
begitu, Bong tetap memulai penerbangannya dengan mantap.
Saksi dilaporkan melihat
asap hitam keluar dari pesawat tak lama setelah lepas landas. Jet itu kemudian terbalik
dan menukik tajam ke tanah. Dan yap, itu adalah akhir dari kisah sang jagoan
terbang.
Mayat Bong ditemukan 100
kaki dari lokasi kecelakaan, terbungkus parasutnya yang gagal digunakan dengan
benar.
Itu adalah akhir yang
tiba-tiba untuk karier yang gemilang Richard “Dick” Bong. Daripada mati
menghadapi musuh, ace terbang terbesar Amerika tersebut tewas dalam kecelakaan
pelatihan sederhana.
Ironisnya, Bong meninggal
pada hari yang sama ketika Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Richard
Bong baru berusia 25 tahun kala itu. Hanya dalam tujuh tahun di militer, dia
telah menjalani lebih banyak petualangan daripada kebanyakan orang seumur
hidup.
Dan yap, kisahnya pun berakhir.
Baca
Juga :
- Kisah Hidup Hans-Joachim Marseille, seorang Pilot andalan Pasukan Nazi yang Secara Terbuka Anti-Nazi
- Between Drug And Death : Kisah “Petualangan Narkoba” Aimo Koivunen Pada Perang Dunia Ke Dua
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Ace Of Aces : Pilot Tempur Andalan Amerika Serikat Di Perang Dunia 2, yang Kematiannya Sangat Anti Klimatik"
Post a Comment