"Black Wall Street", Itulah julukan yang diberikan kepada kota Greenwood di Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat. Itu adalah lingkungan seluas satu mil persegi yang dihuni oleh mayoritas keluarga kulit hitam kaya di Tulsa, Oklahoma.
Sejak ditemukannya sumber
minyak pada awal abad ke-20, dokter, pengacara, dan pemilik bisnis berkembang
pesat di pinggiran kota yang makmur tersebut.
Setidaknya, sampai tragedi Pembantaian
Tulsa tahun 1921 terjadi.
Itu adalah pembantaian yang
dipicu pasca seorang pria kulit hitam berusia 19 tahun bernama Dick Rowland,
dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita kulit putih berusia
17 tahun di dalam lift. Sebenarnya, itu hanyalah kecelakaan kecil karena Rowland
bersikeras bahwa dia hanya tersandung dan secara tidak sengaja jatuh menimpanya
saat dalam perjalanan ke kamar kecil.
Wanita itu, Sarah Page,
tidak mengajukan tuntutan. Tetapi, masyarakat sangat marah. Sebuah koran bahkan
memuat berita dengan judul: "Tangkap
Negro karena Menyerang Gadis di Lift!"
Karena pemberitaan yang
sangat provokatif tersebut, ratusan massa kulit putih berkumpul dalam upaya
untuk menghukum mati Rowland. Tentu disisi lain, orang-orang kulit hitam
Greenwood tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Berbekal senapan, 30 warga
kulit hitam mendirikan barikade di luar kantor polisi tempat Rowland ditahan.
Kala tembakan pertama
dilepaskan, itulah tanda dari dimulainya Pembantaian Tulsa.
Latar Belakang “Black Wall Street”
Didirikan pada tahun 1906,
Greenwood dibangun di tempat yang dulunya adalah Wilayah Indian. Beberapa orang
Afrika-Amerika yang dulunya adalah budak suku, akhirnya bisa berintegrasi ke
dalam komunitas lokal dan bahkan membeli tanah mereka sendiri.
Pemilik tanah kulit hitam
yang kaya, OW Gurley adalah orang yang membeli 40 hektar tanah di Tulsa dan
menamakannya sebagai Greenwood. Pembelian itu bukanah untuk dirinya sendiri
melainkan untuk kepentingan bersama.
Pasca pengelolaan tanah
dimulai, Gurley segera mulai meminjamkan uang kepada orang kulit hitam lain
yang ingin memulai bisnis di Greenwood. Tak lama setelah itu, "Black Wall
Street" mulai berkembang menjadi kota bisnis dikalangan warga kulit hitam
Amerika.
Tentu bagi orang-orang kulit putih yang rasis, tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk menaruh perhatian kepada komunitas kulit Hitam di Greenwood. Hanya dari melihat Greenwood berkembang sedemikian rupa saja, sudah cukup bagi mereka untuk termotivasi melakukan penghancuran ketika konflik pecah—Buah dari rasisme tersebut, sedikit banyak akan tercermin dalam kasus Pembantaian Tulsa.
Pada tanggal 1 Juni 1921,
ribuan perusuh terlihat melewati Greenwood, dan tanpa ampun menembak orang
kulit hitam di jalan-jalan, menghancurkan properti, dan membakar rumah-rumah.
Mereka menghancurkan bisnis,
menjarah bangunan, dan pada dasarnya mengemban misi untuk meratakan kota
menjadi reruntuhan. Hanya dalam satu hari, para perusuh secara kolektif telah
berhasil membakar hampir seluruh bagian dari Black Wall Street.
Tidak butuh waktu lama
sebelum gubernur Oklahoma mengumumkan darurat militer, dan memboyong Garda
Nasional ke kota Tulsa untuk mengakhiri kekerasan.
Sayang, beberapa saksi mengatakan
bahwa polisi dan Garda Nasional, malah bergabung ke dalam barisan kulit putih
sembari menjatuhkan dinamit dari pesawat dan menembakkan senapan mesin ke
kerumunan penduduk kulit hitam.
Memang, upaya mereka untuk
mengakhir kerusuhan, berhasil karena hanya dalam 24 jam, semuanya berakhir. Sayang,
seluruh daerah Greenwod sudah sepenuhnya rata dengan tanah.
Akibat Mengerikan dari Tulsa Riot.
Pada pagi hari, suasana
Greenwood hanya menyisakan abu dan reruntuhan berdebu saja.
Laporan awal mengklaim bahwa
35 orang tewas dalam Pembantaian Ras Tulsa. Tetapi baru-baru ini pada tahun
2001, sebuah penyelidikan oleh Komisi Kerusuhan Ras Tulsa berpendapat bahwa
jumlah korban tewas sebenarnya mendekati 300 orang sementara Ribuan lainnya
terluka.
Lebih dari 6.000 pria kulit
hitam telah ditangkap dan ditahan oleh Garda Nasional, dan hanya dibebaskan
jika majikan kulit putih atau warga kulit putih mau menjamin mereka. Beberapa
pria ditahan selama delapan hari.
Dari segi kerusakan
properti, lebih dari 35 blok di jalan-jalan telah dibakar, yang menyebabkan
kerusakan properti lebih dari $1,5 juta (Hari ini, itu akan setara dengan
sekitar $30 juta)
Di antara penduduk Greenwood
yang selamat, hampir semuanya, sekitar 10.000 orang benar-benar kehilangan tempat tinggal. Dalam
semalam, keluarga kulit hitam terkaya di Amerika beralih dari tinggal di
pinggiran kota yang berkembang dan berpendidikan tinggi, menjadi berkerumun di
tenda Palang Merah yang sempit
Dalam beberapa hari setelah
Pembantaian Ras Tulsa terjadi, komunitas kulit hitam mencoba untuk mulai
membangun Greenwood kembali. Namun, ribuan dari orang-orang ini terpaksa
menghabiskan musim dingin pada tahun 1921 dan 1922 di tenda-tenda tipis yang
sama karena kerusakan kota sudah diluar nalar.
Sekian waktu berlalu dan
meskipun Greenwood akhirnya berhasil dibangun kembali, tempat itu tidak akan
pernah sama lagi—banyak orang yang tinggal di sana tidak akan pernah
benar-benar pulih dari trauma atas tragedi pembantaian tersebut.
Sementara itu, penyelidikan
terhadap Dick Rowland akan dihentikan pada bulan September 1921. Sarah Page
(wanita kulit putih di dalam lift), tidak akan pernah muncul ke publik kembali
meskipun pada awalnya dialah yang melapor atas “pelecehan seksual” tersebut.
Menurut surat kabar nasional
kala itu, beberapa hari setelah pembantaian Tulsa, seorang hakim kota mengutarakan
sebuah pidato yang menjanjikan untuk pembayaran ganti rugi terhadap masyarakat
Tulsa.
Sayangnya, itu hanyalah
janji palsu yang tidak pernah terealisasikan hingga hari ini.
Pasca Tragedi Pembantaian Tulsa
Organisasi anak dajal yang
bernama Ku Klux Klan, dilaporkan akan mengalami peningkatan jumlah anggota
secara signifikan pasca pembantaian Tulsa. Seorang Juri Agung berkulit putih,
nantinya akan menyalahkan orang Tulsa kulit hitam atas akar dari pembantaian
itu sendiri.
Terlepas dari orang-orang
kulit putih yang telah terbukti membakar rumah-rumah dan membunuh orang-orang kulit
hitam di Tulsa, tidak akan pernah ada seorang pun yang diadili.
Memang sangat menyedihkan namun,
meskipun Pembantaian Tulsa akan menjadi pembantaian terburuk dalam sejarah
Oklahoma, segala macam catatan akan hampir terhapus dari ingatan nasional untuk
selamanya.
Untungnya, pada tahun 1971
editor Impact Magazine Don Ross
menerbitkan salah satu pengakuan pertama dari pembantaian tersebut. Ini adalah
50 tahun setelah tragedi itu terjadi. Menurut catatan publik, Ross akan sering
dianggap sebagai orang pertama yang membawa perhatian nasional ke tragedi
sejarah yang terlupakan ini.
Pada pergantian abad ke-21
(80 tahun setelah peristiwa itu) Komisi Kerusuhan Ras Tulsa akan mengeluarkan
laporan dan menuntut kepada pemerintah agar para survivor dari tragedi tersebut dapat menerima ganti rugi.
Namun, baik pengadilan
distrik dan Mahkamah Agung AS, akan menolak permintaan ini dengan mengatakan
bahwa undang-undang pembatasan telah berakhir (intinya kasusnya udah jatuh
tempo dan klaim secara hukum sudah tidak bisa dilakukan)
Meskipun para survivor tidak bisa menerima ganti rugi,
organisasi sosial seperti Tulsa
Historical Society mulai gencar berkegiatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan kasus tersebut.
Yang mengejutkan,
Pembantaian Ras Tulsa tidak menjadi bagian dari kurikulum sejarah AS sampai
tahun 2000. Itulah kenapa, anak-anak yang bersekolah sebelum tahun 2000, mungkin
tidak akan pernah tau akan bagian terkelam dari sejarah nasional mereka itu.
Hmm..
Baca
Juga :
- Insiden MOVE 1985: Ketika Polisi Menjatuhkan C4 ke Kerumunan Warga Kulit Hitam
- Unsinkable Sam : Kisah Seekor Kucing yang Selamat Berkali-kali dari Serangan Torpedo Selama Perang Dunia ke II.
- Wierdest Unsolved Case : Kasus Penculikan dan Menghilangnya Bobby Dunbar pada Tahun 1912
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Orang rasis anjeng. Ku Klux Klan bngst.
ReplyDeleteSempet ada kasus juga soal sindrom rasis. TS reader MBP mungkin tau yg soal Gaby Petito kemarin.