Ini adalah Part ke 2 dari
pembahasan 2 part. Silahkan baca Part 1 nya disini
Pada awal 1980-an, Marjorie Wallace bekerja sebagai jurnalis investigasi di surat kabar The Sunday Times di London. Pertemuannya dengan Silent Twins, adalah ketika dia tertarik untuk meliput sebuah berita tentang sepasang gadis kembar yang menjadi pelaku dari 3 pembakaran properti secara beruntun.
Tidak membuang-buang waktu, Wallace
kala itu langsung menjangkau keluarga Gibbons untuk melakukan wawancara. Aubrey
dan Gloria, selaku orang tua sikembar June dan Jennifer, mengizinkan Wallace masuk ke rumah mereka, dan
bahkan memperbolehkan Wartawan itu untuk mengunjungi kamar June dan Jennifer
(si kembar sedang ditahan oleh kepolisian kala itu)
Di dalam kamar, Wallace
langsung menyadari banyak sekali tempelan dan tulisan yang nampaknya dibuat
oleh June dan Jennifer. Kamar tersebut, “penuh
dengan imajinasi” yang dicurahkan di atas kertas dan ditempel di
dinding-dindingnya.
“Aku pergi untuk menemui orang tua mereka dan mereka membawaku ke
lantai atas. Mereka lalu menunjukkan kepadaku di sebuah kamar, banyak tulisan,
buku-buku dan hal-hal serupa.
Apa yang aku temukan adalah, bahwa ketika mereka (June dan Jennifer)
berada di ruangan itu sendirian, mereka telah mengajar diri mereka sendiri
untuk menulis.
Karena orang tua mereka memperbolehkanku membawa beberapa buku, aku
pun mengambil setumpuk untuk dibawah pulang. Aku tidak percaya ini namun,
terlepas dari gadis-gadis itu yang menolak untuk bicara dan dianggap sebagai
zombie, mereka memiliki kehidupan yang imajinatif dan luar biasa.” Ujar Wallace mengenang masa itu.
Kunjungan kepada Silent Twins
Didorong oleh
ketertarikannya pada imajinasi gadis-gadis itu, Wallace kemudian mengunjungi
June dan Jennifer Gibbons di penjara, sementara mereka masih menunggu
persidangan.
Tentu pada awalnya Wallace
termasuk orang yang tidak mau diajak bicara oleh June dan Jennifer. Namun
setelah dia menyinggung tulisan-tulisan yang mereka buat, gadis-gadis itu
perlahan mulai mau berbicara dengannya.
Wallace percaya bahwa rasa
ingin tahunya terhadap tulisan gadis-gadis itu, adalah faktor yang membuat dia
mampu mendekati June dan Jennifer.
“Mereka sangat ingin diakui. Tulisan-tulisan mereka, ingin mereka
terbitkan agar bisa dibaca banyak orang.” Kenang
Wallace “Aku
pikir, itu mungkin adalah salah satu kunci yang mampu menyembuhkan mereka dari ‘kebisuan’
yang mereka pilih untuk jalani.”
Meskipun gadis-gadis itu
akhirnya dibawa ke Rumah sakit Broadmoor setelahnya, Wallace tidak pernah
menyerah pada mereka. Secara berkala dan
presisten, Wallace terus mengunjungi dan membujuk mereka untuk mengeluarkan
kata-kata. Perlahan tapi pasti, dia pun diterima sebagai “orang ketiga”
meskipun hanya diajak bicara secara terbatas.
“Aku selalu suka bersama mereka,” katanya. “Mereka memiliki sedikit rasa humor dan akan menanggapi lelucon yang aku buat. Sering kali, kami bertiga akan menghabiskan waktu minum teh bersama hanya dengan tertawa.”
The Darkest Mind
Tentu sudah merupakan
konsekwensi bahwa, seiring Wallace memahami mereka lebih dalam, semakin banyak
pula informasi yang akan dia dapat dari Jennifer dan June.
Disamping kegembiraan yang
dia dapat, Wallace secara perlahan juga mengungkap kegelapan di antara June dan
Jennifer. Disuatu ketika, Wallace diperbolehkan membaca buku harian June dan
dia menemukan bahwa June terkadang akan
merasa dirasuki oleh saudara
perempuannya. June juga menyebut Jennifer di buku hariannya sebagai “bayangan gelap”
atau dark shadow
Sementara itu, buku harian
Jennifer mengungkapkan bahwa dia menganggap June dan dirinya sendiri sebagai
"musuh yang mematikan" (Fatal
Enemies). Dalam menggambarkan June, Jennifer memilih kata-kata seperti : Kesengsaraan, penuh tipu daya dan sadis.
Penelitian Wallace ke dalam
buku harian gadis-gadis itu, mengungkapkan benang kebencian diantara mereka.
Terlepas dari ikatan mereka yang tampaknya tak tergoyahkan, dan pengabdian mereka
yang nyata, gadis-gadis itu masing-masing secara pribadi rupanya memiliki
ketakutan luar biasa terhadap satu sama lain selama lebih dari satu dekade.
Untuk sebagian besar,
Wallace memperhatikan, June tampaknya lebih takut pada Jennifer, dan Jennifer tampaknya
adalah sosok yang lebih dominan. Pada tahap awal hubungan mereka, Wallace
terus-menerus mencatat bahwa June sepertinya ingin berbicara dengannya, tetapi
petunjuk halus dari Jennifer sepertinya menghentikan June untuk terbuka kepada
Wallace.
Seiring berjalannya waktu,
sikap itu tampaknya terus berlanjut. Sepanjang hubungannya dengan si kembar
pendiam, Wallace akan memperhatikan keinginan June untuk menjauhkan diri dari
Jennifer, dan cara Jennifer yang mendominasi.
Perjanjian Batin
Lebih dari satu dekade
setelah dikirim ke Broadmoor, diumumkan bahwa June dan Jennifer Gibbons akan dipindahkan
ke fasilitas mental dengan keamanan lebih rendah.
Dokter di Broadmoor, serta
Marjorie Wallace, telah mendorong agar gadis-gadis itu dikirim ke suatu tempat
yang tidak terlalu intensif dan akhirnya mendapatkan tempat di Klinik Caswell
di Wales pada tahun 1993.
Beberapa hari sebelum
pindah, Marjorie Wallace mengunjungi si kembar di Broadmoor, seperti yang
dilakukannya setiap akhir pekan. Mengingat kunjungan yang tak terlupakan itu,
Wallace menjelaskan :
"Aku sedang berkeliling bersama mereka berdua kala itu sebelum
kemudian kami pergi ke tempat di mana para pengunjung diizinkan untuk minum
teh. Awalnya, kami memulai percakapan yang cukup menyenangkan sebelum
tiba-tiba, ditengah percakapan Jennifer berkata :
‘Marjorie, Marjorie, aku harus mati.’
Aku awalnya mengira dia becanda sebelum kemudian aku bertanya ‘Apa? Jangan
konyol. Kau tau kan kalau sebentar lagi kalian akan keluar dari Broadmor,
kenapa kau harus mati? Kau kan tidak sakit’
Dia kemudian membalas ‘karena kita sudah memutuskan’
Kala itu, aku merasakan rasa sedih dan ketakutan ketika kulihat
wajah mereka benar-benar memiliki raut serius.”
Welp,
ketakutan Marjorie Wallace tersebut terbukti benar karena Jennifer kemudian
dinyatakan meninggal (admin sudah sebutkan di part sebelumnya). Memang aneh,
namun Wallace nampaknya sedikit memahami bahwa rupanya mereka sudah mempertimbangkan
cukup lama bahwa salah satu dari mereka harus mati, agar yang lain bisa
benar-benar hidup normal dan utuh.
Tentu saja, setelah kunjungannya
yang aneh dengan gadis-gadis itu, Wallace sempat memberi tahu dokter mereka
tentang percakapan yang mereka bagikan. Para dokter mengatakan kepadanya untuk
tidak khawatir, dan meyakinkan bahwa gadis-gadis itu berada di bawah
pengawasan.
Tetapi pagi hari ketika
gadis-gadis itu meninggalkan Broadmoor, Jennifer melaporkan merasa tidak enak
badan. Saat mereka melihat gerbang Broadmoor menutup dari dalam mobil transport
mereka, Jennifer menyandarkan kepalanya di bahu June dan berkata, "Akhirnya kita
keluar." Dia kemudian mengalami semacam koma sebelum kemudian
meninggal kurang dari 12 jam kemudian.
Dia meninggal pada pukul
06:15 dalam perjalanannya ke Wales.
Sementara penyebab resmi
kematian diyakini sebagai pembengkakan besar di sekitar jantungnya, kematian
Jennifer Gibbons sebagian besar masih menjadi misteri. Tidak ada bukti racun
dalam sistem tubuhnya atau hal lain yang tidak biasa.
Para dokter di Klinik
Caswell, menyimpulkan bahwa obat-obatan yang diberikan kepada gadis-gadis di
Broadmoor pasti telah memprovokasi sistem kekebalan Jennifer—meskipun mereka juga mencatat bahwa June
diberi obat yang sama dan dalam kesehatan yang sempurna saat tiba.
Setelah kematian saudara
perempuannya, June menulis dalam buku hariannya, “Hari ini saudara kembarku tercinta Jennifer
meninggal. Dia meninggal. Jantungnya berhenti berdetak. Dia tidak akan pernah
mengenaliku. Ibu dan Ayah datang untuk melihat tubuhnya. Aku mencium wajahnya
yang berwarna pucat. Rasanya sangat sedih.”
Pasca Kematian Jennifer
Pasca kematian Jennifer,
Wallace sempat mengunjungi June dan menemukan bahwa June rupanya berada dalam
semangat yang baik dan bersedia untuk berbicara. Itu adalah percakapan yang
sangat normal layaknya orang yang sudah biasa diajak berbicara selama
bertahun-tahun. Wallace menyadari bahwa June, seakan terlahir kembari sebagai
orang baru.
Dalam percakapan mereka,
June memberi tahu Marjorie Wallace bagaimana kematian Jennifer telah membuka hatinya
dan memungkinkannya bebas untuk pertama kalinya. Dia memberitahunya bagaimana
Jennifer harus mati, dan bagaimana mereka memutuskan bahwa begitu dia
meninggal, June bertanggung jawab untuk “menjalani kehidupan Jennifer” juga.
Dan yap, itulah yang dia lakukan. Bertahun-tahun kemudian, dia masih tinggal di Inggris, tidak jauh dari keluarganya. Dia bergabung kembali dengan masyarakat, dan berbicara kepada siapa pun yang mau mendengarkan—sangat kontras dengan gadis yang menghabiskan awal hidupnya tidak berbicara dengan siapa pun kecuali saudara perempuannya.
Ketika ditanya mengapa dia
dan saudara perempuannya berkomitmen untuk diam selama hampir 30 tahun hidup
mereka, June hanya menjawab, “Kami membuat perjanjian. Kami mengatakan kami tidak akan
berbicara dengan siapa pun. Kami berhenti berbicara sama sekali—hanya kami
berdua, di kamar tidur kami di lantai atas.”
Hmm..
End Of Story?
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "The “Silent Twins” Part 2 : Dalam sebuah Perjanjian Batin, June dan Jennifer memutuskan bahwa Salah Satu Harus Mati"
Post a Comment