Kisah Kriminal datang dalam berbagai bentuk dan rupa. Terkadang, kisah kriminal bisa jadi sebuah cerita tentang pencurian terbesar sepanjang masa, dimana yang dicuri adalah uang dari casino curang yang memang pantas untuk dihancurkan.
Disisi lain, kasus kriminal bisa juga datang dalam bentuk penculikan, yang mana ceritanya mengarah ke pembunuhan anak kecil yang tidak berdosa
Penculikan Bayi Lindbergh
Pada 12 Mei 1932, mayat
Charles Augustus Lindbergh Jr. yang berusia satu tahun ditemukan di hutan di
luar Trenton, New Jersey. Laporan koroner menyatakan bahwa anak itu telah
meninggal selama lebih dari dua bulan kala ditemukan.
Dalam penemuan mereka, tengkorak
anak itu didapati berlubang serta beberapa patah tulang lainnya juga ditemukan.
Kesimpulan petugas koroner atas penyebab kematian bocah itu, adalah pukulan di
kepala—selebihnya, beberapa bagian tubuh
si bayi juga dilaporkan hilang.
Bayi Lindbergh, adalah putra
dari seorang pilot bernama Louis Charles Lindbergh Sr. Sebelum ditemukan
meninggal, bayi itu dilaporkan telah hilang selama kurang lebih tiga bulan
setelah diculik dari tempat tidurnya di rumah keluarga Lindbergh.
Di hari dia menghilang, anak itu telah ditidurkan oleh babysitter pada pukul 19:30. Dua jam
kemudian, Lindbergh Sr. mendengar suara yang dia duga adalah keranjang bayi
yang patah di dapur. Pada pukul 10:00 malam, babysitter menemukan bahwa ranjang bayi tersebut sudah kosong.
Setelah mengetahui bahwa
anak itu tidak bersama babysitter,
maupun ibunya, Lindbergh Sr. kemudan kelabakan mencari keseluruh rumah. Dalam
pencarian tersebut, dia menemukan sebuah surat tebusan yang ayalnya
ditinggalkan oleh si penculik. Setelah membaca catatan itu, Lindbergh Sr. tau
bahwa hilangnya si bayi adalah sebuah aksi kriminal.
Tentu masalah itu sudah diluar
kemampuannya. Karena tidak bisa mengatasi masalah ini sendiri, keluarga
Linbergh pun memanggil polisi dan melaporkan anak mereka yang diculik.
Pencarian Bayi Lindbergh
Selama tiga bulan, keluarga
Lindbergh, bersama dengan polisi, mencoba mencari keberadaan anak itu. Mereka
bahkan bertindak lebih jauh untuk memenuhi permintaan tebusan yang sangat besar
serta mewawancarai tersangka dan saksi yang tak terhitung jumlahnya.
Pada suatu titik, cerita
penculikan bayi Lindbergh menjadi sangat populer seiring pemberitaan yang
sangat over dari media berita. Hal
tersebut lah yang juga kemudian mempersulit polisi dalam melakukan
penyelidikan.
Banyaknya berita, bisa
berakibat baik dan berakibat buruk. Sisi baiknya adalah informasi yang menyebar
luas akan mampu menjangkau lebih banyak orang yang berpotensi menjadi saksi.
Sisi buruknya, orang-orang yang melapor sebagai ‘saksi’ bisa jadi hanyalah
orang iseng yang ingin ikut-ikutan
mendapatkan sorotan media tanpa memberikan informasi yang benar.
Meskipun kasusnya tampak lancar di atas kertas, penyelidikan kasus ini tentu jauh dari kata selesai. Di antara hiruk-pikuk media, surat tebusan misterius, dan banyak investigasi sampingan yang terjadi, menemukan si pelaku pun bisa dibilang mendekati mustahil.
Ketika penculikan bayi
Lindbergh pertama kali dilaporkan, ratusan warga penasaran serta orang-orang
yang peduli mendatangi rumah keluarga Lindbergh. Sementara perhatian media
membantu meningkatkan kasus dan membantu menyebarkan berita tentang balita yang
hilang, tingkat ‘lalu lintas’ yang
tinggi di area rumah keluarga Lindbergh secara efektif menghancurkan bukti
jejak kaki pelaku yang mungkin bisa ditemukan
Pemberitaan juga mendorong
ratusan laporan palsu tentang penampakan dan informasi. Pejabat militer dan
penyelidik, semuanya menawarkan jasa mereka dan mengklaim memiliki keahlian
dalam memecahkan kasus penculikan dan pencarian orang hilang. Dari semuanya,
hanya satu orang yang benar-benar serius.
Herbert Norman Schwarzkopf,
pengawas Departemen Kepolisian Negara Bagian New Jersey, bersama dengan keluarga
Lindbergh, berteori bahwa penculikan bayi Lindbergh adalah bagian dari cincin
kejahatan terorganisir dibanding satu pelaku yang mencari uang tebusan.
Mengikuti petunjuk itu, mereka menjangkau mafia, baik di dalam maupun di luar
penjara, berharap salah satu dari mereka memiliki informasi tentang bayi
Lindbergh.
Al Capone sendiri bahkan sempat
mengirim surat ke keluarga Lindbergh, menawarkan jasanya dengan imbalan pembebasan
penjara lebih awal, meskipun ia dengan cepat ditolak—penegak hukum berpendapat bahwa mafia cenderung kurang membantu dalam
hal menawarkan informasi secara gratis.
Karena pemberitaan yang luar
biasa dari media, informasi tentang penculikan bayi Lindbergh bahkan sampai ke
telinga Presiden Herbert Hoover secara pribadi. Dia rupanya diberitahu tentang penculikan itu oleh
beberapa staff Presiden.
Menanggapi keresahan
masyarakat tentang nasib dari bayi Lindbergh, Hoover menugaskan seluruh Biro
Investigasi (nama FBI sebelum diubah) untuk kasus ini dan mengizinkan mereka
untuk bekerja sama dengan polisi New Jersey.
Disisi lain, kepolisian
daerah juga melakukan tugas mereka dengan memberikan sebuah pengumuman. Sebagai
hadiah untuk informasi yang berkaitan dengan kasus Charles Lindbergh Jr.,
departemen kepolisian menawarkan uang sebesar $25.000. Selain itu, keluarga
Lindbergh juga menawarkan $50.000 sebagai imbalan yang terpisah.
Petunjuk dan Pelaku?
Berita yang luas serta
imbalan yang besar, rupanya cukup memotivasi masyarakat untuk somehow mencoba memberikan kontribusi
mereka terhadap kasus penculikan Bayi Lindbergh.
John F. Condon, yang pada
saat itu merupakan tokoh terkenal di Bronx, menulis surat kepada surat kabar
lokal tentang sebuah teori untuk mencari pelakunya. Anehnya, Condon rupanya
langsung menerima sebuah surat balasan dari orang-orang yang mengaku sebagai sang
penculik. Dalam surat tersebut, penculik meminta Condon menjadi perantara
antara mereka dan keluarga Lindbergh.
Keluarga Lindbergh yang
putus asa untuk menemukan putranya, langsung menyetujui proposal itu ketika
Condon melaporkan fenomena tersebut.
Condon kemudian diketahui
memasang iklan baris di surat kabar lain dan mengatur pertemuan dengan salah
satu penculik. Itu adalah pertemuan yang dijadwalkan terjadi di Pemakaman Woodlawn di Bronx.
Pertemuan itu memang
terjadi, meski dalam kegelapan, sehingga wajah si pelaku tidak pernah terlihat
jelas. Namun, pria yang ditemui Condon memperkenalkan diri sebagai “John” dan
mengklaim bahwa dia adalah bagian dari geng Skandinavia yang melarikan diri.
Dia juga mengatakan bahwa
dia ‘memiliki’ bayi yang dimaksud. Bayi tersebut berada di sebuah perahu di
lepas pantai dan dia berjanji akan mengembalikannya apabila sejumlah uang
tebusan dibayarkan kepadanya.
Condon tentu saja cukup
ragu. Namun lelaki itu meyakinkan bahwa dia bisa mengembalikan piyama sang bayi
terlebih dahulu untuk memberikan bukti.
Dan benar saja, beberapa
minggu kemudian, Condon menerima baju tidur balita melalui pos. Kala
dikonfirmasi, keluarga Lindbergh membenarkan bahwa piyama tersebut adalah milik
putranya dan meminta Condon untuk terus berkomunikasi dengan para penculik dan
memenuhi permintaan mereka.
(Catatan admin : maafkan ketidak konsistenan admin yang merujuk
kepada penculik dengan ‘si’ dan ‘para’ secara bersamaan. jadi sampai
titik ini, keluarga Lindbergh dan kepolisian masih memegang teguh pendapat
bahwa penculik adalah semacam organisasi yang terstruktur. Disisi lain, Condon
hanya bertemu dengan satu orang di kuburan. Untuk kejelasan apakah pelaku
hanyalah satu orang atau lebih dari satu, akan terungkap seiring jalannya
cerita)
Rentetan Surat Tebusan
Selama penyelidikan atas
penculikan bayi Lindbergh, keluarga Lindbergh dan Condon menerima total tujuh surat
tebusan. Yang paling pertama, adalah surat yang ditemukan oleh Ayah Lindberg
secara pribadi di hari bayi menghilang. Surat tersebut berisi tuntutan uang
sebesar $ 50.000 untuk dikirim ke lokasi yang belum diungkapkan. Surat itu
memiliki simbol khusus dibagian kanan bawah.
Surat kedua dan ketiga,
dikirim ke rumah keluarga Lindbergh dan penyidik lokal. Surat yang ini juga
memiliki simbol khusus di kanan bawah. Surat-surat setelahnya, dikirimkan ke
Condon yang bertindak sebagai ‘perantara’ antara Penculik dan keluarga
Lindbergh.
Tentu dari seluruh surat,
keluarga Lindbergh tercatat memenuhi seluruh tuntutan. Di pengiriman uang
ketujuh, Lindbergh dan polisi memberi wewenang kepada Condon untuk mengatur
pengiriman uang.
Uang tebusan berupa sertifikat
emas*, dipilih karena dapat ditarik dari peredaran. Sertifikat tersebut
ditempatkan di dalam kotak buatan tangan yang dirancang khusus agar mudah
dikenali di kemudian hari. Sertifikat emas tidak ditandai, tetapi nomor serinya
dicatat sehingga dapat dilacak di masa mendatang.
(Catatan admin #2 : jadi yang dimaksud sertifikat emas diatas, adalah jenis uang yang memiliki label “Gold Certificate” didalamnya. Bentuknya mirip uang biasa namun dengan fitur yang berbeda. Uang Sertifikat emas, menunjukan kepemilikan emas secara asli di bank dan dapat digunakan layaknya uang pada umumnya—jenis uang tersebut sudah tidak digunakan di Amerika hari ini btw, sekarang sertifikat emas normalnya hanya Sertifikat besar yang tidak berbentuk seperti uang)
Kembali ke cerita. Condon
diketahui bertemu dengan "John" pada 2 April 1932, untuk menyerahkan uang
tebusan (uang tebusan itu terdiri dari campuran dollar dan sertifikat emas).
Dalam pertemuan itu, Condon diberitahu bahwa si bayi kala itu tengah ada dalam “perawatan”
dua perempuan dan baik baik saja. Si pelaku tidak memberikan informasi lebih
lanjut.
Tentu pasca dikirimnya uang
tebusan yang ketujuh (yang sudah direncanakan) tersebut, polisi langsung
melakukan penyelidikan terkait rute uang yang sudah diberikan.
Sebuah pamflet
didistribusikan ke bisnis-bisnis di New York yang berisi nomor seri serta
petunjuk tentang apa yang harus dilakukan jika uang-uang berisi nomor seri itu ditemukan.
Hasilnya, beberapa laporan muncul, meskipun sebagian besar tidak bisa dilacak.
Beberapa kali, sejumlah
besar uang akan muncul di lokasi-lokasi seperti Chicago dan Minneapolis.
Sayangnya, sejauh itu, belum ada rute yang dapat menggiring polisi kepada si
pelaku.
Titik terang baru terlihat
ketika pada suatu siang, sertifikat emas sebesar $2.980 terlihat di bank
Manhattan. Sang pembawa sertifikat itu, rupanya datang untuk menukar
sertfikat-sertifikat itu dengan dollar. Kala orang itu meninggalkan bank,
diketahui bahwa nomor seri dari sertifikat-sertifikat itu, rupanya cocok dengan
uang tebusan.
Selama periode 30 bulan,
polisi memperhatikan bahwa banyak uang mulai bermunculan, khususnya di sisi
timur atas Manhattan. Lebih khusus lagi, mereka dihabiskan di sepanjang area
yang sejalur dengan rute kereta bawah tanah Lexington
Avenue.
Setelah sebuah pom bensin
lokal menelepon dan mengatakan bahwa mereka memiliki salah satu uang tebusan,
polisi pun datang dan mengkonfirmasi. Pihak pom bensin tersebut kemudian
menunjukan bahwa mereka juga telah mencatat plat mobil dari orang yang memberikan uang tersebut
Dalam catatan itu, polisi
berhasil mendapatkan plat nomor 4U-13-41-NY yang kemudian diperiksa di dalam
database kepemilikan kendaraan. Nama yang muncul adalah seorang lelaki bernama Richard Hauptmann.
Penangkapan Pelaku
Pada akhirnya, polisi pun
melakukan penangkapan terhadap Richard Hauptmann, seorang imigran dari Jerman
yang memiliki catatan kriminal di tanah airnya.
Ketika polisi menggeledah
rumah Hauptmann, mereka menemukan banyak bukti tambahan yang menghubungkannya
dengan penculikan bayi Lindbergh. Salah satu barangnya adalah buku catatan yang
berisi sketsa konstruksi yang serupa dengan yang ditemukan di rumah Lindbergh
pada Maret 1932 (mengindikasikan bahwa
Hauptmann, rupanya familiar dengan rumah keluarga Lindbergh—entah dia merupakan
salah satu pekerja kontruksi yang ikut membangun rumahnya, atau yang lain)
Lebih dari itu, polisi juga
menemukan nomor telepon John Condon, beserta alamatnya. Nomor telepon itu
ditemukan tertulis di dinding lemari di rumah itu, menandakan bahwa selama ini
orang yang berkomunikasi dengan Condon adalah Richard Hauptman.
Polisi juga menemukan
Hauptmann memiliki $ 14.000 dari keseluruhan uang yang ‘disetorkan’ keluarga
Lindbergh kepadanya. Sisa uang tersebut, memiliki nomor seri yang cocok seperti
yang sudah dicatat polisi.
Tentu yang paling
menyakitkan, adalah fakta bahwa Hauptmann mengakui semuanya, bahkan dengan suka
rela menceritakan apa yang terjadi dengan bayi Lindbergh. Yap, bayi itu sudah
meninggal, mayatnya dibuang di sebuah hutan di luar Trenton, New Jersey.
Sejak awal, rupanya dia
memang tidak ada niatan untuk mengembalikan bayi Lindbergh kepada orang tuanya.
Dia mengira, sedetik setelah dia menerima uang tebusan dari keluarga Lindbergh,
dia sudah menang dan entah bayi tersebut hidup atau mati, itu tidak penting
lagi baginya.
In The End
Atas kesimpulan penyelidikan,
Richard Hauptmann pun didakwa dengan pembunuhan. Tuntutan hukuman mati yang
dilayangkan kepadanya ayalnya tidak perlu dibantah siapapun karena Hakim,
langsung menyetujuinya begitu saja.
Pada tanggal 3 April 1936,
empat tahun setelah penculikan, Richard Hauptmann dieksekusi melalui kursi
listrik. Kala itu, rupanya banyak orang yang setuju bahwa sosok pembunuh bayi,
benar-benar sangat layak untuk dihukum mati.
Sayang, ada satu detail yang
nampaknya harus disoroti...
Meskipun secara hukum
Hauptmann dianggap sebagai penculik dan pelaku resmi dari kasus kematian
Charles Lindbergh Jr, ada bantahan cukup mengejutkan yang datang pasca palu
sudah diketuk.
Bantahan tersebut, adalah
bahwa pengacara Hauptmann sempat menekankan bahwa sidik jari Hauptmann, tidak
pernah ditemukan di TKP atau di surat tebusan mana pun. Hal ini tentu sangat
aneh, karena tidak satupun bukti forensik yang bisa membuktikan Hauptmann adalah
si penculik.
Beberapa ahli, bahkan berani
berteori bahwa Hauptmann mungkin hanyalah sosok kambing hitam yang dikorbankan
untuk menutupi skandal yang lebih besar dari kasus penculikan bayi Lindbergh.
Bahkan, ‘teori’ ini berkembang dengan cukup ekstrim dimana keluarga Lindbergh
(orang tua si bayi) kemungkinan tahu siapa penculik sebenarnya namun terlalu
takut untuk mengatakan apa-apa.
Teori lain, mengatakan bahwa
penculikan itu (bisa jadi) dilakukan oleh Charles Lindbergh sendiri. Ada yang
mengatakan bahwa dia secara tidak sengaja membunuh putranya dan membuat ‘skema’
penculikan untuk menutupi kejahatannya, dimana dia membayar Hauptmann untuk
menutupi perbuatannya sendiri.
Menanggapi tuduhan itu,
Keluarga Lindbergh, didukung olek
kepolisian New Jersey telah membantah teori bahwa mereka bertanggung jawab atas
penculikan itu. Keluarga Lindbergh bahkan bersikeras bahwa semua yang mereka
ketahui tentang kasus itu menunjukkan bahwa penyelidikan polisi itu benar dan
bahwa kematian balita itu sepenuhnya kesalahan si penculik
Adapun kasusnya, meskipun
sudah ditutup, penculikan bayi Lindbergh telah menjadi salah satu kasus paling
kontroversial dan penuh konspirasi yang pernah dibahas oleh publik Amerika.
Pada tahun 1932, Kongres
meloloskan undang-undang yang bernama Federal
Kidnapping Act atau yang lebih dikenal sebagai Lindbergh Law, untuk mencegah tragedi yang terjadi di kasus Bayi
Lindbergh terulang kembali.
Dalam undang-undang
tersebut, dijelaskan bahwa penculikan lintas negara bagian adalah kejahatan federal dan
barang siapa yang melakukannya, akan langsung mendapatkan hukuman mati.
Baca
Juga :
- Penculikan & Penyekapan selama 8 Tahun Natascha Kampusch
- Johnny Gosch Hilang Pada Tahun 1982, 15 Tahun kemudian dia Kembali dengan membawa Berita Buruk
- The Life Of Stanley Clifford Weyman : Seorang Profesional Impostor yang memiliki Satu Wajah dan Banyak Nama
- Amelia Dyer : Kasus Pembunuhan Berantai Kepada Bayi dan Praktek Baby Farming Pada Zaman Victoria Inggris
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Cerita ini ada tahun 1930-an, emangnya udah ada cctv? Cctv pertama di jerman ada tahun 1942
ReplyDeletehmm, benar juga..
Deletecoba admin cek lagi beberapa sumber admin.
kalau ada kesalahan nanti coba admin edit.
Seru kasusnya. Teori pelaku orang yg tidak diduga juga bakal selalu ada.
ReplyDelete