Etan Patz baru berusia enam tahun ketika dia meninggalkan rumahnya di SoHo, Manhattan pada hari Jumat, 25 Mei 1979.
Hari itu, anak laki-laki
berambut shaggy bermata biru tersebut, mengenakan topi Eastern Airlines hitam dan sepatu kets bergaris. Dia membawa tas
jinjing berlapis gajah dengan mobil mainan favoritnya, mengambil satu dolar
untuk membeli soda, dan melangkah keluar ke jalan-jalan yang dikenal di New
York.
Ini adalah pertama kalinya
dia berhasil meyakinkan ibunya, Julie Patz, untuk membiarkan dia berjalan dua
blok ke halte bus sendirian.
Tanpa sepengetahuannya, itu
akan menjadi yang terakhir kalinya sang ibu melihat putranya. Ketika dia
mengetahui ketidakhadirannya dari sekolah hari itu, kakinya langsung lemas.
Departemen Kepolisian New
York diketahui mengirim 100 petugas dengan anjing pelacak dan helikopter untuk
mencari bocah yang hilang itu. Mereka pergi dari lingkungan ke lingkungan, dan
dari pintu ke pintu bahkan melakukan pencarian kamar demi kamar.
Ayah Etan, Stanley, adalah
seorang fotografer profesional, dan dia sangat rajin menyebarkan foto-foto Etan
pasca dia menghilang. Foto-foto tersebut, sudah dia pajang di mana-mana mulai
dari kantor Kejaksaan Distrik Manhattan hingga Times Square.
Foto-foto Etan Patz bahkan
tersebar di televisi, terpampang di buku telepon, ditampilkan dari layar Times
Square, dan akhirnya dicetak di susu karton di setiap negara bagian.
“Anak Susu karton”
Di Amerika, khususnya di
Iowa, kala itu muncul kebiasaan untuk meletakkan wajah anak-anak yang hilang di
susu karton. Hal tersebut, adalah kampanye agar informasi tentang orang hilang,
bisa menjangkau lebih banyak rumah dan orang diseluruh penjuru negara bagian.
Memang sih, Etan Patz
bukanlah anak pertama yang wajahnya terpampang di susu karton. Namun, kasusnya
yang begitu pilu, begitu tidak masuk akal, dan begitu besar, telah menarik
perhatian orang tua dan anak-anak jauh di luar New York serta membawa kampanye susu
karton menjadi perhatian nasional.
Pada tahun 1983, Presiden
Reagan bahkan menetapkan tanggal 25 Mei (atau hari penculikan Etan Patz),
sebagai “Hari Anak Hilang Nasional”. Aksi itu bahkan mengilhami berdirinya
National Center for Missing and Exploited
Children (NCMEC) pada tahun 1984.
Organisasi dengan cepat mengadopsi strategi susu karton Iowa, dan menjadikan Patz anak pertama yang ditampilkan dalam kampanye nasional—itu adalah 5 tahun pasca Etan Patz menghilang..
Gelombang kekhawatiran dan
kecurigaan baru melanda negara itu ketika wajah-wajah anak-anak yang menghilang,
mulai muncul di kotak pizza, tagihan listrik, tas belanjaan, buku telepon, dan
banyak lagi.
Kadang-kadang, strategi
kampanye itu berhasil. Seperti dalam kasus Bonnie Lohman yang berusia tujuh
tahun, yang menemukan foto dirinya sebagai balita saat berbelanja dengan ayah
tiri yang menculiknya lima tahun sebelumnya.
Namun kasus Bonnie Lohman
adalah satu banding 10.000. Berbanding terbalik, dampak utama dari ditampilkannya
foto-foto orang hilang di barang-barang sehari-hari, menyebarkan kesadaran
bahwa dunia bukanlah tempat yang bahagia dan sehat seperti yang diyakini banyak
orang Amerika.
"Bahaya
orang asing" menjadi topik umum di rumah dan sekolah, dengan
susu karton berfungsi sebagai alat peraga yang pedih dan menakutkan.
Tetapi bahkan ketika nama
Etan Patz menjadi tidak terpisahkan dari peringatan tentang pedofil dan
pembunuh, nasibnya yang sebenarnya tetap menjadi misteri.
Penyelidikan Etan Patz
Beberapa dekade berlalu,
penegak hukum terus menyelidiki hilangnya Etan Patz. Sepanjang tahun 1980-an
dan 1990-an, petunjuk membawa mereka sampai ke Timur Tengah, Jerman, dan Swiss.
Pada tahun 2000, penyelidik
menggeledah ruang bawah tanah seorang bernama Jose Ramos di New York. Dia
adalah seorang terpidana penganiaya anak yang sebelumnya memiliki hubungan
dengan salah satu pengasuh Patz. Sayangnya, setelah melakukan penggeledahan selama
8 jam, polisi tidak menemukan apapun.
Kemudian, pada tahun 2001, 22 tahun setelah kepergiannya, Etan Patz dinyatakan meninggal secara hukum.
Pada tahun 2012, polisi menyadari
bahwa Othniel Miller (seorang tukang bangunan yang mengenal Etan Patz),
diketahui telah menuangkan lantai beton tak lama setelah bocah itu menghilang.
Mereka melakukan penggalian dan sekali lagi tidak menemukan apa-apa.
Penggalian itu,
bagaimanapun, menyalakan kembali liputan media tentang kasus ini. Dan beberapa
minggu kemudian, pihak berwenang menerima telepon dari Jose Lopez, yang
mengklaim saudara iparnya, Pedro Hernandez, bertanggung jawab atas kematian
Etan Patz.
Pada pagi yang menentukan
dari hilangnya Etan Patz pada tahun 1979, Hernandez telah menjadi pegawai toko
berusia 18 tahun di sebuah toko kelontong di Prince Street, tidak jauh dari
rumah bocah itu.
Beberapa hari setelah Etan
Patz hilang, Hernandez pindah kembali ke kampung halamannya di New Jersey.
Segera setelah itu, dia mulai memberi tahu orang-orang bahwa dia telah membunuh
seorang anak di New York.
Sambil menangis, dia mengaku
kepada kelompok gerejanya, kepada teman-teman masa kecilnya, dan bahkan kepada
tunangannya. Tapi baru setelah saudara ipar Hernandez menelepon, Hernandez
mengaku kepada polisi.
Setelah ditahan, dia memberi
tahu detektif bahwa dia telah memikat Etan Patz ke ruang bawah tanah toko.
"Aku mencengkeram lehernya, dan aku mulai mencekiknya,"
katanya.
Namun, Hernandez mengklaim
bahwa bocah itu masih hidup ketika dia memasukkannya ke dalam kantong plastik
yang dia bungkus ke dalam kotak sebelum membuangnya.
Tiga puluh tiga tahun
setelah menghilangnya Etan Patz, polisi melakukan penangkapan pertama mereka
dalam kasus tersebut. Tetapi dengan hanya pernyataan Hernandez sebagai bukti,
persidangan berlangsung lama.
Tim pembela berargumen bahwa
Hernandez, yang kala disidang berusia 56 tahun, menderita penyakit mental yang
membuatnya sulit membedakan antara fiksi dan kenyataan. Pengacaranya
mengingatkan juri bahwa Hernandez memiliki IQ 70 dan menyarankan bahwa polisi
telah menggunakan taktik yang meragukan ketika menginterogasi pria yang sakit
jiwa itu.
Dengan kata lain, mereka
berpendapat bahwa dia telah diyakinkan untuk mengakui sesuatu yang tidak dia
lakukan. Mereka juga melempar tanggung jawab kepada Jose Ramos, dengan alasan
bahwa Ramos memiliki motif dan motivasi yang lebih jelas.
Persidangan 2015 berakhir dengan jalan buntu dengan satu anggota juri percaya Hernandez tidak bersalah. Namun, ketika sidang ulang berlangsung pada 2017, juri berubah pikiran. Hernandez dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan penculikan pada 14 Februari 2017.
In The End
Setelah 38 tahun, kisah Etan
Patz tidak pernah sepenuhnya pudar dari ingatan publik. Pada hari kasus
ditutup, orang-orang meninggalkan bunga di depan toko yang sekarang
ditinggalkan di mana dia diduga telah dibunuh.
Wajah anak-anak hilang
seperti Etan Patz tidak lagi muncul di susu karton. Namun, hilangnya Etan Patz
terus memiliki dampak yang bertahan lama melalui sistem AMBER Alert* yang didirikan pada tahun 1996.
(*Sistem
tanggap darurat yang menyebarkan informasi tentang orang hilang , biasanya
anak-anak, melalui media penyiaran atau media-media elektronik)
Hari ini, peringatan ini
dikirim langsung ke telepon seseorang ataupun pengiklanan Facebook dan jauh
lebih efektif daripada kampanye anak-anak susu karton yang hilang—Misalnya,
sistem AMBER Alert di Belanda memiliki tingkat keberhasilan 94 persen
Terlepas dari kematiannya
yang menyakitkan, kasus Etan Patz rupanya mewarisi kepedulian yang lebih baik
dibanding kasus-kasus anak hilang yang pernah terjadi sebelumnya.
Baca
Juga :
- Mateusz Kawecki : Orang Polandia yang Ditemukan Terpenggal di Rumah Masa Kecilnya 5 Bulan pasca Hilang.
- Kasus Kematian Alfred Loewenstein yang “Melompat” Dari Pesawat
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
ko tokonya ga di periksa ya, kali aja masih ada bukti
ReplyDelete