Pemerintahan Ratu Victoria Inggris pada 1837-1901, umumnya dipandang sebagai periode perdamaian dan kemajuan menyeluruh dalam Sejarah Inggris kala itu. Dari pembangunan dan kehidupan rakyatnya, hampir semua berada di puncak.
Sayang, kerajaan yang gagah dan
hebat itu tidaklah tanpa cacat. Sebuah hukum yang menjerat, nampaknya menjadi
peluang kejahatan baru untuk beberapa orang yang tidak bertanggung jawab.
Hukum yang dimaksud,
berkisar tentang sebuah undang-undang
yang menyatakan bahwa hak
asuh dari seorang bayi dari pasangan yang tidak menikah, tidak bisa di klaim
oleh pihak ayah. Maksudnya adalah, dalam hukum tertulis tentang
siapa-siapa yang dapat mengasuh anak, segala macam hak sepenuhnya diberikan
kepada ibu.
Tentu ini bukan tanpa
alasan, karena gambaran dari para pemangku kekuasaan yang membuat undang-undang
ini kala itu adalah, sudah sepantasnya apabila seorang bayi yang lahir,
haruslah diurus oleh sang ibu. Karena... you
know, secara naluri, ibu lah yang menyusui dan ibu juga lah yang diharapkan
sebagai sosok penyayang.
Namun, sagat disayangkan
karena peraturan itu akhirnya menempatkan ibu yang tidak menikah, dan bayi
mereka yang baru lahir, di sebuah posisi yang sulit. Ada banyak perempuan yang
melahirkan (diluar nikah) kala itu, nampaknya tidak siap untuk menjadi seorang
ibu dan berusaha melakukan segala macam cara untuk ‘menyingkirkan’ bayinya.
Hal ini lah yang kemudian
melahirkan instansi-instansi independen yang dinamakan Pusat Perawatan Bayi. Itu adalah instansi yang mirip seperti panti
asuhan, yang mana menjanjikan untuk membesarkan anak-anak yang tidak diinginkan
oleh orang tuanya dengan biaya kontrak.
Namun, tidak seperti panti
asuhan hari ini yang sebagian besar jelas secara hukum, kala itu prakteknya
sangat tidak jelas dan siapapun bisa menawarkan diri menjadi ibu asuh untuk
anak-anak yang dibuang.
Bahkan, alih-alih
menyebutnya dengan pusat perawatan bayi, banyak orang yang lebih suka menyebut
praktek ini sebagai baby farm atau
peternakan bayi (karena satu orang bisa ‘menimbun’ bayi sebanyak-banyaknya)
Disinilah, sosok Amelia Dyer
akan berperan. Dia adalah pemilik salah satu Baby Farm yang bermunculan. Namun,
alih-alih membesarkan anak-anak ‘yang dibuang’ oleh orang tuanya sesuai bayaran
yang dia terima, dia akan melakukan praktek pembunuhan kepada bayi-bayi yang
malang itu.
Alasannya? Well, karena
membunuh mereka artinya tidak perlu mengeluarkan biaya hidup.
Baby Farming
Lahir di Bristol, Inggris
pada tahun 1836, Amelia tumbuh dalam keluarga yang berkecukupan. Ketika dia
berusia 10 tahun, ibunya meninggal karena penyakit mental. Amelia kemudian
pindah untuk tinggal bersama bibinya. Pada usia 24, dia menikah dengan pria
yang jauh lebih tua (59 tahun) dan setelah itu mendapat pelatihan keperawatan.
Dia memulai karir keperawatannya dengan bidan, Ellen Danes, yang bekerja
sebagai baby farmer.
Suami Amelia, George Thomas,
meninggal pada tahun 1869 dan tanggung jawab membesarkan anak mereka yang masih
kecil jatuh pada dirinya. Undang-undang yang admin sebutkan diatas, telah
membuat para ibu diluar nikah sangat terbebani untuk mengasuh anak-anak yang
tidak mereka inginkan.
Itulah kenapa data tentang
pembunuhan bayi oleh ibunya sendiri, meningkat cukup tajam seiring orang-orang
yang hendak menyingkirkan anak mereka. Tentu pilihan yang paling aman adalah
menitipkan bayi mereka itu kepada para baby
farmer. Dengan membayar sejumlah uang, ibu-ibu yang menolak tanggung jawab
itu dapat sepenuhnya melepaskan anak-anak mereka untuk diurusi orang lain.
Amelia Dyer, tentu melihat
peluang ini sebagai prospek yang bagus dalam berbisnis. Dia paham betul bahwa
perempuan-perempuan yang menitipkan bayi mereka kepada para baby farmer, sebagian besar tidak cukup
peduli untuk melihat bayi-bayi mereka beranjak dewasa.
Mereka menitipkan bayi
kepada baby farmer, sebenarnya
hanyalah tindakan putus asa untuk menyingkirkan bayi mereka secara
cepat—selebihnya, mereka tidak akan peduli apabila bayi mereka itu mati kala
diasuh oleh orang lain.
Tentu itu adalah pengetahuan
umum. Bayi-bayi buangan ini adalah beban individu yang dilimpahkan kepada orang
lain. Hal itu mengakibatkan praktek yang buruk dari ibu asuh/ baby farmer, sangat lumrah dan biasa
saja
Di peternakan bayi, bayi
yang baru lahir diperlakukan dengan buruk, dibius jika berisik dan tak jarang mati
kelaparan. Ketika keserakahan menguasai bisnis, kematian cepat dengan mencekik
dan cara lain menjadi sering terjadi. Tentu karena kematian salah satu anak
asuh, artinya adalah menghemat uang yang seharusnya dihabiskan untuk
membesarkan bayi.
Meskipun, bagi para Baby Farmer yang baik, mereka
benar-benar mengasuh dan membesarkan bayi-bayi ini sebagai mana mestinya,
Amelia Dyer nampaknya mengambil jalan yang lebih ekstrim—bahkan lebih ekstrim
dari hanya sekedar membiarkan bayi-bayi yang dia asuh kelaparan.
Dyer mengambil kesenangan
sadis dalam mencekik dan membunuh anak-anak asuhnya. Tentu (meskipun hanya
segelintir), tetap ada sosok ibu ‘penitip’ yang memang benar-benar menitipkan
bayinya kepada baby farmer karena dia
ingin melihat anaknya tumbuh dewasa—ketidak mampuan dalam waktu dan ada juga
yang masih dibawah umur, memaksa mereka untuk menitipkan bayi mereka ke baby farmer. Meskipun begitu, mereka
benar-benar berharap anak mereka dapat tumbuh sehat.
Menghadapi para ‘penitip’
yang benar-benar mengharapkan anak mereka diasuh sampai dewasa, baby farmer jahat biasanya akan memiliki
1001 alasan untuk mencoba menjelaskan kematian bayi-bayi yang dia asuh. Ketika
tekanan dari ibu kandung meningkat, mereka kemudian akan melarikan diri ke
tempat lain.
Pembunuhan oleh Amelia Dyer
Dengan metode membunuh bayi
dan berpindah-pindah lokasi, Amelia Dyer berhasil lolos dari hukum selama 30
tahun. Dalam 30 tahun itu pula, dia berhasil melakukan ‘bisnisnya’ hampir tanpa
ada hambatan dari penegak hukum. Tentu pengalamannya sebagai perawat, juga
menambah keyakinan orang dalam menitipkan bayi mereka kepadanya—Dia memalsukan
kematian bayi-bayi yang dia bunuh dengan alasan lain yang lebih alamiah seperti
terserang penyakit.
Bahkan pasca menikah untuk
kedua kalinya dan melahirkan 2 anak lagi, kegiatannya dalam menerima dan
membunuh bayi tidak berubah. Kala sebuah kemelut terjadi karena kematian dari 1
– 2 bayi tertentu, dia akan menghabiskan waktu di rumah sakit jiwa dengan
berpura-pura gila, berpindah tempat, dan berganti nama; semua untuk menghindari
hukum.
Modus
operandi nya, baru benar-benar tercium pada tahun 1878 kala
seorang Dokter rupanya menaruh kecurigaan terhadap sertifikat kematian yang
datang dari anak-anak yang diasuh oleh Amelia Dyer. Dokter tersebut mencurigai ketidak beresan dan langsung melaporkan
masalah itu ke Polisi.
Meskipun Amelia Dyer
ditangkap pasca kejadian itu, dia, secara mengejutkan, tidak didakwa atas
pembunuhan. Dia hanya didakwa karena mengabaikan tugasnya dan dijatuhi hukuman
penjara 6 bulan. Dan penjara 6 bulan itu, nampaknya tidak membuatnya jera. Dia
keluar dari penjara seperti penjahat yang tidak kapok dan memutuskan untuk
menjauh dari dokter di masa depan.
The Downfall
Kehancuran ultimate baru dirasakan Amelia Dyer pada
tahun 1896. Kala itu, Amelia Dyer diketahui tinggal di Readings, Berkshire.
Pada 30 Maret, sebuah paket terlihat
mengambang di sungai Thames. Kala paket itu di cek oleh orang yang menemukan,
didalamnya terdapat mayat seorang bayi. Sial bagi Amelia Dyer karena bayi
tersebut rupanya ditidurkan di sebuah tumpukan kertas yang tercampur menjadi
satu. Salah satu kertas, adalah sebuah surat yang ditujukan kepada Ny. Thomas—Ny.
Thomas adalah nama yang Amelia Dyer gunakan ketika dia masih menikah dengan
suami pertamanya.
Dalam surat itu, terdapat
rincian nama dan alamat yang kemudian membawa kepolisian ke Kensington Road,
Reading, alamat baru Dyer.
Pencarian di rumah Dyer
mengungkapkan bukti yang menjatuhkan Amelia Dyer seketika. Di dalam rumah
tersebut, ditemukan bukti-bukti modus operasi Amelia Dyer dalam bisnis baby farming. Meskipun, kala polisi
datang, rumah itu kosong tanpa ada satu anak pun yang nampaknya diasuh oleh
Amelia Dyer.
Yang lebih mencengangkan,
adalah bau busuk yang terkadang tercium dari beberapa sudut rumah. Bau-bauan
mirip mayat itulah yang kemudian mengarahkan sebuah penggeledahan intensif dari
rumah Amelia Dyer sampai ke hilir terdekat sungai Thames.
Penemuan yang didapat dari
penggeledahan itu adalah, sekian mayat yang dikubur, dibuang begitu saja,
dibakar, bahkan disimpan di peti-peti tertentu di daerah tersebut. Itu semua,
adalah ‘mahakarya’ milik Amelia Dyer.
In The End
Tentu sekian mayat yang
ditemukan sudah cukup untuk membawa Amelia Dyer ke meja hijau. Dalam mengembangan
kasus, tidak sulit bagi polisi untuk menemukan korelasi antara pengakuan ibu kandung
dari para korban dan bukti-bukti lain.
Meskipun begitu, Amelia Dyer
tetap mencoba membantah sampai ahir. Dalam pembelaannya didepan hakim, dia
berkata bahwa semua mayat yang ditemukan dari sungai bukanlah perbuatannya,
katanya. Hanya mereka yang memiliki pita putih di leher lah, yang menjadi
korbannya.
Sayang pembelaan itu tidak
bisa menyelamatkanya dari hukuman mati. Pada akhirnya, baby killer tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
dibawah tiang gantungan.
Kasus Amelia Dyer, pada
akhirnya memaksa pemerintah setempat untuk membuat undang-undang yang lebih
baik. Otoritas lokal, diberi wewenang untuk memantau peternakan bayi dan undang-undang adopsi dibuat lebih ketat. Pada
awal abad ke-20, Parlemen Inggris dipaksa untuk memastikan bahwa anak-anak yang
lahir karena hubungan diluar nikah, harus secara wajib mendapat tunjuangan finansial
dan hak-hak lain dari ayah biologis mereka.
Tambahan
: Meskipun
Dyer secara resmi didakwa dengan 14 pembunuhan, para ahli percaya dia membunuh
lebih dari 400 anak. Banyak orang yang percaya bahwa Amelia Dyer harusnya dinobatkan
sebagai pembunuh berantai paling mengerikan di zaman Victoria inggris.
Baca Juga :
- The Crime Of "Son Of Sam" : Kasus Penembakan Malam Hari dan Pembunuhan Berantai David Berkowitz
- Samuel Little : Kasus Pembunuhan Berantai yang Lebih Parah dibandingkan Ted Bundy dan John Wayne Gacy
- Soap Maker Of Correggio, Wanita Pembunuh Gila dari Italia
- Minnie Dean, Satu-Satunya wanita yang pernah digantung di Selandia Baru
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
serem banget
ReplyDeleteKasus paling ngehe yg pernah Saya Baca...Mmbunuh bayi, sehrusnya dia dsiksa dlu bru digantung/dipenggal
ReplyDelete