Disuatu hari yang random dan jam yang random pula, istri David Kaczynski pernah bertanya kepada suaminya : “Pernahkah terpikir olehmu, bahkan jika itu sangat kecil kemungkinannya, bahwa saudara laki-lakimu mungkin adalah Unabomber?”
David tidak tau kala itu bahwa, pertanyaan sederhana tersebut adalah pertanyaan yang kemudian menjadi awal pemecahan kasus terorisme yang sudah bertahan selama 17 tahun.
(Opsional) ini adalah part 2
dari 3 chapter cerita Unabomber. Silahkan baca terlebih dahulu Unabomber
Trilogy Part 1 : Ted Kaczynski, Ahli Matematika yang berubah menjadi Teroris
dan FBI Most Wanted
David Kaczynski dan Unabomber
David
Kaczynski dan kakak laki-lakinya Ted adalah bagian dari rumah tangga yang
tampaknya normal. Saudara kandung itu tumbuh dalam keluarga kelas pekerja
Chicago pada 1950-an dan orang tua mereka mengajari mereka bahwa dengan kerja
keras, mereka dapat mencapai apa pun.
Kedua
pemuda itu, sama-sama pandai dalam bidang akademik dan merupakan kebangaan
keluarga. Ted menjadi profesor matematika setelah dia menerima gelar Ph. D, nya
sementara David kuliah di Universitas Columbia sebelum dia menjadi pekerja
sosial.
Namun
Ted menyimpan rahasia kelam. Dia marah pada orang tuanya, marah pada dunia, dan
marah pada umat manusia. Hal itulah yang kemudian menjatuhkannya ke jalan gelap
dan membuatnya menjadi sosok Unabomber, perakit bom berbahaya yang menghindari
keadilan dan meneror publik dan akademisi selama 17 tahun.
David
sama sekali tidak tau sisi gelap kakaknya itu sampai dia diberi pertanyaan
sederhana oleh istrinya “Bagaimana jika
kakakmu adalah si Unabomber?”
Band
Of Brothers
Ted
Kaczynski lahir pada tahun 1942, dan David, lahir tujuh tahun kemudian. Mereka
adalah anak dari Theodore (Ted Sr.) dan Wanda Kaczynski. Ted Sr. dan Wanda
sama-sama tumbuh miskin, dan mereka terus berusaha untuk menanamkan rasa kerja
keras pada kedua putra mereka.
Ketika Ted loncat kelas dan berhasil masuk Harvard pada usia 16 tahun, David memandangnya bangga. Tidak pernah sekalipun di hatinya dia merasa iri atas kakaknya yang jenius itu. Sepanjang hidupnya, David selalu memandang kakaknya itu sebagai panutan dan tauladan yang baik.
Namun,
pada tahun 1971, sesuatu di Ted berubah. Dia tiba-tiba memutuskan berhenti dari
pekerjaannya sebagai dosen matematika dan memilih menjalani kehidupan baru di
sebuah kabin terpencil di Montana.
Ted
diketahui juga menulis surat yang panjang dan pedas kepada orang tuanya di
akhir tahun 70-an. Dia menyalahkan mereka atas isolasi sosial dan kesepiannya. Mengatakan bahwa “kerja keras” yang
mereka tanamkan adalah hal yang membuat hidupnya busuk sampai ke akar.
Pada
masa itu, David sempat beberapa tahun hidup bersama Ted di kabin terpencilnya.
Mereka bahkan sempat memiliki pekerjaan yang sama di sebuah pabrik. Namun, di
tahun tertentu, Ted dipecat dari pekerjaannya karena diketahui meninggalkan
catatan tidak pantas tentang rekan kerja wanitanya di dinding pabrik.
Kala
David mendapat pekerjaan baru sebagai seorang guru, dia pun pindah dan
meninggalkan Ted hidup sendiri di Montana. David Kaczynski tetap berhubungan
dengan Ted selama bertahun-tahun dan hubungan mereka pun baik-baik saja.
Sayangnya,
ketika David memberi tahu Ted bahwa dia akan pindah ke Albany, New York pada
tahun 1989 untuk mengejar karir dalam pekerjaan sosial dan menetap dengan Linda
Patrik (kekasih SMA David), Ted bilang bahwa dia sudah tidak mau mengakui David
sebagai keluarga.
Dalam
surat setebal 20 halaman, Ted menuduh David meninggalkannya dan menjalani gaya
hidup yang “tidak murni”
Manifesto Unabomber
Empat
tahun kemudian pasca David dan Linda sudah menikah dan menjalani kehidupan
rumah tangga, Linda menjadi tokoh kunci dalam perburuan Unabomber yang selama
hampir dua dekade, diketahui mengirimkan bom rakitan ke berbagai orang dan
organisasi—Sejauh ini, Unabomber telah membunuh tiga orang dan melukai 23 orang
lainnya
Dalam
sebuah kejadian, Unabomber menuntut New York Times menerbitkan manifesto
setebal 78 halaman yang dia tulis sendiri. Dalam manifesto yang berjudul “Industrial Society and It’s Future” (masyarakat industri
dan masa depannya) tersebut, disebutkan bahwa kemajuan, pada
dasarnya mengikis kebebasan pribadi dan menciptakan norma-norma baru yang harus
diadopsi oleh individu agar tetap berada dalam masyarakat (contohnya adalah
mobil, yang dulu merupakan kemewahan,
dan sekarang menjadi kebutuhan—karena adanya iklan)
Unabomber juga berpendapat,
bahwa kemajuan dalam bidang politik, ekonomi, dan media, akan menghancurkan tatanan
moralitas dan stabilitas masyarakat. Dia mendukung individu yang bermaksud baik
untuk mengutarakan konsekuensi negatif dari teknologi. Dia juga menuduh media
sebagai alat propaganda yang membutakan orang terhadap realitas dan kemampuan
mereka sendiri.
Satu-satunya solusi untuk
distopia seperti itu, Unabomber menyimpulkan, adalah perlawanan dengan
kekerasan. Sistem harus dihancurkan agar manusia dapat menjadi bentuk yang
sempurna—pokoknya, inti
dari manifesto Unabomber adalah penentangan akan tekhnologi modern dan sistem
yang ada, karena kedua hal tersebut, cenderung membentuk pola pikir masyarakat
dan membelenggu potensi mereka.
(kemungkinan hal tersebut
juga yang menjadi alasan Ted menyebut pekerjaan David dengan sebutan “kehidupan
yang tidak murni” karena David termasuk di dalam sistem yang sangat dibenci
Ted)
Manifesto tersebut sempat
diterima oleh New York Times dan The Washington Post sebelum kemudian
disertakan di dalam beberapa terbitan koran mereka. Dan dengan begitu,
manifesto itu pun pada akhirnya berhasil tersebar ke masyarakat.
Kecurigaan Linda
Pada akhir musim panas tahun
1995 di rumah mereka di Schenectady, New York, Linda Patrik, istri David
Kaczynski, bertanya kepada suaminya tentang sebuah ide dimana Ted Kaczynski,
adalah Unabomber. Linda, yang memang sering melihat surat-surat dari Ted
yang ditujukan ke David, merasa ada semacam kesamaan, seakan keduanya ditulis
oleh orang yang sama.
Mendengar hal itu tiba-tiba,
David tentu saja terkejut. Istrinya bahkan belum pernah bertemu dengan Ted,
Bagaimana dia bisa menuduhnya sebagai teroris?
Namun ucapan Linda bukanlah iseng semata. Dia menyamakan Manifesto
Unabomber dengan cerita tentang Ted yang Linda dengar dari Ibu Kaczynski,
dimana Wanda, kurang lebih mengatakan bahwa Ted Kaczynski, adalah orang yang
memiliki pandangan seperti itu kepada dunia.
David awalnya menganggap
bahwa itu adalah sebuah prasangka yang gila. Kakaknya itu memang ‘tidak biasa’
namun dia bukanlah penjahat.
Sayangnya Linda kala itu
terus mendesak David agar setidaknya, dia harus membaca manifesto yang dimaksud
agar paham apa yang dituduhkan Linda kepada Ted.
Beberapa hari kemudian, mau
tidak mau, David mulai membaca Manifesto Unabomber. Hanya dari membaca halaman
pertama, David mulai berubah menjadi tidak mungkin menjadi ragu. Pasca selesai membaca, David pada akhirnya mengaku kalau "mungkin ada satu dari seribu kemungkinan
bahwa Ted lah yang menulisnya."
Tetapi istrinya mengatakan
bahwa satu dari seribu masih mengkawatirkan—Dengan enggan, David setuju.
Selama beberapa minggu
berikutnya, mencoba mengkonfirmasi prasangka mereka yang ada, pasangan itupun bersama-sama
meneliti manifesto dan membandingkannya dengan surat-surat yang dikirimkan Ted
Kaczynski kepada David.
Dari semuanya, ada satu
kalimat yang benar-benar menggangu David. Dalam
sebuah wawancara David berkata : “Setelah
aku membaca beberapa halaman pertama, aku sangat terkejut. Satu kalimat
tertentu sangat mengganguku. Dalam kalimat itu, dikatakan bahwa filsuf modern
bukanlah 'para ahli logika yang berkepala dingin'.
Ted pernah menyebutku bukan ‘ahli logika berkepala
dingin', dan aku belum pernah mendengar kalimat itu dimanapun selain
dari Ted.”
Berbeda dengan Linda yang
hanya butuh itu untuk meyakinkannya bahwa Ted adalah Unabomber, David
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk yakin. Berbagai macam pertimbangan
seperti ibunya yang lemah, pada usia
79 (mungkin terkena stroke) menghambat David untuk membuat keputusan.
Selain
itu, David sangat mencintai saudaranya. Dan karena kecintaannya itulah, yang
kemudian membuat David tidak bisa terima secara hati bahwa kakaknya itu adalah
teroris yang paling dicari FBI.
Tapi
akhirnya, setelah berminggu-minggu, dia melakukan apa yang dia rasa benar
secara moral. Bertindak sebagai ahli logika yang berkepala dingin, David Kaczynski beralasan
bahwa kebaikan dirinya dan kakanya, tidak sebanding dengan kebaikan banyak
orang.
Dia kemudian menelfon FBI
dan menjelaskan temuannya—Yang mana agen bernama James Fitzgerald lah, yang
kemudian menerima temuan David tersebut.
Penangkapan Ted Kaczynski
Menindak
lanjuti laporan David, agen James Fitzgerald pun mencoba menemui David secara pribadi dan berkonsultasi.
Setelah yakin, agen FBI lain kemudian dikirim ke pedesaan Lincoln, Montana
untuk menggrebek kabin Ted Kaczynski. Disana, mereka menemukan Ted dan segenap
bukti yang menjelaskan bahwa Ted, memang benar adalah sosok dibalik Unabomber.
Dan
yap, karir dari Ted Kaczynski sebagai Unabomber pun berakhir.
Dalam
sebuah wawancara, terlepas dari cara Ted membunuh, David Kaczynski mengatakan
bahwa dia akan selalu mencintai saudaranya. Meskipun dari jalan kehidupan
mereka tidak sama, David kemungkinan adalah satu-satunya orang yang benar-benar dapat
memahami siksaan batin yang diderita Ted Kaczynski.
End Of Story.
Err..
Lanjut ke Unabomber Trilogy Part 3 : James Fitzgerald dan Analisa Linguistikyang kemudian membawa Unabomber ke Penjara
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
speechless
ReplyDelete