Kasus penculikan dan pemerasan Glico-Morinaga adalah salah satu misteri paling terkenal dalam sejarah modern Jepang. Selama satu setengah tahun di tahun 1980-an, kelompok yang menyebut diri mereka sebagai “Monster With 21 Faces”, diketahui meneror dua perusahaan permen Jepang, Ezaki Glico dan Morinaga, serta perusahaan makanan lainnya.
Mereka menuntut uang
tebusan, menculik para eksekutif, dan bahkan menyelipkan kotak-kotak permen
yang mengandung sianida ke toko-toko.
Pada saat teror mereka
tiba-tiba berakhir, Monster With 21
Faces dikabarkan berhasil kabur dengan menghancurkan keuntungan perusahaan,
membuat takut penduduk Jepang, dan membuat frustrasi petugas kepolisian
Bahkan hingga hari ini,
entitas atau sosok dibalik nama Monster
With 21 Faces, masih tidak diketahui
The Begining...
Perusahaan Ezaki Glico, yang
terkenal dengan permen “Pocky”, adalah salah satu perusahaan permen paling
populer di Jepang sejak dulu. Namun pada 18 Maret 1984, Glico menjadi sorotan
karena alasan yang sama sekali berbeda.
Malam itu, dua pria
bertopeng diketahui masuk ke rumah presiden Glico, Katsuhisa Ezaki. Sekitar jam 9 malam, mereka mengikat istri dan
anak perempuan Ezaki dan menyeret Ezaki telanjang dari bak mandinya. Kemudian,
Ezaki diketahui didorong paksa masuk mobil dan dibawa pergi—itu, adalah
penculikan.
Beberapa waktu kemudian,
para penculik diketahui menuntut uang
tebusan sebesar satu miliar yen dan 220 pon emas batangan. Meskipun Ezaki
berhasil melarikan diri sebelum perusahaan membayar uang tebusan, segera menjadi
jelas bahwa teror baru saja dimulai.
Pasca penculikan yang gagal
itu, enam mobil di pabrik Glico ditemukan terbakar. Kemudian seseorang
diketahui mengirimi perusahaan sebuah wadah berisi asam klorida. Dan,
seolah-olah Ezaki belum mendapatkan kode
itu, para penyiksanya juga mulai mengirimkan surat ancaman yang segera
diterbitkan oleh surat kabar.
“Untuk para polisi yang bodoh,” surat
mereka pada tanggal 8 April 1984, “Apakah kalian semua bodoh? Kenapa kalian belum mengerahkan
anggota penuh untuk menangkap kami?”
Untuk “mempermudah” polisi,
mereka bahkan menyertakan dalam surat-surat mereka : petunjuk seperti warna
mobil yang mereka gunakan dan dimana tempat mereka membeli makanan. Mereka
menambahkan bahwa informasi ini seharusnya cukup untuk membuat polisi “memakai
otak” dalam menangkap para pelaku.
Kala polisi tidak juga
mendapat ide dari identitas pelaku, orang-orang itu mulai mengirim surat
lanjutan dengan ancaman : "Apakah kami harus menculik kepala polisi daerah juga
agar kalian termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh?"
Dari semua surat yang dikirim ke kantor surat kabar, semuanya memiliki label “The Monster With 21 Faces” (menjelaskan bahwa, itu, kemungkinan adalah nama organisasi mereka)
Terlepas dari banyaknya
surat yang dikirim, nampaknya polisi belum juga mendapat petunjuk untuk melacak
keberadaan orang-orang ini. Bahkan, karena tidak ada tindak lanjut dari polisi,
ancaman mereka semakin bertambah parah saja.
Pada pertengahan Mei, Monster With 21 Faces mengklaim telah
menempatkan beberapa bungkus permen Glico yang mengandung sianida di rak-rak
toko.
Permen Sianida
Pasca surat kabar itu terbit
pada bulan Mei 1984, kepanikan langsung meletus di seluruh Jepang. Karena Monster With 21 Faces tidak memberitahu
jenis permen mana yang mereka racuni, para warga secara naluri langsung
menghindari untuk membeli seluruh produk Glico.
Akibatnya, perusahaan langsung
mengalami krisis dan harus memberhentikan sekitar 1.000 pekerja. Ezaki, selaku
CEO perusahaan mengakui bahwa para “mantan penculiknya” ini, telah membuat
perusahaan merugi sebesar $ 130 juta.
Bahkan, akibat surat ancaman
itu, perusahaan Glico diketahui harus melakukan penarikan kembali produk permen
dari pasaran secara besar-besaran, termasuk permen Pocky mereka yang terkenal.
Terlepas dari kepolisian
yang nampaknya meragukan kalau “peracunan” itu benar-benar dilakukan, Pihak Monster With 21 Faces nampaknya cukup
puas dengan respon dan kerugian dari perusahaan Glico.
Dalam Surat lain, mereka
menulis : “Presiden
Glico Nampaknya sudah cukup tersiksa.” Mereka menambahkan: “Di grup kami juga
ada seorang anak berusia 4 tahun dan setiap hari dia menangis karena tidak bisa
membeli permen (dari Glico). Kalian tau? Membuat seorang anak menangis karena
dia tidak bisa memakan permen yang dia cintai adalah hal yang sulit.”
Pasca surat itu, Monster With 21 Faces nampaknya sejenak
melupakan Glico. Membuat perusahaan merasa sedikit lega karena teror yang
datang kepada mereka, kurang lebih berhenti.
Sayang, Monster With 21 Faces sebenarnya masih gencar untuk melancarkan
teror. Kali ini, kepada perusahaan permen lain.
Pada bulan September 1984, Monster With 21 Faces diketahui meminta
uang dari perusahaan permen Morinaga. Ketika Morinaga menolak permintaan itu, mereka
mengirimkan surat ancaman lain yang membuat tawaran susah ditolak.
"Kami telah menambahkan beberapa rasa khusus," kata
kelompok itu dalam surat di Oktober. "Rasa potasium sianida yang sedikit pahit."
Mereka menjelaskan bahwa
mereka telah meninggalkan “dua puluh kotak di toko-toko dari Hakata ke Tokyo” berisi permen yang mengandung sianida. “Tapi jangan
khawatir” tambah mereka, “kami meninggalkan catatan di kotaknya.”
Dan benar saja, ketika
toko-toko dari daerah Hakata sampai Tokyo di cek, polisi menemukan kotak-kotak
permen beracun dengan stiker yang bertuliskan, “Bahaya, mengandung racun. Kau akan mati jika
memakan ini. Tertanda, Monster With 21 Faces.”
(Sekian
kotak dari produk bernama Morinaga Choco
Balls dan Angel Pies dari
Perusahaan Morinaga, yang diberi stiker bertuliskan “mengandung sianida” oleh Monster With 21 Faces, secara fakta
memang terbukti mengandung sianida pasca dicek di laboratorium)
The Hunt
Selama berbulan-bulan,
polisi di Jepang melakukan segala cara untuk menemukan tersangka dibalik Monster With 21 Faces. Saat ancaman
meningkat terhadap perusahaan lain, polisi terus memeriksa rekaman pengawasan
selama berjam-jam dan bahkan merilis audio tentang suara seorang wanita dan
seorang anak yang menuntut uang atas nama kelompok tersebut—berharap seseorang
dapat mengidentifikasi mereka.
Usaha itu tetap tidak
membuahkan hasil.
Meskipun begitu, polisi
mengklaim bahwa mereka memiliki beberapa petunjuk. Salah satunya, adalah
rekaman kamera CCTV yang menangkap seorang pria tengah menempatkan permen Glico
di rak sebuah toko.
Mengasumsikan bahwa sosok pria itu memiliki hubungan dengan Monster With 21 Faces, Polisi pun kemudian menjulukinya "The Videotaped Man."
Bukti yang lain yang diklaim
polisi memiliki hubungan, adalah rekaman dari seorang pria yang sedang mengawasi
penurunan uang (uang yang dimaksud adalah uang yang diminta Monster With 21 Faces dari perusahaan
Morinaga. Jadi, kayak uangnya ditinggal dimana trus ntar ada orang yang ngambil—meskipun,
pada akhirnya uang yang ditinggalkan itu, tidak pernah diambil oleh siapapun). Polisi,
memanggil orang ini sebagai “The Fox-Eyed
Man” atau "Pria Bermata Rubah." (fotonya gak ada, tapi sketsanya,
adalah gambar yang paling atas gan)
Sayangnya, bahkan setelah didapatkannya
ciri dari dua potensi pelaku tersebut, penyidik tidak pernah bisa
mengidentifikasi keduanya sama sekali.
Pada Agustus 1985, tekanan
kasus tersebut (dan kegagalan terus-menerus dari polisi untuk menemukan pelaku)
menjadi terlalu berat bagi kepala polisi Prefektur Shiga, Shoji Yamamoto. Dia
meninggal setelah menuangkan minyak tanah ke atas kepalanya dan membakar
dirinya sendiri (what the fu—)
Pasca kematian Yamato, Monster With 21 Faces kembali menulis
surat yang berisi “Betapa Bodohnya dia!” (yah
admin setuju sih kalau ini. Bakar diri loh anjir).
Walau, beberapa hari
kemudian, Monster With 21 Faces kembali
mengirim surat yang kali ini berisi belasungkawa “Kami memutuskan untuk memberikan belasungkawa
kami,” kata kelompok itu.
Di dalam surat yang sama, Monster With 21 Faces juga menulis “Kami memutuskan
untuk menghentikan seluruh teror kami kepada perusahaan pembuat makanan. Jika
ada yang memeras salah satu perusahaan pembuat makanan di masa depan, pahamilah
bahwa itu bukan kami, tetapi seseorang yang meniru kami.”
Di footnote surat yang masih sama, mereka menambahkan : “Kami adalah orang
jahat. Itu artinya, kami memiliki hal lain yang harus dilakukan selain memeras
perusahaan makanan. Sangat menyenangkan menjalani kehidupan orang jahat. Monster
With 21 Faces”
Itu adalah terakhir kalinya Monster With 21 Faces pernah terlihat. Pada
akhir upaya teror mereka, terlepas dari
segala macam penculikan, pengancaman dan percobaan pembunuhan, sebenarnya tidak
pernah ada orang yang terkonfirmasi meninggal akibat sianida mereka.
Terus, terlepas dari
kerugian besar-besaran dari beberapa perusahaan makanan, tidak pernah tercatat
1 yen pun uang berhasil didapat oleh Monster
With 21 Faces—membuat kasusnya semakin membingungkan.
Selama “pertarungan” polisi
melawan Monster With 21 Faces, 125.000
orang dikabarkan sudah diselidiki dan diwawancara. Bahkan sampai ke golongan
Yakuza dan imigran dari Korea Utara. Semuanya, tidak pernah ada yang ditetapkan
sebagai sosok dibalik topeng Monster With
21 Faces.
Hari ini, undang-undang
pembatasan telah berakhir. Bahkan jika Monster
With 21 Faces menyerahkan diri dan mengakui identitas mereka, Polisi sudah
tidak bisa melayangkan tuntuan apapun.
Dengan demikian, kasus Glico-Morinaga
secara tekhnis sudah berakhir, meskipun tidak pernah ada tersangka yang
dihukum.
Selebihnya, masih menjadi
misteri
Baca
Juga :
- Teresita Basa, Korban Pembunuhan Yang kembali dari Kubur Untuk Memecahkan Kasus Pembunuhannya Sendiri.
- Unsolved Case : Kasus Menghilangnya Tara Calico dan Cerita dibalik Penemuan “Fotonya” yang Disturbing
Tambahan :
Januari
1985, Polisi Metropolitan Tokyo rupanya sudah menyoroti seorang lelaki bernama Manabu
Miyazaki yang diduga adalah sosok
dibalik entitas “The Man With 21 Faces”
Manabu
ini adalah sosok penulis dan kritikus sosial yang kala itu sangat kritis dalam mendukung
para buruh dan serikat pekerja dalam menyoroti permasalahan yang disebabkan
oleh perusahaan Glico. Permasalahan yang dimaksud, adalah rupanya pabrik Glico secara sembarangan
membuang limbah industri dan bahan-bahan kimia lain ke sungai dan drainase
setempat.
Kecurigaan
Polisi atas Manabu Miyazaki ini, juga didasari fakta bahwa Manabu diketahui
memiliki hubungan dengan Yakuza lokal (ayahnya Manabu adalah Boss Yakuza
setempat). Yang kemudian, memunculkan teori bahwa segala macam penculikan dan
aktivitas jahat dari “Monster with 21
Faces”, akan sangat mungkin dilakukan oleh Manabu.
Polisi
juga menggaris bawahi bahwa wajah Manabu, rupanya memiliki kemiripan ‘hampir’ 90
persen atas sketsa “The Fox-Eyed Man.” Yang
sempat dikeluarkan dalam penyelidikan.
Sayang
Manabu Miyazaki tidak pernah ditetapkan sebagai tersangka karena rupanya, dia
memiliki alibi yang sangat kuat untuk membantah seluruh tuduhan polisi.
Tentu
sejauh kasusnya berkembang, tidak pernah ada yang bilang bahwa Manabu adalah “tersangka yang tidak tertangkap” dari
kasus ini. Keterlibatan Manabu hanyalah satu teori yang sempat dipercayai polisi dan kemudian dilupakan karena kurangnya
bukti.
Bantahan
dari teori ini, adalah bahwa “Monster
with 21 Faces” tidak pernah sekalipun menyinggung alasan mereka tentang
kenapa mereka menyerang Glico dan pabrik-pabrik lainnya. Hal tersebut membuat
sangat sulit menghubungkan motif dibalik teror “Monster With 21 Faces” dengan orang-orang yang berpotensi sebagai
pelaku (seperti Manabu)—Tidak diketahui apakah alasan Teror Monster With 21 Faces adalah balasan
dari pabrik Glico yang membuang limbah sembarangan.
Meskipun, admin sebenarnya tidak bisa membantah apabila mungkin (hanya mungkin) pelakunya bisa jadi memanglah Manabu Miyazaki dengan bantuan Yakuza.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Admin terlalu fokus di sisi jahat pelaku.
ReplyDeleteDi tempat lain dijelaskan kalo yg mereka lakukan itu sangat beralasan karena glico morinaga juga bukan perusahaan "Bersih". Aktifitas mereka membuat banyak limbah dan merusak banyak lingkungan sekitar. Yg dilakukan pelaku cuma membuat mereka merugi sebagai balasan tanpa membunuh siapapun (Mirip Eco Terrorists).
Kalo Morinaga ada tulisan tadi di bungkus permennya. Tapi kalo Glico katanya itu cuma ancaman kosong karena mereka ga meracuni produk Glico sama sekali. Cmiiw.
you know what? itu adalah poin yang bagus.
Deleteadmin akan coba cari refrensi soal "aktivitas kotor" dari glico yang dimaksud dan admin akan tambahkan ke artikel.
soo... tambahan yang bisa admin berikan dari kasusnya kurang lebih seperti ini?
Deletedia bukan "FIX" tersangka btw, cuman "bisa jadi"
secara resmi, pelakunya belum pernah tertangkap sampai hari ini.
trus untuk glico yang tidak diracun (dan hanya ancaman), admin tidak bisa menemukan sumber tambahan. meskipun, dalam sumber lain dikatakan bahwa produk bernama "Morinaga Choco Balls" dan "Angel Pies" dari perusahaan morinaga, secara fakta terbukti mengandung sianida.
Delete