Kamikaze adalah kata dalam
bahasa Jepang yang secara longgar diterjemahkan sebagai “Angin yang maha kuasa.”’
Kata itu digunakan untuk menggambarkan dua badai yang pernah menyelamatkan Jepang dua kali dari invasi armada Mongol di bawah Khagan kelima dari Kekaisaran Mongol yaitu Kubilai Khan.
Bangsa Mongol diketahui
menginvasi Jepang dua kali, pada 1274 dan 1281, tetapi dua kali juga, topan
raksasa menenggelamkan kapal mereka dan mengakibatkan kematian beberapa
tentara. Bangsa Mongol tidak pernah mencoba menyerang Jepang lagi semenjak
saaat itu.
Jauh kemudian selama Perang
Dunia II, kata, 'Kamikaze' digunakan untuk menggambarkan pilot Unit Serangan
Khusus Jepang yang melakukan serangan bunuh diri terhadap Sekutu. Serangan
Kamikaze adalah pesawat yang sarat dengan persenjataan untuk menyerang kapal-kapal
Amerika.
Setelah Jepang kalah dalam
Pertempuran Saipan pada Juli 1944, diputuskan bahwa tindakan drastis akan
diterapkan untuk mengalahkan Sekutu. Laksamana Madya Takashiro Ohnishi,
komandan Armada Udara Pertama Jepang, mengamati bahwa sebuah pesawat yang
menabrak kapal perang akan menimbulkan lebih banyak kerusakan daripada beberapa
pesawat yang menembakinya. Ini kemudian digunakan sebagai taktik tempur untuk
memberikan kerugian maksimum kepada Sekutu.
Diduga juga bahwa ide
serangan ini berasal dari serangan pesawat bunuh diri Letnan Satu Fusata Iida
di Pangkalan Udara Angkatan Laut Teluk Kaneohe pada 7 Desember 1941.
9 menit sebelum Jepang
menyerang Pearl Harbor di Hawaii, pesawat Iida tertembak dan dia memutuskan
untuk menjatuhkan pesawat dengan menabrakkannya ke Stasiun Udara Angkatan Laut
AS yang menyebabkan kerusakan parah.
Serangan Kamikaze
Misi bunuh diri pertama,
diketahui terjadi pada 25 Oktober 1944, dalam Pertempuran Leyte. 5 Pesawat tipe
Zero yang diterbangkan oleh pilot Kamikaze
Special Attack Force, dikawal oleh pilot Jepang Hiroyoshi Nishizawa menuju
kapal induk AS yang bernama USS St. Lois
Itu adalah kapal perang
besar pertama yang diketahui mendapat dampak parah dari serangan Kamikaze. Dari
tabrakan itu, kebakaran besar terjadi di kapal, yang selanjutnya menyebabkan
ledakan besar di gudang penyimpanan bom. Kerusakan yang tidak bisa diperbaiki,
membuat kapal perang itu tenggelam dalam waktu satu jam.
Kapal tempur lain, USS Essex
juga mengalami kerusakan parah pada 25 November 1944. Pesawat Kamikaze
dikabarkan mendarat di antara pesawat AS yang siap lepas landas di atas kapal. Atas
kejadian itu, 15 orang Amerika tewas dan 44 lainnya terluka.
Pada tanggal 19 Maret 1945,
USS Franklin berada dalam jarak 80 km dari daratan Jepang, ketika beberapa saat
sebelum fajar, sebuah pesawat Jepang menjatuhkan dua piercing bomb semi-armor 250 kg. Tidak jelas apakah itu serangan
Kamikaze atau bukan. Namun, bom-bom itu memicu kebakaran di seluruh kapal
perang, menyebabkan rekor hilangnya personil paling banyak dari kapal induk
mana pun.
Selama Invasi Okinawa dari 1
April hingga 22 Juni 1945, USS Bunker Hill dihantam oleh 2 Kamikaze beruntun
dalam 30 detik pada 11 Mei 1945, membuatnya terbakar. Korban melebihi 600
dengan 393 tewas, 264 terluka dan 43 hilang. Ini adalah rekor kehilangan
personel terbanyak kedua, setelah tragedi di USS Franklin.
Dampak Serangan Kamikaze
Seorang pilot dan Laksamana
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Masafumi Arima sempat berpesan kepada anak
buahnya sebelum berangkat menjalankan misi Kamikaze.
Dikatakan bahwa sebelum
menyerang kapal perang AS, dia melepas pangkatnya, lencana dan simbol lainnya,
dan mengatakan kepada anak buahnya bahwa dia tidak akan kembali. Meskipun tidak
ada laporan kerusakan yang ditimbulkan oleh kapal induk Amerika pada hari itu,
Arima tidak pernah terlihat lagi dan dianggap tewas. Dia diberi pangkat Wakil
Laksamana secara anumerta.
6 April 1945, ditandai
sebagai hari paling bersejarah serangan Kamikaze dalam Perang Dunia II ketika
lebih dari 350 pesawat Kamikaze menyerang Sekutu secara bersamaan. USS Laffey
diserang oleh 20 pesawat Kamikaze, semuanya pada saat yang bersamaan.
Terlepas dari upaya dan
pengorbanan tanpa henti dari pilot Kamikaze Jepang, tingkat keberhasilan mereka
diperkirakan hanya 14% hingga 19% . Bahkan dengan tingkat keberhasilan yang
rendah, mereka mampu menimbulkan kerusakan besar pada Kekuatan Sekutu.
Kemarahan yang mereka keluarkan, tidak hanya memberi mereka tempat dalam
sejarah sebagai senjata paling berbahaya Jepang dalam Perang Dunia II, tetapi
juga memungkinkan mereka untuk berhasil menenggelamkan 47 kapal perang, merusak
386 kapal perang, membunuh sekitar 4900 tentara dan melukai 4800 lainnya.
Pilot kamikaze
Banyak pilot Jepang secara
sukarela menjadi pilot Kamikaze meskipun tidak jarang juga itu adalah ‘tugas
wajib’ yang diberikan oleh komandan mereka.
Pilot Kamikaze diberitahu
bahwa takdir mereka adalah menyelamatkan Jepang dari musuh seperti yang telah
dilakukan oleh topan Kamikaze berabad-abad yang lalu.
Karena kurangnya personil yang ‘enggan’ untuk bunuh diri. Terkadang anak-anak muda direkrut dan dilatih untuk menerbangkan pesawat dan langsung dikirim dalam misi Kamikaze. Beberapa bahkan hanya berusia 17 tahun. Para Pilot muda, diketahui menjalani 40-50 jam pelatihan, setelah itu mereka akan terbang didampingi oleh pilot berpengalaman menuju target mereka.
Seorang Pilot Kamikaze harus
mengambil Sumpah 5 Poin segera setelah dia bergabung dengan Unit Serangan
Khusus. Lima poin itu adalah
- Seorang prajurit harus setia pada kewajibannya.
- Seorang prajurit harus menjadikan kepatutan sebagai jalan hidupnya.
- Seorang prajurit harus menjunjung tinggi keberanian militer.
- Seorang prajurit harus menjunjung tinggi kebenaran.
- Seorang prajurit harus hidup sederhana.
Salah satu ritual Pilot
Kamikaze adalah menulis surat kepada orang tuanya yang akan dikirim kepada
mereka segera setelah misinya selesai (kalau mereka sudah mati)
Salah satu surat seperti itu
masih ada sampai sekarang, yang ditulis oleh tentara muda Kiyoshi Ogawa kepada
orang tuanya. Ogawa kebetulan kala itu diketahui mengemudikan pesawat kedua
yang menabrak USS Bunker Hill yang menyebabkan kerusakan yang cukup besar,
sehingga kapal perang tersebut tidak dapat beroperasi selama sisa waktu perang.
Ritual berikutnya adalah
mengenakan Sabuk Seribu Jahitan yang dikenal sebagai Senninbari Haramaki. Sabuk ini dibuat oleh wanita Jepang yang
berdiri di tempat umum, meminta seribu wanita yang lewat untuk menempatkan
jahitan masing-masing di sabuk. Itu adalah jimat keberuntungan bagi Pilot
Kamikaze.
Ritual terakhir adalah
konsumsi ‘ramuan suci’ yang akan memandu pilot menuju takdirnya. Akhirnya, pilot
akan naik ke pesawatnya yang membawa bom dan lepas landas dengan penerbangan
terakhir mereka.
Peti Mati Terbang
Kendaraan standar Pilot
Kamikaze adalah Mitsubishi A6M2 yang diberi nama resmi 'Zero'. Itu adalah
pesawat yang memiliki panjang hampir 30 kaki dengan lebar sayap 39 kaki. Pesawat
tersebut diketahui bisa terbang dengan kecepatan maksimum 332 mph.
Meskipun terdengar aneh, namun “secara tekhnis” Zero menjadi peti mati bagi Pilot Kamikaze, dinamai dengan tepat karena nyawa mereka tidak berarti apa-apa dalam misi untuk menyelamatkan negara mereka.
Baca
Juga :
- Jepang dan serangan “Bom Balon” ke tanah AS pada Perang Dunia II
- Rencana Gila AS untuk menyerang Jepang dengan Bom Kelelawar
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Kalo kata gue itu sangat patriotik sekali.
ReplyDeleteWalaupun berakhir kegagalan untuk Jepang tentunya.
mungkin pas jaya-jayanya strategi ini, mereka jelas merasa patriotik jika menjadi pilot bunuh diri. secara, strategi ini cukup efektif menenggelamkan ratusan kapal.
Deletetapi, pasca mereka tau yang namanya bom atom, jepang pasti merasa bodoh. secara, senjata perang kayak gitu gak bakal bisa dihentikan pake serangan kamikaze.