Manfred von Richthofen adalah seorang pilot kelahiran polandia yang menjadi sosok paling menakutkan di langit perang dunia I. Selama karirnya dalam bertempur, dia tercatat telah berhasil menjatuhkan 80 pesawat tempur musuh.
“Ace” Pilot, Manfred von Richthofen
Lahir di keluarga bangsawan
bertitle “Baron” dari Polandia pada tahun 1892, membuat Richthofen mendapat
Julukan “Red Baron” ketika dia berada di tengah karirnya sebagai penerbang.
Sejak usia empat tahun, dia
diketahui tertarik pada atletik, senam, dan berburu. Richthofen dikirim untuk
berlatih di militer ketika dia baru berusia sebelas tahun, setelah itu dia bergabung dengan
kavaleri Polandia, di mana dia memulai karir militernya.
Pada tahun 1914, ketika
Perang Dunia Pertama pecah, Richthofen yang berusia 22 tahun ditempatkan di
unit darat, bekerja dengan pasukan parit, di mana ia bertugas untuk membawa persediaan
selama beberapa waktu.
Pasca garis depan yang
semakin mudah dikuasai, unit itu segera dibubarkan dan para taruna ditugaskan
untuk melakukan tugas-tugas serabutan.
Kebosanan dengan cepat melanda dan Richthofen meminta untuk dipindahkan ke regu
terbang—kala itu, regu terbang memang relatif lebih baru tetapi merupakan salah
satu kelompok perang yang sangat membutuhkan anggota.
Awal karirnya di “Angkatan
Udara”, dia ditugaskan dibawah “bomber
unit” yang tugasnya adalah menjatuhkan bom. Itu adalah awal mulai dia membantu
Perang dari sektor Udara.
(Perlu dicatat bahwa Manfred
Von Richthofen berada di kubu Jerman tatkala perang Dunia I—hal tersebut, karena
Polandia kala itu berada dibawah dua kekuasaan, sebagian dibawah Jerman,
sedangkan sebagian lagi dibawah Uni Soviet)
Penerbangan Dimulai
Saat itu, pahlawan nasional
Jerman, Oswald Boelcke sedang membimbing taruna baru dengan praktik terbang. Ketika
bertemu dengan Boelcke, Richthofen diketahui meminta untuk dipindahkan ke
unitnya, di mana ia akhirnya akan belajar menerbangkan pesawat militer.
Pertemuan tersebut, terjadi
di perjalanan kereta api, dimana Richthofen rupanya membuat Oswald terkesan
dengan keinginannya untuk belajar terbang dan percakapan tersebut menyebabkan dia
benar-benar dimasukkan ke dalam unit Boelcke yang bernama “Jasta 2” pada tahun 1915
Richthofen memiliki awal
yang sulit untuk karir terbangnya. Dia berjuang keras namun masih termasuk
pilot di bawah standar—dia diketahui pernah menabrakkan pesawatnya sekali saat mencoba.
Meskipun begitu, dia cepat
belajar dan di bawah pengawasan Boelcke , Richthofen terbang selama dua bulan
dan berpegang teguh pada taktik dan manuver yang diajarkan mentornya.
Pada bulan April 1916,
Richthofen mendapat “first kill” nya
di atas langit Verdun ketika menembak jatuh sebuah pesawat perang Prancis.
Setelah kematian Boelcke
pada bulan Oktober 1916, Richthofen semakin termotivasi untuk membanggakan
mentornya dalam karir penerbangan. Pada bulan September tahun yang sama ketika
dia menembak jatuh sebuah pesawat Inggris di dekat Cambrai di Prancis, namanya
mulai terukir dalam sejarah.
Dalam waktu kurang dari sebulan, sang penerbang berhasil mencatatkan lima kemenangan dan lolos dari pembalasan begitu saja. Richthofen bukanlah pilot yang hebat, tetapi pengetahuannya tentang manuver dan taktik udara membawanya menjadi salah satu penerbang terhebat sepanjang masa.
Mesin Tempur
Meskipun banyak yang bilang
bahwa pesawat Fokker Dr.I Dreidecker
adalah mesin tempur andalannya, Richthofen sebenarnya memiliki kemenangan lebih
banyak saat dia berada di dalam pesawat Albatros
D.III miliknya.
Pada awal 1917, The Red Baron telah mendapatkan enam
belas pembunuhan udara dan kemudian dianugerahi penghargaan militer tertinggi
untuk penerbang yang dikenal sebagai "
Pour le Merite " atau lebih informal sebagai "The Blue Max" dari pemerintah Jerman.
Pada bulan-bulan berikutnya,
ia diizinkan untuk membentuk unitnya sendiri (yang kemudian diberi nama “Jasta
11”) dan pada April 1917, Richthofen telah menjatuhkan lebih dari dua puluh
pesawat musuh, membuat rekor yang tidak dapat dipecahkan selama perang dunia.
Jumlahnya terus meningkat dan pada saat Mei tiba, dia tercatat telah menembak
jatuh 52 pesawat.
Musim gugur tahun 1917, dia
diketahui mulai mengecat pesawat Albatros
D.III nya dengan warna merah.. Sebutan “Red Baron” juga berasal dari warna
merah pesawat tempurnya, yang kemudian mudah dikenali apabila terbang di
langit.
Setelah beberapa waktu
memimpin pasukan Jasta 11, Richthofen diberi tugas untuk memimpin unit yang
lebih besar yang disebut "Jagdgeschwader
1" atau JG1, dengan empat unit yang lebih kecil, yang kemudian dikenal
sebagai " Flying Circus"
Akhir Karir Red Baron
Pada bulan Juni 1917 manuver
terbang Red Baron dalam suatu pertempuran pada akhirnya berhenti ketika sebuah
peluru menyerempet tengkoraknya. Untungnya dia berhasil mendarat dengan selamat
dan pasca kejadian itu, dia dikirim pulang di mana dia menerima sambutan
pahlawan
Masih dalam pemulihan,
Richthofen diketahui memaksa kembali bertugas pada akhir Oktober 1917—itu
adalah ide buruk karena dia pada akhirnya juga harus berperang dengan mual dan
sakit kepala selama pertempuran.
Tahun berikutnya, Pada
tanggal 21 April 1918, ketika Red Baron mengejar seorang pilot Kanada pemula,
mereka terlihat melayang ke wilayah Sekutu di desa Vaux-sur-Somme di Prancis.
Pertarungan udara itu
berlangsung sangat sengit sampai kemudian Pesawat lain dari pasukan Kanada ikut
membantu melawan Red Baron. Pesawat yang ditunggangi oleh Kapten Roy Brown,
diketahui menembakkan peluru kaliber .303, yang langsung mengenai Richthofen di
dadanya, menusuk paru-parunya.
Hal itu, menandakan akhir
karir dari Manfred von Richthofen yang gugur dalam pertempuran.
Manfred von Richthofen,
meninggal pada usia 25 dan kemudian dikenang sebagai “Ace” atau pilot andalan
pasukan Jerman selama perang dunia I.
End
Of Story
Baca
Juga :
- Kamikaze, Senjata Bunuh diri mematikan Pasukan Jepang pada Perang Dunia II
- Kisah Penembak Jitu Lyumilla Pavlichenko, Sang perempuan Pemburu Nazi
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Perang dunia selalu penuh cerita patriotik seperti sniper white death, cewek sniper, Kamikaze dan ini.
ReplyDelete