Sir Adrian Paul Ghislain Carton de Wiart VC, KBE, CB, CMG, DSO adalah seorang bangsawan Belgia yang diketahui lebih memilih berada di 3 Perang berbeda selama rentang waktu 50 Tahun, daripada hidup mewah layaknya keluarga aristokrat lainnya.
Selama karir militernya, Pria
itu telah menderita luka serius sebanyak 11 kali dan kehilangan lengan dan mata
dalam prosesnya. Dia dijuluki “The Invincible” karena kisah hidupnya
memang terlalu OP untuk orang lain.
Adrian Carton de Wiart
Lahir pada tahun 1880 di
Brussel, dari ayah Belgia dan ibu Irlandia, Sir Adrian menghabiskan sebagian
besar masa mudanya di sekolah asrama Katolik di Inggris. Pasca Lulus, dia
kemudian mendaftar di Balliol College,
Oxford.
Bagi kebanyakan orang,
perang adalah cara untuk menyelesaikan perselisihan atau hanya untuk
menunjukkan kekuasaan. Namun bagi Sir Adrian Carton, perang adalah rekreasi.
Pada usia 19 tahun, Sir
Adrian bergabung dengan tentara dengan berbohong tentang usia dan namanya. Ia
mengaku sebagai seorang nonmaden
berusia 25 tahun bernama ' Trooper Carton '.
Memulai kehidupan
profesionalnya sebagai seorang prajurit dalam Perang Boer Kedua, dia diketahui
melukai perut dan pangkal pahanya saat berperang di Afrika Selatan.
Karena luka-lukanya tersebut,
dia tidak dapat pulang ke rumah karena pasti akan disambut oleh ayahnya yang
marah—ayahnya masih tidak menyadari putranya meninggalkan perguruan tinggi
untuk bergabung dengan tentara.
Berpegang teguh pada apa
yang dia sukai, Sir Adrian kembali ke Afrika Selatan setelah luka-lukanya
sembuh. Dia hidup disana dan memulai kehidupan baru sebagai traveler.
Dia sangat memperhatikan
kebugaran fisiknya, dan karena itu dia secara teratur berlari, dan berolahraga.
Di antara teman-temannya, dia dikenal sebagai pria yang menawan, menyenangkan,
tetapi bermulut kotor .
Sebagai seorang yang sangat
menyukai petualangan, Sir Adrian lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bepergian.
Dia berteman dengan beberapa orang di tempat berbeda, untuk membangun koneksi
apapun yang dia bisa.
Sampai awal Perang Dunia
Pertama, seperti kebanyakan perwira dan tentara kekaisaran Inggris, ia kemudian
bergabung dengan militer dan ditempatkan di sejumlah tempat termasuk India.
Peran selama Perang Dunia I
Selama Perang Dunia I, ia
ditugaskan ke “Korps Camel” di Somaliland
Inggris untuk menekan pemberontakan atas para pengikut Mohammed bin Abdullah. Dia
kehilangan mata kirinya setelah ditembak di wajahnya ketika mereka menyerang
benteng musuh.
Tapi, kehilangan mata tidak
menyurutkan semangatnya karena dia mungkin menyukai penampilannya dengan
penutup mata. Dia kemudian diberi kesempatan untuk memimpin batalion
infanterinya sendiri ke dalam pertempuran di parit-parit sebelah Front Barat.
Di sini, dia kehilangan
lengan kirinya setelah terkena beberapa pecahan peluru. Ketika dokter menolak
untuk mengamputasi beberapa jari yang terinfeksi, dia melakukannya sendiri.
Kemudian, dia ditembak di
tengkorak untuk kedua kalinya dalam Pertempuran Somme bersama dengan
pergelangan kakinya. Namun keberaniannya di sana membuatnya dianugerahi penghargaan
Victoria's Cross—penghargaan militer
tertinggi di Inggris.
Dia terluka berkali-kali
selama Perang Dunia Pertama, dan sekian kali diluar peperangan. Terlepas dari
kebanyakan orang yang menganggap bahwa terluka berkali-kali merupakan alasan yang
cukup untuk pensiun, namun nampaknya Sir Adrian belum siap melakukannya.
Dalam sebuah Otobiografi,
dia sempat menulis : “Terus terang, aku menikmati perang. Meski telah memberiku
banyak momen buruk, perang juga memberiku banyak momen bagus. Diantara darah
dan pengorbanan, ada juga kegembiraan dan kemenangan.”
Pasca Perang Dunia I
Setelah Perang Dunia Pertama
usai, ia dikirim ke Polandia sebagai wakil dari Pemerintah Inggris. Polandia
memberinya sebuah perkebunan di dekat perbatasan tempat ia menghabiskan
sebagian besar waktunya berburu.
Setelah invasi Nazi ke
Polandia, ia harus kembali ke Inggris. Bahkan pada usia 60 tahun, ia memimpin
sebuah operasi untuk menghentikan invasi Nazi ke kota Trondheim, Norwegia.
Mungkin bagian yang paling
menarik dari kisahnya adalah ketika pesawatnya jatuh di lepas pantai Libya yang
dijajah Italia. Dia diketahui berenang ke pantai di mana dia ditangkap oleh
tentara Italia dan dikirim ke kamp tahanan di Italia.
Dia mencoba melarikan diri
dari kamp lima kali. Dimana di satu percobaan hampir berhasil saat dia kabur dengan
menyamar sebagai penduduk lokal. Sayang dia harus tertangkap pasca 8 hari
bersembunyi
Dia dibebaskan pada tahun
1943 dan dikirim ke Inggris dengan pesan penyerahan Italia (Italia mengaku
kalah dalam perang melawan Inggris)
Winston Churchill, perdana
menteri Inggris, juga merupakan kawan seperjuangan Sir Adrian dalam masa-masa
sulit politik perang. Churchill, merupakan orang yang menulis kata pengantar
untuk Autobiografi Sir Adrian.
Pasca bebas dari penawanan, Churchill
mengirimnya ke China sebagai perwakilan khusus di mana dia berteman dengan Presiden
China Chiang Kai-Shek dan membantunya
melawan Jepang.
Dia pensiun dari Angkatan Darat pada tahun 1947, setelah berperang dalam 3 perang. Dia hidup sampai dia berusia 83 tahun dan meninggal pada tahun 1963 .
Baca
Juga :
- Unit Spesial No.23, “Pasukan Hantu” dari Militer AS yang Meneror Medan Pertempuran selama Perang Dunia II.
- Manfred von Richthofen, Pilot andalan Pasukan Jerman Yang Dijuluki "The Red Baron" Pada Perang Dunia Pertama
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Hidup seperti mad dog.
ReplyDelete