Franceska Mann adalah seorang ballerina berkebangsaan polandia. Ditengah kemelut perang dunia kedua dan menyadari fakta bahwa dia akan mati ditangan Nazi, dia memilih untuk memberikan perlawanan terakhir sebelum meninggal.
Invasi Nazi ke Polandia
Pada awal 1943, tatkala
Pasukan Jerman sudah berhasil menguasai Polandia, Franceska Mann diarahkan dan
dipindahkan oleh tentara Nazi ke Hotel Polski bersama ratusan rekan
senegaranya.
Pindah dari Ghetto
Warsawa ke sebuah Hotel, nampak seperti mereka akan diampuni dan
diselamatkan. Desas-desus bahwa mereka akan diberikan paspor dan surat-surat
sebelum dikirim ke Amerika Selatan terdengar diantara kerumunan.
Tentu saja itu hanyalah
harapan kosong, karena Nazi tidak punya agenda semacam itu. Daripada mengurus
hal merepotkan seperti membuatkan pasport, membunuh orang-orang Polandia ini
lebih mudah.
Kenyatannya adalah, Tidak
boleh ada deportasi ke Amerika Selatan. Sebaliknya, para “tamu” hotel akan
dikumpulkan sebelum dipindahkan ke kamp konsentrasi seperti Vittel,
Bergen-Belsen, dan Auschwitz.
Yah, tipikal Nazi. Merebut
tanah, dan mengusir seluruh penduduk aslinya dengan cara memindahkan mereka ke
kamp-kamp buruh.
Kisah Franceska Mann
Sebelum dia ikut dalam
kerumunan yang dikumpulkan di Hotel Polski, Franceska Mann dikenal sebagai
seorang Ballerina. Dia menempati urutan keempat dari 125 dalam kompetisi
internasional di Brussels pada tahun 1939 dan telah menjadi penari Ballerina di
klub malam Melody Palace di Warsawa
tak lama kemudian—Dia secara luas dihormati sebagai salah satu penari paling
cantik dan menjanjikan pada usianya.
Pasca dikumpulkan di Hotel
Polski, kerumunan orang bersama Franceska didalamnya, kemudian dikelompokkan
dan diangkut menggunakan gerbong-gerbong kereta yang terpisah.
Franceska dan orang-orang
lainnya diberitahu oleh pasukan Nazi tatkala dikereta bahwa mereka akan dibawa
ke Swiss dimana mereka akan ditukar dengan tawanan perang Jerman.
Dalam perjalanan,
gerbong-gerbong itu sempat transit di Kamp Bergen dimana mereka akan didata,
ditelanjangi dan dibersihkan (dibersihkan yang dimaksud adalah disemprot
menggunakan selang otomatis)
Dalam kamp Bergen ini,
orang-orang yang namanya tidak ada di dalam daftar tentara Nazi, akan dikelompokkan
sendiri dan dibawa masuk lebih jauh ke Kamp Bergen. Kemudian, mereka disuruh
menunggu tatkala kelompok-kelompok lebih kecil dibawa dan tidak pernah terlihat
lagi.
Franceska, ada di dalam
kelompok tersebut
Franceska tau kalau
orang-orang yang dibawa sebelum dia, nampaknya dibunuh dengan cara dimasukkan
ke ruang gas. Menyadari hal itu, dia sadar bahwa hanya kecil kemungkinannya
bahwa mereka akan dilepaskan—terlebih, keluar dari Kamp Bergen Hidup-Hidup.
Detik-detik menunggu antrian
untuk dibawa pergi, Franceska melamun—Yang ada di pikirannya kala itu hanya
satu : Dia tau bahwa itu adalah menit-menit menjelang kematiannya. Pada
akhirnya, ia memutuskan, bahwa jika dia akan mati, maka dia tidak akan mati
tanpa perlawanan.
Pembalasan Franceska
Saat para wanita dipisahkan
ke kamar mereka sendiri untuk menanggalkan pakaian, Franceska melihat dua
penjaga melirik mereka melalui pintu. Memanfaatkan kesempatannya, Franceska
membujuk mereka masuk, membuka pakaian perlahan, dan mendorong wanita lain
untuk melakukannya juga.
Tentara bernama Josef
Schillinger dan Wilhelm Emmerich memang terpikat, dan masuk ke ruangan itu.
Begitu mereka berada dalam jangkauan, Franceska merobek sepatunya dan memukul
kepala Schillinger dengan itu
Kemudian, dia menarik pistol
milik sang tentara dari sarungnya dan melepaskan tiga tembakan. Dua peluru
mengenai perut Schillinger, peluru ketiga mengenai kaki Emmerich.
Terinspirasi oleh tindakan
Mann, wanita lain di ruangan itu bergabung dengan pemberontakan dan menyerang
kedua pria itu. Menurut satu laporan, salah satu petugas dirobek hidungnya dalam
serangan itu sementara yang lain ditarik kulitnya sampai mengelupas.
Schillinger akhirnya meninggal karena luka-lukanya, sementara Emmerich masih
hidup
Bala bantuan Nazi terlambat
datang karena 1 dari tentara mereka sudah terlanjur mati. Pada kejadian
selanjutnya, Kamar gas dihidupkan, menjebak siapa pun yang ada di dalamnya.
Para wanita yang berada di antara kamar gas dan ruang ganti pakaian semuanya
ditembak mati dengan senapan mesin.
Untuk Franceska sendiri, dia
nampaknya sudah puas dengan membawa satu tentara Nazi jatuh bersamanya. Dia
menembak kepalanya sendiri menggunakan senapan curian yang dia pegang.
Hmm..
Kisah Franceska adalah satu
dari sekian orang yang menjadi korban kejahatan Nazi. Bagi para laki-laki,
terlebih tentara yang berperang mati-matian melawan Nazi kala itu, mungkin
membunuh 1 tentara jerman adalah pencapaian yang tidak seberapa.
Namun, bagi para perempuan,
perlawanan Franceska bisa jadi merupakan simbol perlawanan pertama dari kaum perempuan
Polandia pada kala itu.
End
Of Story
Baca
Juga :
- Desmond Doss, tentara Amerika Yang Paling Anti Membawa Senjata
- Penembak Jitu Lyudmilla Pavlichenko, Sang Perempuan Pemburu Nazi
- Niland Brothers, Kisah Nyata Yang Mendasari Film “Saving Private Ryan”
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Hari Terakhir Franceska Mann, Si Ballerina Pembunuh Nazi"
Post a Comment