The Lost Colony of Roanoke di Amerika tetap menjadi salah satu misteri yang menarik di benua itu. Selama bertahun-tahun, para peneliti telah menyarankan berbagai teori untuk menjelaskan hilangnya pemukim Inggris yang telah menetap di Pulau Roanoke. Namun, teori-teori ini hanya menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, dan tidak ada cara untuk benar-benar mengetahui apa yang mungkin terjadi pada orang-orang itu.
Koloni Roanoke pertama di Amerika
Pada tahun 1584, kala Ratu
Elizabeth I memerintah Inggris, para pelaut Inggris diketahui berlayar melintasi
lautan untuk mencari petualangan dan keberuntungan. Pada saat itu, gagasan
menjelajahi dan menetap di Dunia Baru (benua Amerika) memang sangat populer.
Berlayar dan membangun
koloni di Amerika, bukan hanya sekedar mencari tempat baru semata. Pasalnya, Ratu
Elizabeth I menunjukkan persetujuannya dengan memberikan hadiah yang setimpal
bagi mereka yang bersedia melakukan perjalanan tersebut.
Dalam upaya untuk memuaskan
hasrat ratu Inggris, seorang bangsawan bernama Sir Water Raleigh diketahui
menugaskan seorang bernama Sir Richard Grenville untuk melakukan ekspedisi ke
Amerika. Sir Walter Raeligh, sebelumnya sudah pernah menerima piagam oleh Ratu
Inggris karena berhasil membangun koloni dan menempatkan orang Inggris di Teluk
Chesapeake, Virginia.
Perjalanan yang dipimpin
oleh Sir Richard Grenville, akan menjadi perjalanan untuk membangun koloni
Roanoke yang pertama.
Tentu tugas yang diterima
oleh Sir Richard dari Sir Walter tersebut, tidak mungkin dia tolak. Pasalnya,
dimata kerajaan inggris, membangun koloni di benua baru adalah tujuan mulia dan
merupakan kehormatan bagi bangsawan.
Sayang apa yang dibayangkan
oleh Sir Richard dalam perjalanannya, tidak sepenuhnya sesuai harapan. Memang
sih kala mereka tiba di pulau Roanoke (yang berada di lepas pantai dari
Carolina Utara saat ini), mereka disambut dengan kekayaan alam yang luar biasa
melimpah. Beberapa suku indian setempat pun, nampak ramah dan baik.
Sayangnya, orang-orang
inggris itu nampaknya tidak siap untuk hidup harmonis dengan suku indian yang
lain. Dalam sejarah kolonialisme yang panjang, Inggris telah menunjukkan
kecenderungan untuk mengambil alih sumber daya alam untuk diri mereka sendiri
dan meninggalkan sesedikit mungkin untuk penduduk asli.
Hal yang serupa, terjadi
kepada koloni Roanoke dengan suku Algonquin
yang merupakan suku asli penghuni Carolina Utara. Nampaknya, konflik antara
kedua kubu menjadi sangat panas sampai koloni Roanoke berakhir dengan membakar
salah satu desa miliki suku Algonquin.
Koloni Roanoke kedua di Amerika
Hanya selang satu tahun, kelompok
pemukim kedua, di bawah pimpinan Sir Ralph Lane, tiba di Roanoke pada tahun
1585. Ilmuwan-matematikawan, Thomas Harriot, dan seniman, John White, adalah
dua anggota terkemuka dari kelompok ini.
Thomas Harriot diketahui
sempat menggambar peta Pulau Roanoke dan membuat katalog burung dan tumbuhan
lokal. Dia juga membujuk dua penduduk asli Indian, Manteo dan Wanchese, untuk
mengajarinya bahasa Algonquin mereka.
Sementara itu, John White
menghabiskan waktunya menggambar dan melukis keseharian suku Algonquin.
(Note :Jadi suku Algonquin ini banyak
cabangnya, suku Algonquin yang berkonflik dengan koloni pertama, mungkin
berbeda dengan yang ditemui oleh koloni yang kedua)
Namun, seperti kelompok
pemukim pertama, antusiasme awal di pemukim segera memudar. Mereka tidak
berhasil mengolah tanah dan kehabisan sumber daya yang mereka bawa. Selain itu,
mereka juga tidak dapat mempertahankan hubungan persahabatan dengan penduduk
asli Indian.
Setelah satu tahun, sebagian
besar pemukim, termasuk Harriot dan White, siap menyerah dan hendak kembali ke Inggris.
Untungnya bagi mereka, Sir Francis Drake, seorang perwira angkatan laut
Inggris, sedang dalam perjalanan pulang dari Karibia saat ini.
Ketika Francis Drake mampir
di Pulau Roanoke untuk mengisi kembali persediaan air kapalnya, dia setuju
untuk membawa para pemukim kembali ke inggris bersamanya.
Lima belas orang memutuskan
untuk tetap tinggal dan menjaga bendera inggris tetap berkibar di pulau Roanoke
(Maksudnya pulau Roanoke yang sudah di klaim
milik Inggris akan dijaga agar tidak diambil oleh pihak lain)
Sayang, hal ini ternyata
menjadi keputusan yang buruk. Pada saat kelompok pemukim berikutnya tiba pada
tahun 1587, orang-orang ‘penjaga bendera’ ini tidak lagi hidup. Para pendatang
baru mengetahui dari beberapa penduduk asli yang ramah bahwa orang-orang itu
telah diserang dan dibunuh oleh tetangga mereka yang bermusuhan.
Koloni Roanoke ketiga Amerika
Kegagalan sebelumnya untuk
menetap di Pulau Roanoke tidak memadamkan semangat petualangan John White.
Pasca kembali di Inggris, ia mulai membujuk orang untuk bergabung dengannya dan
membentuk pemukiman baru di Dunia Baru.
Mentornya, Sir Walter Raleigh, serta Ratu Elizabeth I menyetujui rencana tersebut dan memproklamirkannya sebagai Gubernur baru dari pemukiman baru yang akan didirikan.
Awal Mei 1587, John White
berlayar dari Inggris dengan 115 calon pemukim. Termasuk dalam kelompok ini,
adalah istrinya Tomasyn, putrinya yang baru menikah Eleanor, dan menantunya
Ananias Dare.
Tujuan awal mereka adalah
Teluk Chesapeake, tetapi navigator kapal nampaknya tidak setuju dan memilih
untuk mengagalkan rencana itu.
Navigator tersebut, adalah
seorang pelaut Portugis bernama Simon Fernandez, yang sifat pemarah dan tidak
menyenangkannya telah menimbulkan ketegangan dengan para penumpang. Dia bahkan
dijuluki the swine oleh yang lain
karena sifatnya itu (TL : Swine artinya adalah Babi)
Ketika mereka berhenti untuk
mencari air di Pulau Roanoke pada Juli 1587 dalam perjalanan ke Teluk
Chesapeake, Simon membiarkan para penumpang turun di sana untuk beristirahat.
Namun, dia kemudian mengumumkan bahwa dia tidak akan melanjutkan perjalanan ke
Chesapeake Bay dan menolak untuk mengizinkan para penumpang kembali ke kapal.
Simon pada akhirnya meninggalkan
mereka dan berlayar kembali ke Inggris bersama beberapa orang saja. Dengan
demikian, orang-orang yang ditinggal itu terpaksa tetap berada di Pulau
Roanoke.
Memang babi.
Kehidupan Koloni di Pulau Roanoke
Sejak awal, para pemukim
membuat segalanya menjadi sulit bagi diri mereka sendiri. Kenalan John White
sebelumnya, Chief Manteo, mengatakan
kepadanya bahwa Dasamongueponke dan
orang-orang Indian lain yang bermusuhan, diketahui telah membunuh 15 orang
Inggris yang masih tinggal di pulau itu dengan brutal
Karena para pemukim datang
terlambat untuk menyelamatkan 15 orang itu, mereka memutuskan untuk membalaskan
dendam rekan senegaranya. Saat fajar, pada tanggal 8 Agustus 1587, mereka
menyerbu dan menghancurkan apa yang mereka anggap sebagai desa Dasamongueponke.
Itu adalah sikap membabi
buta yang bodoh karena ternyata, desa-desa yang mereka hancurkan adalah desa
milik suku indian ramah yang pada dasarnya membantu koloni-koloni sebelumnya.
Pada akhirnya, semua kawan di daratan itu berubah menjadi lawan.
Lebih buruk lagi, para
pemukim segera menemukan bahwa persediaan mereka mulai habis; persediaan tidak
mencukupi untuk bertahan hidup, terlebih memulai membangun pemukiman. Proses pengolahan
ladang juga belum bisa dilakukan apabila mereka belum punya cadangan makanan
untuk diberikan kepada para pekerja.
Khawatir tentang masa depan
mereka di pulau itu, terutama dengan mendekatnya musim dingin, para pemukim
mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk memohon bantuan kepada Sir Walter
Raleigh. Untuk tujuan ini, mereka memutuskan untuk mengirim John White kembali
ke Inggris.
John White kembali ke Inggris
John White sebenarnya tidak
ingin meninggalkan keluarganya. Putrinya, Eleanor, baru saja melahirkan
cucunya, yang bernama Virginia Dare—dia adalah anak Inggris pertama yang lahir
di Dunia Baru.
Juga, dia khawatir tentang
apa yang akan terjadi pada barang-barangnya jika dia tidak ada. Setelah para
pemukim meyakinkannya bahwa mereka akan merawat propertinya selama dia pergi,
dia setuju untuk menjalankan misi tersebut. Pada akhirnya, John White berlayar
kembali ke inggris dan meninggalkan koloni untuk mengambil persediaan.
(note : tidak ada kejelasan bagaimana dia berlayar, entah nebeng lagi dengan kapal ekspedisi
seperti saat dia nebeng Sir Francis
Drake, atau pada akhirnya koloni membuatkannya kapal)
Apapun itu, dia diketahui
tiba di Inggris pada Oktober 1587. Kala dia sampai di inggris, dia langsung
diberi kabar bahwa Ratu Elizabeth I telah melarang semua kapal Inggris
meninggalkan pantai. Hal ini, dikarenakan Invasi dari Armada Spanyol sudah dekat,
dan sangat penting untuk memiliki semua kapal yang tersedia untuk menghadapi
serangan itu.
Itu tentu saja berita buruk
karena bagi John White. Karena berarti, dia tidak akan dapat menemukan kapal
persediaan untuk berlayar kembali ke Pulau Roanoke .
Sangat khawatir tentang
keluarganya, White akhirnya berhasil menemukan dua kapal kecil. Namun, usahanya
untuk membawa kapal itu melintasi Atlantik tidak berhasil.
Pertama-tama, kapal-kapal
kecil itu tidak cocok untuk perjalanan laut yang panjang. Kedua, ketika mereka
berangkat, perompak Prancis menyerang dan menjarah kapal-kapal tersebut dengan
sangat mudah.
Dalam pertempuran itu, John
White tertembak di pantat. Dia dan krunya entah bagaimana berhasil melarikan
diri kembali ke Inggris, tetapi pembajakan itu meninggalkannya tanpa sumber
daya untuk memulai perjalanan lain.
Baru pada tahun 1590, dengan
bantuan Sir Walter Raleigh, dia bisa mendapatkan dua kapal, Hopewell dan Moonlight, dan akhirnya mampu melakukan perjalanan ‘yang benar’
untuk kembali ke Pulau Roanoke.
Pemukiman yang ditinggalkan di Pulau
Roanoke
Setibanya di pulau Roanoke,
John White mengharapkan pertemuan kembali dengan keluargnya. Sayang, apa yang
dia dapati malah pemukiman itu sepenuhnya ditinggalkan.
Semua struktur telah dihancurkan atau dalam keadaan hancur. Satu-satunya petunjuk yang ditemukan oleh John White dan rombongannya hanyalah kata 'Croatoan' yang diukir di batang pohon di sebuah benteng. Selain ini, tidak ada petunjuk lain tentang keberadaan para pemukim.
Karena Croatoan adalah nama
suku yang bersahabat dari pulau Hatteras di dekatnya, para penyelamat berasumsi
bahwa mungkin para pemukim telah pindah ke sana untuk tinggal bersama mereka. Itulah
kenapa mereka sempat mencoba mencari koloni Roanoke yang hilang kesana.
Namun, karena cuaca buruk,
White dan yang lainnya tidak dapat menjelajah lebih jauh, dan mereka harus
kembali ke Inggris.
Ekspedisi berikutnya untuk
menemukan pemukim yang hilang juga dinyatakan gagal, karena jejak koloni yang
hilang sudah sepenuhnya tidak bisa ditemukan. Selama bertahun-tahun, upaya
pencarian akan terus dicoba dan seluruhnya tidak menghasilkan apapun.
Berbagai teori beredar
tentang bagaimana hal ini bisa terjadi. Mungkin mereka mati kelaparan atau
mengalami kecelakaan di hutan belantara. Mungkin suku-suku yang bermusuhan
telah menyerang dan membantai semua orang. Atau, mereka pergi untuk
berintegrasi dan menikah dengan suku-suku ramah yang lebih jauh.
Mungkin juga mereka telah
ditawan oleh suku-suku yang bermusuhan dan dijual sebagai budak. Selama
bertahun-tahun, ada laporan penampakan orang kulit putih di berbagai kamp
penduduk asli Indian, tetapi tidak ada yang bisa memverifikasi apakah ini
benar.
Di zaman yang lebih modern,
para peneliti telah berusaha untuk memeriksa sampel DNA yang diambil dari
penduduk setempat untuk menemukan jejak pemukim kulit putih di Pulau Roanoke.
Namun, sejauh ini, tidak ada yang bisa menemukan jawaban konklusif atas hilangnya
misterius para koloni di Pulau Roanoke.
Sampai hari ini, misteri
hilangnya koloni Roanoke, masih belum terpecahkan
Baca
Juga :
- Salem Witch Trials, Kisah Warga Paranoid Kurang Piknik
- Seppuku : Ritual Bundir dengan Menyobek Perut Sendiri Di Jepang
- Membahas Aliran Sesat yang Bernama “Church Of Palmaria”
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
As always. Pernah baca ini di MBP tapi hampir selalu disini yg lebih lengkap.
ReplyDelete