Tatkala admin pertama kali menonton film “The Pianist”, admin mengira bahwa filmnya akan berkisar tentang seorang pemain piano yang berjuang mengejar karirnya. Betapa terkejutnya admin bahwa ternyata filmnya adalah cerita tentang kisah perjuangan seorang pemain piano Yahudi yang bertahan hidup dalam perang dunia kedua.
Admin ingat pada sebuah
adegan dimana sosok Wladyslaw Szpilman, sang tokoh utama, benar-benar
menyelinap di reruntuhan kota hanya untuk mencari makanan.
Oke, admin tidak ingin
membahas filmnya lebih lanjut.Yang ingin admin bahas disini, adalah sebuah
kisah yang mendasari filmnya. Yep, kisah Wladyslaw Szpilman di dalam film “The
Pianist” memang berdasarkan kepada kisah nyata.
Wladyslaw Szpilman
Lahir di Polandia pada
tanggal 5 Desember 1911, Wladyslaw Szpilman pertama kali belajar piano dari
Ibunya. Kala itu, dia tidak tau bahwa kemampuan piano yang akan dia asah, akan
menyelamatkan hidupnya di masa depan.
Menjalani kehidupan normal
sampai SMA, dia kemudian diketahui melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Musik di Warsawa dari tahun 1926 hingga 1930.
Setelah itu, dia kembali melanjutkan studinya di Berlin hingga 1933 sebelum
kembali ke Warsawa sekali lagi untuk mengambil studi lain hingga 1935.
Pada tahun 1935, Wladyslaw
Szpilman mendapat pekerjaan sebagai pianis untuk Radio Nasional Polandia di
Warsawa, dimana pekerjaannya adalah bermain karya klasik dan jazz. Dia berkarir
sebagai Pianis di Radio Nasional sampai pada tanggal 1 September 1939—hari
dimana Jerman menginvasi Polandia pada Perang Dunia II.
Tatkala pasukan Jerman
sampai ke Warsawa, mereka langsung menyegel kantor Radio Nasional Polandia dan
sepenuhnya menutup kegiatan mereka. Siaran terakhir radio tersebut, adalah
penampilan Szpilman yang tengah memainkan lantunan Nocturne karya Frédéric Chopin dalam nada C sharp minor.
Pendudukan Nazi di Warsawa
Kita semua tau bahwa Nazi
sangat anti dengan Yahudi. Itulah kenapa, kala itu kota Warsawa yang memiliki
cukup banyak populasi Yahudi, langsung berubah menjadi ”Distrik Yahudi”
Distrik Yahudi Warsawa,
bahkan sampai perang dunia berakhir akan selalu disebut sebagai kamp
konsentrasi Yahudi terbesar sepanjang masa.
Dalam area tersebut, ada
lebih dari 400.000 Yahudi yang dikurung dan dikelilingi oleh tembok buatan.
Tanpa adanya akses ke dunia luar, sumber makanan satu-satunya yang bisa mereka
dapat benar-benar dikontrol oleh Nazi. Dengan ransum yang sedikit dan aturan
sepenuhnya dikontol oleh militer, Warsawa kala itu tidak lebih baik dari
penjara. Tak jarang, akan terlihat mayat bergelimpangan di jalan karena
ditembak sepihak oleh Tentara Jerman.
Dibawah aturan Nazi inilah Wladyslaw
Szpilman dan keluarga kemudian hidup selama beberapa waktu.
Meskipun dalam kondisi
dibawah kontrol penjajah, Wladyslaw
Szpilman tetap saja berkarir sebagai pianist. Untuk menghidupi keluarganya, ia
bekerja sebagai pianis di sebuah Café bernama Café Nowaczesna. Menjadi
penghibur para tentara Jerman yang sudah mulai nyaman akan “absolute control” yang mereka miliki atas kota Warsawa.
Musim panas tahun 1942
adalah awal dari deportasi besar-besaran ke kamp konsentrasi lain atau kamp kematian. Jika kau adalah Yahudi yang
beruntung, maka kau akan dipindahkan ke kamp konsentrasi lain dimana kau akan
dipaksa bekerja sebagai buruh dengan upah kecil atau tanpa upah sama sekali (kau
harus memiliki surat keterangan “memiliki keahlian khusus” agar dapat dibawa ke
kamp konsentrasi tertentu)
Namun jika kau tidak
beruntung, kau akan dipindahkan menggunakan kereta ke kamp “jagal” dimana kau
hanya akan dibunuh disana. Yap, inilah titik-titik Holocaust (pembantaian) dilaksanakan.
Meski sempat bertahan
sebentar, akhirnya Szpilman dan keluarganya mendapat giliran untuk dideportasi
ke Treblinka, sebuah kamp “jagal” di area hutan sebelah timur-laut Warsawa. Itu
adalah kamp kematian yang memiliki jumlah korban terbanyak kedua setelah kamp
Auschwitz.
Beruntung bagi Szpilman kala
itu. Tatkala dia dan rombongan orang
tengah digiring menuju kereta yang akan mengangkut mereka ke Treblinka, salah
satu polisi Yahudi (polisi yang membantu Nazi dengan imbalan tidak akan
dibunuh), mengenali Szpilman dari konsernya di cafe Nowaczesna. Polisi itu,
kemudian menarik keluar Szpilman dari barisan dan menyuruhnya kabur dan
bersembunyi secara diam-diam sampai kereta berangkat.
Meskipun dia telah
diselamatkan, Szpilman sempat menyaksikan orang tua, saudara laki-laki, dan dua
saudara perempuannya dikirim ke Treblinka. Mereka semua akan dinyatakan
meninggal dibunuh di kamp Treblinka.
Wladyslaw Szpilman akan
terus bersembunyi di Distrik Yahudi dan berbaur dengan orang-orang Yahudi lain
sembari membantu menyelundupkan senjata untuk sekian kelompok Yahudi yang
merencanakan pemberontakan.
Pada 13 Februari 1943,
tatkala kemelut pecah antara pemberontak Yahudi dan pasukan Nazi di Warsawa, Wladyslaw
Szpilman berhasil melarikan diri.
Dia bersembunyi di sebuah
bangunan yang ditinggalkan di sekitar Warsawa sampai Agustus 1944. Dia
menemukan loteng untuk bersembunyi di 223 Niepoldleglosci, Warsawa, Polandia. Sayangnya,
itu adalah bangunan yang kemudian menjadi rumah singgah milik Kapten Wilm
Hosenfeld. Seorang tentara Nazi yang juga merupakan veteran perang dunia
pertama.
Dan yap, dalam sebuah kejadian
yang tidak diinginkan, Wladyslaw
Szpilman ditemukan oleh Wilm Hosenfeld.
Pertemuan Wilm Hosenfeld dan Wladyslaw
Szpilman
Wladyslaw Szpilman
menceritakan pertemuannya dengan Hosenfeld dalam memoarnya, The Pianist: The Extraordinary
True Story of One Man's Survival in Warsaw. Dikutip dari bukunya,
Szpilman berkata : “Aku duduk disana
sambil mengerang dan menatap sosok itu dengan pandangan kosong.”
Meskipun pertemuan itu
adalah pertemuan yang aneh, Szpilman nampaknya cukup beruntung karena Hosenfeld
tidak langsung menodongkan senjata dan menembak Szpilman ditempat.
Alih-alih, Hosenfeld malah bertanya
kepada Szpilman : “Apa yang kau lakukan
untuk mencari nafkah?” Kala itu, Szpilman menjawab bahwa dia adalah seorang
Pianis.
Mendengar hal itu, Hosenfeld
kemudian membawa Wladyslaw Szpilman ke ruang makan rumah di mana ada sebuah
piano. Dia menuntut Szpilman memainkan sesuatu.
Jari-jarinya kaku dan
tertutup kotoran kala itu. Dia mungkin “berkarat” karena kurang latihan. Meskipun
begitu, menggunakan jarinya yang memiliki kuku panjang tidak dipotong, dengan
gugup, Wladyslaw Szpilman mulai menekan piano dan membawakan lantunan lagu.
Itu adalah lantunan piano
yang menyelamatkan hidup Szpilman. Andai dia tidak mampu memuaskan Wilm
Hosenfeld dengan lantunan musiknya, entah apa yang akan dilakukan oleh tentara
Nazi itu padanya.
Ayalnya, permainan pianonya
kala itu cukup bagus, karena saat satu lagu sudah selesai dimainkan, Hosenfeld
berkata, “Bagaimanapun juga, Kau tidak
boleh tinggal di sini. Aku akan membawamu keluar kota, ke desa. Kau akan lebih
aman di sana. ”
Mendengar itu, Szpilman
menjawab ”Aku tidak bisa meninggalkan
tempat ini.”
“Kau
orang Yahudi?” Hosenfeld bertanya
"Ya."
Szpilman menjawab, dengan segenap keraguan yang ada di hatinya.
Ini jelas mengubah banyak
hal bagi Hosenfeld, yang sebelumnya mengira Szpilman adalah orang Polandia
non-Yahudi yang bersembunyi setelah Pemberontakan Warsawa 1944.
Untungnya, Hosenfeld
memutuskan untuk tidak melaporkan keberadaan Szpilman ke tentara Jerman yang
lain. Sebagai gantinya, Wilm Hosenfeld meminta Szpilman untuk menunjukkan
loteng tempat dia bersembunyi.
Dalam perjalanan ke atas,
Hosenfeld dapat melihat sesuatu yang tidak dimiliki Szpilman: papan yang menutupi
loteng tepat di atas pintu masuk loteng. Cahaya redup membuatnya sangat sulit
untuk dilihat, tetapi, dengan mata yang ahli, Hosenfeld dapat melihatnya. Itu
adalah tempat persembunyian yang lebih baik.
Setelah itu, Hosenfeld terus
menyembunyikan Szpilman. Dia membawakannya roti dan selai secara berkala bahkan
memberikan mantel militer miliknya agar Szpilman tidak mati kedinginan.
End Of War
Szpilman baru dapat keluar
dari tempat persembunyiannya pada tahun 1945 tatkala Jerman berhasil dikalahkan
oleh kekuatan sekutu. Meskipun Wladyslaw Szpilman selamat dari perang, Dia
tidak mengetahui nama tentara Nazi yang membantunya sampai tahun 1950.
Disisi lain, Wilm Hosenfeld yang
ikut tertangkap dengan pasukan Jerman yang lain, kemudian dituduh melakukan
kejahatan perang dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara oleh tentara sekutu.
Dalam pembelaan kasusnya, Hosenfeld
dilaporkan menyelamatkan orang Yahudi lainnya selama perang dan saat diadili,
dia menulis surat kepada istrinya memintanya untuk menghubungi mereka untuk
membantu pembebasannya, termasuk Szpilman.
Pada tahun 1950, dengan bantuan
dari polisi rahasia Polandia, Szpilman mencoba membantu Wilm Hosenfeld
memperjuangkan kebebasannya. Sayangnya, hal itu sudah terlambat. Hosenfeld
meninggal di kamp penjara Soviet pada tahun 1952.
Kehidupan Szpilman pasca perang
Dengan perang yang akhirnya selesai,
Wladyslaw Szpilman kembali berkarir sebagai seorang pianis. Dari 1945 hingga
1963, Szpilman menjadi seorang pemain sekaligus direktur departemen musik untuk
Radio Polandia.
Selain Hosenfeld, banyak
orang lain, termasuk Irena Sendler, berkontribusi pada kelangsungan hidup
Szpilman selama Holocaust.
Setelah kematiannya pada
tahun 2000 (pada usia 88 tahun), warisan dan musiknya diabadikan dalam film
pemenang penghargaan Oscar 2002, The Pianist. Penggambaran sosok Szpilman,
diperankan oleh Adrien Brody yang kemudian memenangkan Oscar untuk Aktor
Terbaik karena memerankan Szpilman.
Meskipun begitu, Penghargaan
paling ultimate yang bisa diterima
Szpilman, hadir pada tahun 2011 ketika Polish Radio's Studio 1 diganti namanya
menjadi Radio Wladyslaw Szpilman.
End
Of Story.
Baca
Juga :
- Konspirasi Pendaratan Neil Armstrong di Bulan yang katanya Settingan
- Kisah Hugh Glass dan Tragedi yang mendasari film “The Revenant”
- Penembak Jitu Lyudmilla Pavlichenko, Sang Permpuan Pemburu Nazi
- Schwerer Gustav, Senjata Terbesar yang pernah dibuat Manusia
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Sangat menginspirasi ceritanya. Bakat dan hobi ga boleh dianggap remeh.
ReplyDeleteMerasa terinspirasi setelah membaca artikel ini.
ReplyDelete