Film Saving Private Ryan yang dibintangi oleh Tom Hanks pada tahun 1998 mungkin dapat dipertimbangkan sebagai film Perang Dunia terbaik sepanjang masa. Dari penggambaran mencekam D-Day, sampai ke Invasi tentara AS ke tanah Perancis untuk membasmi Nazi, semua digambarkan dengan sangat epik oleh sutradara Steven Speilberg
Namun
tentu saja (spoiler alert), plot
utama dari film itu adalah tentang upaya penyelamatan anak terakhir keluarga
Ryan yang harus dibawa pulang dengan selamat kepada ibunya.
Sosok
Tom Hanks bersama pasukannya diberi
misi untuk mencari prajurit bernama James F. Ryan untuk memberikan perintah pembebas
tugasan agar dia bisa pulang ke kampung halamannya untuk bertemu sang Ibu. Hal
itu, dikarenakan dari 4 bersaudara keluaraga Ryan yang semuanya ikut berperang,
hanya dia saja lah yang masih hidup.
Oke,
mungkin kisah tentang misi beresiko yang bertujuan untuk menyelamatkan 1 orang
sejujurnya sedikit berbeda dengan kisah aslinya. Meskipun begitu, tidak
menyangkal fakta bahwa ada sebuah kisah nyata yang mendasari film Saving
Private Ryan tersebut.
Kisah Niland
Bersaudara
Kisah
4 bersaudara yang berpartisipasi dalam perang dunia, benar-benar terjadi dan
merupakan kisah kepahlawanan yang sesunguhnya.
Setelah
bergabung dengan militer, empat bersaudara Fredrick (Fritz), Robert (Bob),
Preston, dan Edward Niland dari Tonawanda, New York ditugaskan dalam perang
dunia dan disebar di berbagai Unit Angkatan Bersenjata AS.
Fritz
dan Bob di masing-masing berada di Infanteri Parasut 501 dan 505, Preston di
Infanteri ke-22, dan Edward berada di Angkatan Udara.
Pada
16 Mei 1944, kurang dari sebulan menjelang D-Day,
Edward Niland yang ditugaskan di Asia tertangkap oleh Jepang. Upaya terjun payung
salah pendaratan membawanya meleset dari hutan Burma dan malah mendekat ke area
yang diduduki tentara Jepang..
Meskipun
dia berhasil mendarat di tanah dan mampu menghindari musuh untuk sementara
waktu, dia tetap saja ditemukan dan ditangkap oleh Jepang sebelum kemudian
dibawa ke kamp tahanan di Burma. Semenjak saat itu, satuannya tidak pernah
mendengar kabar darinya lagi dan dia pun dinyatakan K.I.A (Killed In Action)
Pada
peristiwa D-Day, Bob Niland terbunuh di pesisir Normandy saat ikut dalam
serbuan besar bersama Resimen Infanteri Parasut ke-505, Divisi Lintas Udara
ke-82.
Dia
meninggal sebagai pahlawan karena secara sukarela tinggal di belakang untuk
menahan musuh agar kawan-kawannya bisa kabur. Upayanya bersama beberapa tentara
itu, berhasil menahan tentara Jerman untuk beberapa waktu. Sayang, dia terbunuh
tatkala sedang mengoperasikan senapan mesin.
Keesokan
harinya, di titik penyerbuan yang lain, Preston Niland terbunuh dalam upaya
penyerbuan pantai Utah. Dia dan kawan-kawannya sebenarnya sempat selamat dalam
baku tembak di pesisir, dan berhasil mendorong pasukan Jerman jauh ke pedalaman
hutan.
Namun dia terluka parah tatkala ikut dalam upaya penghancuran bunker artileri Jerman, dan diapun terbunuh. Itu adalah artileri yang sempat berhasil menenggelamkan kapal jenis Destroyer milik AS.
Catatan Kematian
Tatkala
catatan kematian naik ke atasan militer AS, dan disadari bahwa 3 dari 4
bersaudara itu sudah meninggal dalam pertempuran, Hal itu, memberikan sedikit
tekanan kepada pejabat militer tentang cara mereka untuk memberitahu Ibu dari
Niland bersaudara.
Mereka
bahkan tidak bisa membayangkan ungkapan sakit hati seperti apa yang akan
dikeluarkan Ibu Niland saat menerima 3 surat kematian anaknya sekaligus.
Namun,
itu adalah sebuah tragedi yang harus disampaikan dan pejabat tinggi militer pun
tetap mengabari Ibu Niland tentang kematian anak-anaknya.
Bu
Niland menerima ketiga surat kematian anaknya hari itu juga. Bersamaan dengan
surat itu, Ibu Niland juga diberi sebuah surat yang ditulis oleh Fritz (satu-satunya
anak yang belum meninggal)
Kala
itu, Fritz sama sekali belum tau akan kematian ketiga saudaranya. Surat yang
dia tulis, berkisar tentang dirinya yang senang bahwa dia akan memiliki cerita
tentang peperangan yang bisa dibagikan kepada keluarga.
Disisi
lain, Ketika Departemen Perang mendengar bahwa tiga dari empat bersaudara telah
tewas, mereka memutuskan bahwa saudara laki-laki yang tersisa perlu dibawa pulang—seperti
di film. Hal ini, tentu saja karena mereka enggan untuk sekali lagi memberikan
surat kematian kepada sang Ibu yang malang.
Penyelamatan Fritz
Niland
Jika
di film diceritakan bahwa Private Ryan (Matt Damon) dicari dan diselamatkan
oleh Pasukan Captain Miller (Tom Hanks), dalam kasus Fritz Niland, sedikit
berbeda.
Dikejadian
aslinya, sosok yang ditugaskan untuk menemukan Fritz Niland adalah Pastor
Francis Sampson. Dia adalah pendeta dari pasukan 501.
Pasca
D-Day, Fritz diketahui pergi ke lokasi pasukan Airborne-82 dengan harapan bisa
bertemu dengan saudaranya, Bob. Namun, kala itu dia menemukan fakta bahwa Bob
sudah terbunuh.
Dalam
salah satu kesempatan setelah itu, Fritz langsung ditemukan oleh Pastor Francis
Sampson yang kemudian menyampaikan pesan dari petinggi militer bahwa dia harus
pulang hari itu juga.
Meninggalkan
seluruh perlengakapan dan medan pertempuran, Fritz kemudian dikawal oleh Pastor
Francis Sampson dan dikirim ke Inggris sebelum melakukan perjalanan pulang ke
New York.
Tentu
saja kepulangannya itu disambut bahagia oleh sang ibu. Meskipun sudah
kehilangan 3 orang anak, dia tetap bersyukur bahwa masih ada satu yang berhasil
menemukan jalan pulang.
Fritz
Niland, melanjutkan karirnya di tentara sebagai Polisi Militer hingga perang
berakhir pada tahun 1945.
Pada
Mei 1945, keluarga Niland mendapat kabar baik kedua. Ternyata, Edward yang
diduga tewas oleh Jepang, masih hidup. Rupanya, dia selama ini hanya disekap di
kamp tahanan Burma dan belum dibunuh.
Pasca
Jepang mulai mengalami kekalahan dan setiap titik kekuasaan mereka berhasil
direbut kembali, kamp tahanan di Burma juga
berhasil dibebaskan. Hal itu, membuat sekian ratus tentara Amerika yang
disekap, pada akhirnya berhasil mendapat kebebasan mereka lagi.
Dengan
itu, Niland kedua pada akhirnya juga dapat pulang.
Dua
dari empat kini berhasil pulang, sayangnya dua yang lain sudah benar-benar
meninggal dan tidak mungkin kembali lagi. Fritz dan Edward, diketahui
menghabiskan sisa hidup mereka di kampung halaman mereka di Tonawanda, New
York.
Sullivan sebelum
Niland
Penugasan
secara terpisah kepada bersaudara yang masuk militer kala itu, sebenarnya bukan
tanpa alasan. Hal ini, didasari oleh tragedi perang yang menimpa Sullivan bersaudara
pada tahun sebelumnya.
Sebelum
4 bersaudara dari Nilland, pernah ada 5 bersaudara yang sempat ikut mengabdi
dalam militer. Mereka adalah George, Frank, Joe, Matt dan Al Sullivan dari Iowa.
Kala
itu, mereka bergabung dengan Angkatan Laut pada hari yang sama pada tahun 1942.
Saat mereka mendaftar, mereka menyatakan bahwa mereka hanya memiliki satu
ketentuan: Jika mereka akan mengabdi, mereka akan mengabdi bersama (bersama
dalam satu pasukan)
Disatu
sisi, ikatan mereka sebagai saudara mungkin akan memberikan mereka kekuatan
lebih dalam bertempur. Sayang disisi lain, hal itu mungkin adalah sebuah
formasi yang mendatangkan bencana bagi keluarga mereka.
13
November 1942, selama Pertempuran Guadalcanal, kapal perang Amerika Serikat
yang ditumpangi oleh Sullivan bersaudara terkena torpedo oleh kapal selam
Jepang. Itu adalah serangan telak yang meledakkan kapal seketika dan menyeret
seluruh kru jatuh ke dasar lautan.
Atas
kejadian itu, Sullivan bersaudara tidak ada yang selamat.
Kejadian itulah yang kemudian mendasari peraturan tidak tertulis bahwa segenap saudara, harus ditempatkan pada satuan yang terpisah. Hal itu tentu saja untuk memisahkan jalan takdir yang harus mereka jalani, agar mereka tidak ditimpa nasib serupa tatkala menghadapi permasalah yang sama.
Fact VS Fiction
Meskipun
Saving Private Ryan terinspirasi oleh kisah Niland bersaudara (dan juga kisah
serupa tentang sekian bersaudara yang semuanya terbunuh selama Perang), dapat
dikatakan bahwa penulis Robert Rodat dan para pembuat film membuat cerita yang sedikit
berbeda dari kisah aslinya.
Sebagai
permulaan, dalam kasus Niland bersaudara, Edward akhirnya ditemukan masih hidup
(membuat dua dari empat dinyatakan selamat). Dalam film, tentu saja, hanya satu
dari empat bersaudara lah yang masih hidup.
Selain
itu, perbedaan terbesar antara kisah nyata Saving Private Ryan dan filmnya
adalah tentang sosok yang menjadi pencari. Dalam film, satuan sengaja dibentuk
dan diberikan misi pencarian (misinya pun melibatkan berbagai macam pertemuan
dengan musuh). Disisi lain, dalam kisah aslinya, tidak ada pertemuan musuh yang
berarti. Yang menjadi pencari pun, adalah sosok pendeta / pastor.
Mungkin
karena kurangnya aksi dan ledakan tidak mampu menghasilkan blockbuster, ceritanya sedikit diubah dan dikembangkan. Meskipun
begitu, filmnya tetap sukses dan berhasil memberikan gambaran yang cukup nyata
tentang serbuan D-Day dan kengerian perang dunia kedua.
End Of Story,
Baca Juga :
- Desmond Doss, Tentara Amerika Yang Anti dalam Membawa Senjata
- Perang Karasenbes, Peristiwa teman bunuh teman gara-gara Miras
- Kisah Hugh Glass dan Tragedi yang Mendasari Film “The Revenant”
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Masukin watchlist dulu. Semoga nanti sempet nonton.
ReplyDelete