Dalam sebuah tindak Kriminal pencurian kendaraan, Shawn Nelson nampaknya benar-benar skip the tutorial dan langsung mengincar yang paling besar.
17 Mei 1995, penduduk San Diego benar-benar tidak mengira bahwa hari mereka kala itu, akan diwarnai dengan seseorang yang dilaporkan mencuri Tank dan membawanya untuk meneror seluruh kota. Itu, adalah kejadian yang selamanya akan dikenal sebagai “California Tank Rampage”
Shawn Nelson dan Pencurian Tank
Kisah Shawn Nelson tidak
memiliki awal yang bahagia. Dia hanyalah seorang tukang ledeng yang tinggal di
daerah San Diego. Bahkan, meskipun disebut sebagai tukang ledeng, kesehariannya
lebih menjurus kepada pengangguran karena itu hanyalah pekerjaan serabutan saja.
Baru-baru itu, hidupnya
sedang mencapai titik yang cukup rendah. Dia barusaja mengalami kecelakaan
sepeda motor, dan dia tengah tenggelam dalam hutang (rumahnya akan segera
disita).
Bahkan, lebih jauh dari itu,
tahun-tahun terakhir Nelson juga diwarnai dengan berbagai macam tragedi. Dari
kehilangan kedua orang tuanya karena kanker, sidang gugatan cerai istrinya yang
tak kunjung usai, dan pacarnya yang meninggal karena overdosis.
Itulah kenapa tatkala dia
tiba-tiba menyudup ke markas Garda Nasional California dan mencuri sebuah tank,
tetangga dan kenalannya percaya aksi itu didasari oleh alasan yang sederhana : “dia setress dan memang ingin bunuh diri.”
Perlu diketahui bahwa, aksi
Nelson itu bukanlah hanya sekedar asal menyusup dan mencuri tank karena hal itu
terlihat “keren”. Lebih dari itu, dia tau cara mengendarainya karena dia adalah
Veteran perang—dan tentu saja, pencurian itu hanyalah langkah awal untuk
kehancuran yang akan dia bawa ke seluruh kota.
California Tank Rampage
Sore hari, 17 Mei 1955,
sebuah Tank berjenis Patton M60A3 nampak
di jalanan kota San Diego. Warga yang awalnya mengira itu adalah semacam parade
militer, langsung mengetahui bahwa itu adalah hal yang lebih parah pasca Tank
tersebut mulai melindas dan meremukkan mobil-mobil yang tengah parkir di
pinggir jalan.
Beruntung bagi San Diego
kala itu, karena senjata tank; meriam 105 milimeter, meriam antipesawat 12,7
milimeter, dan senapan mesin 7,62 milimeter, tidak dipasang—sehingga sang
pengendara tidak akan menembakkan apapun ke seluruh kota.
Meskipun begitu, hal itu
tidak bisa menghentikan Shawn Nelson untuk meneror lalu-lintas dengan
menabrakkan Tank curian yang dia kendarai ke mobil-mobil di jalan.
Kecepatan Tank yang hanya
mencapai 30 mil per jam, juga membuat pengejaran dari pihak berwajib menjadi
pengejaran lambat. Tentu saja hal tersebut tidak mempermudah, karena Tank
tersebut memiliki lapisan kuat yang membuat jalur lajunya hampir tidak bisa
diblokade dengan apapun.
Selama sekian menit, Nelson
sudah meremukkan setidaknya 25 mobil (termasuk yang diparkir dan tidak),
menabrak tiang dan rambu-rambu jalan, hidran, lampu lalu lintas serta apapun
yang dia anggap menggangu dan tidak dia sukai.
Disuatu titik, Dia bahkan
mencoba merobohkan jembatan penyeberangan dengan menabraknya berulang kali.
Namun, pondasi beton jembatan itu lebih kokoh dan pada akhirnya membuat Nelson
menyerah merobohkannya.
Melanjutkan aksinya, Nelson
kemudian mengarahkan Tank curian miliknya ke jalan TOL. Sayang, tank yang dia
kendarai tidak mampu melewati sebuah overpass
dan membuatnya tersangkut. Saat itulah Joyride-nya
Berakhir.
Melihat tank yang tidak bisa
bergerak, tim SWAT yang membuntuti langsung bergerumul dan memanjat tank untuk
membuka palka. Saat palka itu sudah terbuka dengan paksa, mereka meneriaki
Shawn Nelson untuk menyerah sembari menodongkan senjata.
Sayang Nelson nampaknya
tidak mau mengangkat tangan dan tetap berkutat dengan tuas kemudi, masih
mencoba membebaskan Tank yang tersangkut. Pada akhirnya, tim SWAT yang
menangani hari, memutuskan untuk menembak Nelson di Bahu. Membunuhnya Seketika.
Dan yap, bagi Nelson, kisah
hidupnya pun berakhir hari itu juga.
In The End
Memahami motif kejahatan,
terkadang istilah “orang jahat adalah
orang baik yang tersakiti” bisa cocok pada beberapa kasus.
Namun, dalam kisah Shawn
Nelson, admin pikir tidak seperti itu. Dia adalah orang yang cenderung kalah
oleh arus kehidupan. Tidak ada dendam tertentu karena tidak ada orang spesifik
yang menyakitinya. Mungkin, dia hanya membenci dirinya sendiri yang tidak mampu
bangkit dan mencari solusi.
Bahkan pada kasus serupa,
admin pikir cerita Marvin
“Killdozer” Heemeyer lebih Heroik dibanding Shawn Nelson.
Well, apapun itu, yang sudah
mati biarlah mati. Terkadang... hidup itu menyakitkan. Namun, Luka orang hidup bisa
sembuh, sedangkan luka orang mati hanya akan membusuk.
Selebihnya.. End Of Story.. i guess.
Baca Juga :
- Kisah Pembunuhan Co-Ed Killing dan Dendam Kepada Sang Ibu
- Schwerer Gustav, Senjata paling bersar yang pernah dibuat Manusia
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Iya. Supir Buldozer ugal ugalan masih lebih keren ceritanya.
ReplyDelete"Orang jahat lahir dari orang baik yg tersakiti" Emang ga cocok untuk kasus ini. Stress yg menumpuk dari "Bad Day" yg dialami berulang ulang memang bisa bikin gila. Apalagi kalo udah nyerah nyari jalan keluarnya.
Wah, kata-kata di paragraf terakhir lumayan "nyess" juga ya :]
ReplyDelete