Ed Kemper adalah seorang pembunuh berantai licik yang memperkosa mayat, memutilasi mayat, dan mengubur kepala korbannya di halaman belakang rumahnya. IQ-nya yang mencapai 145 membuatnya lebih berbahaya—karena dia menggunakan kecerdasannya untuk menyelinap pergi dari TKP tanpa terdeteksi.
Masa Kecil Ed Kemper
Lahir pada 18 Desember 1948,
di Burbank, California, Edmund Kemper menampilkan perilaku meresahkan sejak
usia dini.
Ibunya, Clarnell Elizabeth
Kemper, adalah seorang pecandu alkohol yang kemungkinan menderita gangguan
kepribadian. Perilakunya yang tidak menentu pernah membuat ayah Kemper, seorang
veteran Perang Dunia II bernama Edmund Emil Kemper II, berkomentar:
“Diberi
Misi bunuh diri di dalam pengujian bom lebih baik dibandingkan dengan hidup
bersama Clarnell.” (pfft)
Clarnell sering mengomeli
ayah Kemper karena "pekerjaan kasar" sebagai tukang listrik miliknya
(pasca penisun jadi tentara). Dia bahkan menolak untuk merawat putranya karena
takut dia akan "menjadikannya gay"
Itulah kenapa, di lingkungan
yang bergejolak itu, Kemper mulai mengembangkan fantasi gelap sejak dini.
Dipicu oleh pemikiran ini, dia mulai memutilasi boneka saudara perempuannya.
Terkadang, Kemper juga memaksa
saudara perempuannya untuk memainkan permainan yang disturbing—seperti “kursi listrik” dan “kamar gas”. Seolah
membayangkan permainan itu sebagai upaya-upaya pembunuhan yang belum bisa dia
lakukan diusia muda.
Di sekolah, Ed Kemper bahkan
pernah membuntuti guru kelas dua sambil membawa bayonet ayahnya. Dan ketika
adiknya Susan menggodanya tentang mencium guru, Kemper dengan dingin menjawab, "Jika aku
menciumnya, aku harus membunuhnya dulu."
Pada usia 10 tahun, perilaku
mengganggu Kemper meningkat menjadi kekerasan. Setelah ayahnya meninggalkan
keluarga pada tahun 1957, anak laki-laki itu membunuh kedua kucing keluarga
tersebut. Dia bahkan mengubur salah satu kucing hidup-hidup.
Sementara itu, tanpa suaminya
yang bisa dia “bully”, ibu Kemper mulai memfokuskan amarahnya pada putranya
yang masih remaja. Dia membuat Ed Kemper tidur di ruang bawah tanah, menuduh
bahwa dia mungkin menyakiti saudara perempuannya. Dan, dia secara teratur
mencaci maki dan menghinanya, mengatakan kepadanya bahwa tidak ada wanita yang
akan jatuh cinta padanya.
Pada usia 14, Kemper sudah muak.
Ia kabur dari rumah ibunya dan berniat tinggal bersama ayahnya. Tetapi pada
saat itu, ayahnya telah menikah lagi dengan wanita lain dan dia mengirim
putranya untuk tinggal bersama kakek-neneknya.
Di sana lah, Ed Kemper akan
mulai membunuh untuk pertama kali
Korban Pertama Ed Kemper
Korban pertama Edmund Kemper
adalah kakek dan neneknya sendiri, Edmund Emil Kemper dan Maude Kemper.
Bagi Ed Kemper, tinggal di
peternakan kakek-neneknya tidak lebih baik daripada tinggal di rumah. Dia menyebut
kakeknya "pikun" dan
mengeluh bahwa neneknya "berisik”.
Ed Kemper pun diketahui
tidak pernah akur dengan neneknya. Mereka akan selalu terlibat cek-cok hanya
dari masalah kecil. Itulah kenapa, saat Ed Kemper sudah tidak tahan lagi, dia
melakukan hal ‘itu’
Pada 27 Agustus 1964, Kemper
kembali terlibat pertengkaran hebat dengan neneknya. Tapi kali ini, bocah 15
tahun yang marah itu menembak Maude Kemper di kepala—dengan senapan kaliber .22
milik kakeknya.
Kemudian, saat kakeknya
berjalan di jalan masuk menuju rumah, Kemper juga menembaknya. Kedua
kakek-neneknya sekarang meninggal karena dia.
Setelah mereka berdua sudah mati,
dia menelepon ibunya dan mengakui semua perbuahannya. Kemper kemudian dikirim
ke unit kriminal Negara Bagian Atascadero. Di sana, dokter menentukan bahwa
Kemper menderita skizofrenia paranoid—serta menemukan fakta bahwa Ed Kemper
memiliki IQ yang sangat mengesankan.
Namun terlepas dari
kejahatan yang dia lakukan, Edmund Kemper hanya direhabilitasi di rumah sakit
selama beberapa tahun. Pada ulang tahunnya yang ke-21 (tahun 1969), ia
dibebaskan. Kemper kemudian tinggal bersama ibunya, yang saat itu bekerja
sebagai asisten administrasi di University of California di Santa Cruz.
Awal mula “Co-Ed Killing”
Memulai lembaran baru, Ed
Kemper pada awalnya mencoba menjalani kehidupan normal.
Setelah ditolak dari pekerjaan
sebagai polisi negara, Kemper memutuskan untuk mengambil pekerjaan sebagai
supir Truk
Saat dia mengemudi di sekitar
California, Kemper memperhatikan banyak wanita yang ingin menumpang. Jadi, dia
mulai memberi mereka tumpangan. “Awalnya aku memberi tumpangan kepada gadis-gadis hanya untuk
berbicara dengan mereka, hanya untuk mencoba berkenalan dengan orang-orang
seusiaku dan mencoba untuk menjalin persahabatan,” kata Kemper. Dia memberi
tumpangan kepada lebih dari 100 gadis tanpa insiden.
Namun di masa-masa itu, dia
selalu teringat dengan pembunuhan pertamanya dan entah kenapa, suatu gejolak di
dalam dirinya pada akhirnya kembali muncul.
Hal itu, mengarah Pada tahun
1972, dimana Kemper memutuskan untuk merubah kehidupan normalnya menjadi
kehidupan gelap yang penuh dengan kekerasan.
Pada tanggal 7 Mei, ia memberi
tumpangan kepada dua siswa Fresno State, Mary Ann Pesce (18 tahun) Anita Luchessa (18 tahun) di dekat
Berkeley, California.
Awalnya, Kemper hendak
membawa para wanita itu ke daerah hutan terdekat, dan berniat memperkosa
mereka. Namun kala itu dia panik, dan malah menikam dan mencekik kedua wanita
itu sampai mati.
Mengurus jasad mereka yang
sudah terlanjur dibunuh, dia kemudian memasukkannya ke dalam kopernya dan pergi
ke rumahnya di Alameda.
Dalam perjalanan, seorang
polisi sempat menghentikannya karena melihat lampu belakang yang rusak. Sayang
sang polisi tidak sampai menggeledah mobil—Jika dia melakukannya, dia akan
menemukan mayat korban Ed Kemper di dalamnya.
Sesampai di rumah, Kemper
kemudian memperkosa mayat-mayat itu. Setelah selesai, dia lalu
memotong-motongnya, memasukkan bagian-bagian tubuh ke dalam kantong plastik,
dan membuangnya—Korban Ed Kemper disembunyikan di suatu tempat di jurang dekat
Gunung Loma Prieta.
Pasca kejadian itu, Kemper
melanjutkan pembunuhannya, membunuh lagi pada 14 September 1972. Seperti
pembunuhan pertamanya, Kemper memberi tumpangan seorang pejalan kaki, Aiko Koo (15 tahun). yang
ketinggalan bus ke kelas dansa.
Metode yang dia lakukan sama
persis seperti yang dia lakukan beberapa bulan lalu. meskipun kali ini, dia
lebih tenang dan tidak membunuh korbannya secara tidak sengaja—Ed Kemper mencekiknya
hingga pingsan, memperkosanya, lalu membunuhnya.
Dia, lalu memasukkan tubuh
Koo ke dalam kopernya.
Kemper mengakui bahwa dia
menyukai resiko tertangkap. Dia bilang bahwa sensasinya sangat luar biasa dan
menambah gairah dalam aksinya.
Dalam masa-masa
pembunuhannya, Dia sering nongkrong di sebuah bar bernama Jury Room, yang populer di kalangan petugas polisi. Di sana, dia
berteman dengan polisi setempat, yang kemudian memanggilnya “Big Ed.” Karena badannya
yang besar—Kemper mengaku senang berada begitu dekat dengan orang-orang yang
mencoba menangkapnya.
Semenjak saat itu, dia
diketahui membunuh 3 korban lagi yang dia beri tumpangan di sekitar kampus
terdekat.
Pembunuhan dan Pengakuan Terakhirnya
Pada tahun 1973, Kemper
kembali tinggal bersama ibunya karena suatu alasan. Sayang, setelah
bertahun-tahun berlalu, ibunya nampak tidak berubah dan tetap menjadi sosok yang
toxic—Mereka lagi-lagi sering cek-cok
atas hal yang tidak penting.
Hingga, Semuanya mencapai
puncaknya pada 20 April 1973. Malam itu, karena emosi yang sudah tidak bisa
ditahan lagi, Kemper memukuli ibunya sampai mati dengan linggis saat dia sedang
tidur.
Dia kemudian memenggalnya
dan memperkosa kepalanya yang terpenggal sebelum menggunakannya sebagai papan
dart. Dia juga mengobrol kepada kepala itu selama satu jam berturut-turut.
Seolah itu belum cukup,
Kemper juga memotong lidahnya dan membuangnya ke toilet. Hal itu, Kemper anggap pantas sebagai hukuman
karena ibunya itu sering ‘ngomong ngawur’ kepada dirinya.
Yang lebih mengejutkan lagi,
ia kemudian mengetahui sahabat ibunya, Sally Hallett, berkunjung ke rumah beberapa
jam setelah pembunuhan. Kemper awalnya mengatakan bahwa Ibunya sedang pergi
berlibur dengan temannya yang lain. Namun, karena Hallett tidak percaya, Kemper
pada akhirnya harus membunuh Hallett dan mencuri mobilnya.
Kemper kemudian pergi ke
Colorado, yakin bahwa dia akan segera melihat dua pembunuhan itu di berita.
Tapi setelah tidak mendengar apa-apa untuk sementara waktu, Kemper akhirnya
menelepon polisi dari bilik telepon. Dan dia mengakui semuanya.
Awalnya, polisi tidak
percaya bahwa "Big Ed" bisa menjadi pembunuh. Tapi Kemper segera
mulai menjelaskan hal-hal yang hanya bisa diketahui oleh sang pelaku.
Ketika ditanya mengapa dia
berhenti membunuh dan menyerahkan diri, Kemper berkata, “Pembunuhan itu tidak lagi memiliki tujuan
fisik atau emosional yang nyata. Itu hanya buang-buang waktu… Secara emosional,
Aku sudah tidak tahan lagi.”
Dia lalu melanjutkan, “Pasca pembunuhan
terakhirku, aku mulai merasakan kebodohan dari semuanya, dan pada titik hampir
kelelahan, hampir runtuh, aku lebih baik diadili dan terbebas dari segala beban.”
Pada akhirnya, Kemper
ditangkap dan kemudian dihukum karena delapan pembunuhan. Di penjara, Kemper
mencoba bunuh diri dua kali dan bahkan sempat meminta hukuman mati, tetapi
akhirnya diberikan tujuh hukuman seumur hidup secara bersamaan.
Rumah Terakhir Ed Kemper
Edmund Kemper dipenjarakan
di California Medical Facility bersama penjahat terkenal lainnya seperti
Charles Manson dan Herbert Mullin. Kemper, yang kini berusia 72 tahun, masih
berada di penjara yang sama hingga hari ini.
Selama tahun-tahun awal di
balik jeruji besi, Kemper rela berpartisipasi dalam sejumlah wawancara dengan
wartawan dan aparat penegak hukum. Tak lama kemudian, dia bahkan bertemu dengan
FBI untuk membahas kejahatan kejinya dan mengapa dia melakukannya (dalam percakapan yang sangat objektif)
Dalam beberapa tahun
terakhir, Co-Ed Killer telah mengumpulkan reputasi sebagai tahanan yang
teladan. Sekarang, Ed Kemper bertanggung jawab untuk menjadwalkan janji temu
narapidana lain dengan psikiater, dan telah menghabiskan lebih dari 5.000 jam sebagai
pengisi suara Audio Book dari Dune
dan Star Wars.
Namun, “Perilaku baiknya”
itu nampaknya tidak sepenuhnya dipercayai semua orang. Terutama keluarga dekat
Ed Kemper yang masih percaya bahwa perilaku baiknya di penjara tersebut,
hanyalah sebuah aksi dari seorang sosiopat.
End
Of Story.
Baca
Juga :
- Andrei Chikatilo, Pembunuh “Red Ripper” dari Rusia
- Kasus “Truck Stop Killer”, Saat Nebeng Berubah Tragedi
- Serial Killer Blacklist : Pembunuhan Random “Casanova Killer”
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Nekrofilia hiks.
ReplyDeleteGa habis pikir gue. Apa enaknya ena ena sama mayat.
IQ tinggi tapi tersia siakan. Penjahat cerdas (Tapi ga sakit jiwa) kalo difilmkan mungkin bakal kaya Catch Me if You Can.
wah calo catch me if you can gak sampai membunuh itu mah. cuman nipu biar bisa nebeng pesawat gratis aja
Deletecerdas tapi otaknya sudah diracuni masa kecilnya...itulah gunanya edukasi keluarga sejak dini...jauhkan anak2 kita dari pemikiran yang abnormal.
ReplyDelete