Ditengah musim dingin yang beku, seorang lelaki ditinggal oleh rombongannya dan dibiarkan mati. Dia bukanlah pengkhianat ataupun korban dari sebuah kejahatan.
Alasan dia ditinggalkan
adalah, karena orang itu barusaja menerima serangan beruang grizzly dan
kondisinya sekarat. Dua orang, awalnya dibayar untuk menamaninya sampai ajal
menjemput. Namun, karena dia tidak kunjung mati, dia pun pada akhirnya
ditinggalkan.
Awalnya, dia tidak bisa
berjalan bahkan bergerak. Itulah kenapa tatkala kedua pria itu memutuskan pergi
dengan membawa segenap senjatanya, pisaunya, tomahawk-nya, dan peralatan
pembuat apinya, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Kala keinginan hidup lebih
besar dibanding keputusasaan, itulah saat lelaki itu memutuskan untuk bergerak
meskipun tubuhnya akan hancur berkeping-keping.
Hasrat yang awalnya adalah
bertahan hidup, perlahan berubah menjadi keputusan untuk membalas dendam kepada
orang-orang yang telah meninggalkannya.
Story Of Hugh Glass
Jauh sebelum dia dibiarkan
mati di dekat daratan Grand River,
Hugh Glass adalah pribadi yang harus diperhitungkan. Dia dilahirkan dari orang
tua imigran Irlandia di Scranton, Pennsylvania, dan menjalani kehidupan yang relatif
tenang bersama mereka sebelum ditangkap oleh bajak laut di Teluk Meksiko.
Selama dua tahun, ia bekerja
sebagai bajak laut di bawah pimpinan Jean Lafitte sebelum kemuian melarikan
diri ke pantai Galveston, Texas. Sesampai di sana, dia ditangkap oleh suku
Indian Pawnee.
Kala ditangkap oleh suku
Pawnee, Glass diajari berbagai macam kehidupan di suku tersebut termasuk budaya
dan cara bertahan hidup. Dia tinggal bersama mereka selama beberapa tahun, dan
bahkan sempat menikahi seorang wanita Pawnee.
Kisah nyata The Revenant, dimulai Pada tahun 1822
dimana Hugh Glass pindah ke St. Louis dan menjalani kehidupan yang baru. Suatu
ketika, kala ia sedang membaca koran, dia melihat sebuah iklan dari seorang
Jenderal bernama William Henry Ashley yang tengah mencari 100 lelaki untuk
menemaninya dalam ekspedisi selama beberapa musim untuk menyusuri Sungai
Missouri.
Karena bayaran yang lumayan,
Glass pun tertarik dan mendaftarkan diri.
Ekspedisi itu, sebagian
besar diisi dengan upaya berdagang
bulu dengan suku asli Amerika setempat. Karena medan yang dilalui adalah
medan yang keras (dan terkadang bersalju), diperlukan orang-orang yang punya
pengetahuan bertahan hidup yang tinggi—untung Glass sempat mendapatkan
pengetahuan survival dari suku indian
beberapa tahun sebelumnya.
Dengan mengisi sekian
formulir sebagai syarat pendaftaran, Glass pun resmi ikut dalam ekspedisi
tersebut.
The Expedition
Tahun 1823, Rombongan
ekspedisi itu pun berangkat. Dipimpin oleh Jenderal William Henry Ashley secara
pribadi, mereka pun melintasi gunung, hutan dan hidup di alam liar disepanjang
jalur sungai Missouri.
Selama beberapa bulan, 100
pria bersenjata itu bertemu dengan suku-suku indian pedalaman diseluruh daratan
tersebut. Terkadang, suku yang mereka temui adalah suku yang ramah. Namun tak
jarang pula, suku-suku yang lebih ‘pemarah’ mereka jumpai dan langsung
menyerang tanpa negosiasi.
Tepat sebelum musim dingin, Rombongan
itu berhasil mencapai Fort Kiowa di South Dakota tanpa masalah. Di sana, tim
terpecah, dengan Glass dan beberapa lainnya berangkat ke barat untuk menemukan
Sungai Yellowstone.
Pada suatu kesempatan, Glass
dan dua orang lain diberi tugas untuk berburu makanan di hutan. Mereka lalu
berpencar ke tiga pencuru agar dapat mencakup lebih banyak area perburuan.
Namun saat sedang memetik
Berry di sebuah semak, Glass secara tidak sengaja bertemu dengan Beruang
Grizzly yang sedang bersama anak-anaknya. Karena keberadaan Glass dianggap
sebagai ancaman oleh sang ibu beruang, Beruang itu langsung menyerang sebelum
dia bisa melakukan apa pun, mengoyak lengan dan dadanya.
Selama serangan itu, beruang
itu berulang kali mengangkat dan menjatuhkannya, mencakar dan menggigit setiap
bagian tubuhnya. Dia berteriak kencang sebelum dua orang yang awalnya berpencar
berlari mendekati Glass dan membantunya lolos dari amarah sang beruang
Beruang itu berhasil
disingkirkan namun meninggalkan Glass dengan kondisi sekarat. Dia masih hidup,
sayang luka yang dia terima membuatnya tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika Glass dibawa ke area
perkemahan rombongan yang lain, seluruh rombongan menatapnya dengan kasihan.
Dia pun dirawat semampunya sebelum mereka memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan.
Selama berhari-hari, Glass
ditandu dan dibawa di bagian belakang rombongan, dua orang yang menandunya
harus secara rutin merawatnya, memberinya makan dan memeriksa luka-lukanya.
Kala itu, rombongan tau
kalau keberadaan Hugh Glass yang sekarat hanya menambah beban dalam perjalanan
itu. Bahkan, karena bahaya dari perjalanan ini bukan hanya dari jarak (melainkan
dari keberadaan hewan liar dan suku indian setepat), mereka menyatakan bahwa
meninggalkan Glass adalah keputusan yang logis—toh dia sekarat dan nampaknya
hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum dia benar-benar mati.
Itulah kenapa, pemimpin
rombongan itu memutuskan untuk membayar dua orang bernama Bridger dan
Fitzgerald, untuk menidurkan Glass di hutan dan menemaninya sampai dia
meninggal (mereka bahkan disuruh untuk menguburkannya dengan layak ketika dia
sudah benar-benar mati)
The Betrayal
Saat rombongan lain sudah
duluan dalam perjalanan, Fitzgerald dan Bridger menetap bersama Glass. Namun,
hanya bertiga di dalam hutan nampaknya membuat Fitzgerald dan Bridger tidak
sabar.
Glass tak kunjung mati dan
daerah yang mereka tempati saat itu, bisa didatangi oleh suku indian kapan
saja. Fizgerald dan Bridger bukanlah sosok berdarah dingin yang bisa membunuh
Glass untuk ‘mempercepat prosesnya’. Namun, karena ketidak sabaran dan rasa
takut terlanjur menguasai mereka, Glass pun akhirnya ditinggalkan—mereka bahkan
membawa seluruh alat bertahan hidup Glass bersama mereka (karena mereka yakin
bahwa orang mati tidak akan membutuhkannya)
Glass yang kala itu tak
sadarkan diri, terbangun beberapa jam kemudian karena sinar matahari menerpa
tubuhnya. Kondisinya semakin parah. Luka bernanah, patah kaki, dan luka yang
memperlihatkan tulang rusuknya.
Menyadari seluruh
peralatannya hilang dan tidak ada Fitzgerald dan Briger sejauh mata memandang,
dia tau dia sudah ditinggalkan.
Alih-alih datang kesedihan
karena sudah ditinggalkan begitu saja, yang datang padanya kala itu malah
sebuah amarah yang besar. Dia tidak habis pikir kenapa dua orang itu
meninggalkannya begitu saja (terlebih membawa seluruh peralatan Glass bersama
mereka)
Didorong oleh hasrat ingin
membalas perbuatan orang-orang yang meninggalkannya, Glass pun mulai memaksa
tubuhnya untuk bergerak. Kala itu, dia tidak peduli apabila tubuhnya hancur.
Yang dia inginkan hanyalah, dapat hidup agar bisa membalas dendam.
Dia mulai merangkak pada
awalnya, mendekati semak-semak dan memakan apapun yang bisa dia temukan.
kebanyakan buah beri, akar, serangga bahkan ular hidup.
Semakin keras dia berusaha,
dia mulai mampu berjalan meskipun pincang. Musim dingin sudah datang dan dia
benar-benar harus bertahan apapun yang terjadi. Dia merawat luka-lukanya secara
ngawur, selama hal itu bisa
membuatnya bertahan hidup. Karena dia masih terlalu lemah untuk berburu
sendiri, dia terkadang memakan sisa-sisa bangkai kerbau yang telah diburu dan
ditinggalkan oleh serigala.
The Survival
Perjalanannya yang
terpontang panting dan keras pada akhirnya membawanya berpapasan dengan suku
Lakota. Beruntung bagi Glass karena suku Lakota adalah suku yang ramah. Mereka
juga sangat terbuka dengan rombongan pedagang yang datang jauh sebelum ekspedisi
Jenderal Ashley.
Mereka menolong Glass dan
merawatnya sampai dia benar-benar mampu berdiri tegak. Setelah tubuhnya sedikit
lebih baik, mereka bahkan memberi Glass perbekalan agar dia bisa melanjutkan perjalannya
dengan lebih nyaman—Kala itu, Glass benar-benar sudah lolos dari maut.
Pasca berpisah dengan suku
Lakota, Glass menghabiskan enam minggu melakukan perjalanan sekitar 250 mil
menyusuri sungai Missouri, mencoba menyusul pasukan Jenderal Henry Ashley yang
lain.
Namun Kala itu, Pasukan
Ekspedisi sudah mendirikan sebuah kamp baru di Fort Atkinson dekat muara sungai
Bighorn. Membuat Glass tidak bisa menemukan siapapun di kamp lama mereka.
Dalam perjalannnya, Glass
bertemu dengan beberapa pasukan Jenderal Henry Ashley yang sudah berpisah
dengan Ekspedisi, dan menceritakan apa yang terjadi padanya saat Bridger dan
Fitzgerald meninggalkannya.
Selama bulan-bulan
berikutnya, Glass masih tetap melakukan ‘perburuan’ kepada Bridger dan
Fitzgerald dan berniat membalas dendam. Perburuannya itu, benar-benar
membuahkan hasil kala dia benar-benar berpapasan dengan Bridger.
The Revenge
Tentu saja ketika Bridger
melihat Glass masih hidup, dia merespon seakan baru saja melihat hantu. Bridger
tau bahwa sudah pasti Glass hendak menuntut balas kepadanya.
Disisi lain, dimata Glass,
yang dia lihat adalah Bridger yang memohon ampunan kepadanya. Bridger
mengatakan bahwa dia tidak bermaksud melakukan hal jahat kepada Glass. Kala
itu, Fitzgerald memutuskan untuk pergi dan Bridger mau tidak mau mengikutnya
karena dia takut apabila Glass benar-benar mati, Bridger akan berada sendirian
di dalam hutan dan bertemu dengan suku Indian.
Setelah melihat penyesalan
di depan matanya, Glass melunak. Dia memutuskan untuk mengampuni Bridger dan
membebankan balas dendamnya sepenuhnya kepada Fitzgerald.
Pasca menyelesaikan
urusannya dengan Bridger, Glass mendapat tip
Bahwa Fitzgerald sudah mendaftar tentara dan tengah ditempatkan dalam sebuah
pasukan di Nebraska.
Glass tau bahwa dia tidak
bisa begitu saja membunuh tentara, karena hal tersebut bisa menjadikannya
penjahat yang diburu negara. Itulah kenapa dia memutuskan untuk menunggu sampai
Fitzgerald menyelesaikan kewajibannya di angkatan darat.
Saat mereka berdua
bertemu, Glass mengatakan kepada Fitzgerald bahwa dia akan menunggu sampai
Fitzgerald selesai mengabdi dari angkatan darat sebelum kemudian akan
membunuhnya. Dalam pertemuan itu, Glass juga meminta kembali seluruh
peralatannya yang Fitzgerald ambil, tatkala Glass ditinggal di Grand River untuk mati.
Sayang, balas dendam Glass
tidak bisa terwujud karena Fitzgerald meninggal dalam suatu pertempuran.
Meskipun begitu, dikabarkan bahwa Glass sudah sepenuhnya memaafkan Fitzgerald
pasca dia sudah meninggal.
Selama beberapa tahun
kedepan, Glass dikabarkan kembali mendaftarkan diri dan menjadi pasukan tetap
atas Ekspedisi Jenderal William Henry Ashley. Pada tahun 1833, mereka terlibat
konflik dengan suku Indian Arikara dan Hugh Glass meninggal dalam tragedi itu.
Hari ini, Kisah Hugh Glass
dikenang dan sudah difilmkan dalam film yang berjudul “The Revenant”. Film itu
diperankan oleh Leonardo Dicaprio dan mendapatkan penghargaan Oscar (ada
perbedaan dalam cerita aslinya dan film, tapi admin gak mau spoiler. Jika penasaran, silahkan tonton
filmnya)
End
Of Story.
Baca Juga :
- Hasrat Gila James Jameson dalam Ekspedisi Afrika
- Alferd Packer dan Perjalanan Musim Dingin ‘Gone Wrong’
- Bank Robbers Saga : Perampokan Sinterklas Dimalam Natal
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Kutukan Leonardo pecah di film ini. Bertahun tahun jadi artis akhirnya dia dapet Oscar (Padahal akting dia di Inception keren).
ReplyDeleteyaps. meskipun sebenarnya dia udah beberapa kali dapat penghargaan lain sep[erti Academy Award, namun baru dari film The Revenant dia dapat Oscar.
DeleteKebanyakan "tatkala" nya, lebih enak dibaca "ketika"
ReplyDeleteTata bahasanya di rapihkan lagi min.
Thx sudah memberi pengetahuan
haha.. iye gan, masih tahap belajar. admin usahakan lebih baik kedepannya
Deletebagi gue pribadi, itu aja sudah cukup. terimakasih atas informasi yang anda berikan, guru....
ReplyDelete