Bayangkan bahwa kau adalah seorang penjahat. Dalam penyekapan, kau disuru memilih antara disiksa dengan disetrum atau disekap di dalam sebuah ruang serba putih.
Kau
mungkin akan mengira bahwa ruangan serba putih tidak terlalu buruk, namun tidak
sampai 1 bulan kau disekap, kau pasti akan berharap bahwa kau disetrum saja.
Penyiksaan White Torture
White
torture mungkin tidak akan menyakitimu secara fisik, namun kau akan dihantam
keras secara mental.
Dalam
White torture, kau akan dimasukkan ke dalam ruangan serba putih, diberi baju
putih, makan-makanan yang putih dan disuruh menjalani hidup di dalam
penyekapan.
Secara
visual, kau akan kehilangan penglihatan atas semua warna. Ruangan yang kau
tinggali hanya akan terdapat putih semata: dinding, lantai dan langit-langit,
serta pakaian dan makanan. Lampu LED putih diposisikan di atas langit-langit
dengan sedemikian rupa sehingga tidak akan ada bayangan yang muncul
Secara
pendengaran, sel tersebut kedap suara, dan tidak akan ada suara, atau interaksi
sosial apa pun. Kau akan ditinggalkan tanpa diajak bicara entah berapa lama.
Kau tidak bisa mendengar apa pun kecuali dirimu sendiri.
Dalam
hal rasa dan bau, kau akan diberi makan makanan putih—biasanya, nasi tanpa
bumbu—untuk membuat lidahmu hambar tanpa rasa (kau mungkin akan merindukan micin saat disekap di ruangan ini)
Seluruh
ruangan dan benda yang ada di dalamnya, biasanya akan dibuat khusus dari
lapisan yang licin: kursi, kasur, tembok, lantai dsb. Hal itu, bertujuan untuk
membuatmu kehilangan sensasi atas indera perabamu.
Mimpi Buruk White Room
Tahanan
sering ditahan selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Efek dari
penyiksaan putih didokumentasikan dengan baik di sejumlah kesaksian.
Mereka
yang pernah ditahan dalam White Room, melaporkan kehilangan identitas, lupa
akan diri mereka sendiri dan halusinasi. Gangguan psikologis tingkat lanjut
juga tak jarang terjadi, seperti menjadi gila.
Metode White Torture di Dunia Nyata
Di
Iran, penyiksaan White Torture sering dilakukan pada tahanan politik—sebagian
besar dilaporkan adalah jurnalistik yang pernah mengkritik Rezim.
Amir Fakhravar, disiksa sebelum dimasukkan ke White room selama 8 bulan
pada tahun 2004. Bahkan setelah dilepaskan, dia masih mengingat kengerian apa
yang dia rasakan di dalam ruangan itu.
Sebuah
laporan Amnesty International pada
tahun 2004, mendokumentasikan bukti penyiksaan White Torture terhadap Amir
Fakhravar, oleh Pengawal Revolusi.
Menurut
laporan tersebut, kasus Amir Fakhravar disebut juga sebagai penyiksaan White
Room paling pertama di Iran. Laporan itu menyatakan bahwa : "selnya tidak
memiliki jendela, dan dinding serta pakaiannya berwarna putih. Makanannya
terdiri dari nasi putih di piring putih. Untuk menggunakan toilet, dia harus
meletakkan selembar kertas putih di bawah pintu. Dia dilarang berbicara, dan
penjaga dilaporkan memakai sepatu yang meredam suara"
Tatkala
berada di AS bertahun-tahun kemudian, Fakhravar mengkonfirmasi laporan ini
dalam sebuah wawancara dengan Christian Broadcasting Network.
Kasus
lain, adalah Jurnalis Iran Ebrahim
Nabavi yang mendapat metode penyiksaan yang sama. Dalam panggilan
telepon ke Human Rights Watch pada
tahun 2004, dia membuat pernyataan berikut tentang penyiksaan white torture:
"Sejak Aku lepas dari
penyekapan, Aku tidak bisa tidur tanpa obat tidur. Ini mengerikan. Kesepian
tidak pernah meninggalkanmu, bahkan setelah kau bebas dari tempat itu. Mungkin
itu alasan mengapa mereka menyebutnya 'white torture'. Mereka bisa mendapatkan
apa yang mereka inginkan tanpa harus memukulimu.
Beberapa waktu setelah
penyekapan, kau akan merasakan bahwa bertemu dengan orang-orang diluar adalah
kebahagiaan. Dampak psikologis akan memaksamu percaya setiap perkataan dari
orang-orang yang menyekapmu. Entah keluargamu juga disekap, atau bahkan
dibunuh. Sangat mudah memeras informasi dari orang yang sudah rusak mentalnya.”
Kianush Sanjari, seorang blogger dan aktivis Iran yang diduga mengalami
penyiksaan jenis ini pada tahun 2006 mengklaim:
"Aku merasa bahwa metode
penyiksaan yang membunuh identitas manusia adalah bentuk penyksaan yang tidak
manusiawi. Terlebih kepadaku, yang ditangkap semata-mata karena (membela)
hak-hak warga negara (menulis kritik). Aku berharap suatu hari nanti, akan
datang masa dimana orang tidak ditahan saat mengutarakan kritik yang membangun
untuk negaranya sendiri.”
Pada
20 Desember 2018, Human Rights Watch
mendesak rezim di Iran untuk menyelidiki dan memberikan penjelasan atas
kematian Vahid Sayadi Nasiri, yang sempat dipenjara karena menghina Pemimpin
Tertinggi Ali Khamenei.
Menurut
keluarganya, tatkala ditahan (di ruang yang diduga White Room) Nasiri melakukan
mogok makan dan tidak diberikan perawatan medis apapun tatkala dia sakit. Hal
itu, kemudian mengakibatkan dia meninggal.
Kasus Lain White Torture
Amerika
Serikat juga pernah digugat oleh Amnesty
Internasional karena menggunakan metode yang serupa dalam menangani
tahanan. Terlebih dalam upaya balas dendam mereka atas tragedi 9/11
Pada
Januari 2002, Tentara Amerika dilaporkan membawa beberapa tahanan ke Kamp X-Ray
di Guantanamo, Kuba.
Amerika
Serikat telah dituduh oleh Amnesty
International dan organisasi HAM internasional lainnya karena diduga
menggunakan ‘Isolasi ekstrim dan
perampasan sensorik kepada para tahanan yang dikurung di sel tanpa jendela, dan
tidak mampu melihat siang hari’
Metode
ini bahkan diketahui telah disetujui secara langsung oleh presiden George W.
Bush dengan dalih sebagai “upaya Interogasi
yang ditingkatkan” (Enhanced Interrogation techniques)
Organisasi Pengacara Demokratis Eropa bahkansecara eksplisit menuduh Amerika Serikat menggunakan
metode yang serupa dengan white torture:
“Hak-hak dasar manusia sudah
dilanggar oleh pihak Amerika Serikat. Di Guantánamo, para tahanan ditahan dengan
kondisi telinga dan mata ditutup, tangan dan kaki diikat, tangan dibelenggu
dalam sarung tangan tebal. Mereka ditahan di dalam sebuah kurungan tanpa
privasi dan selalu diawasi, siang dan malam: Ini tidak berbeda dengan white
torture”
Kasus
lain juga terjadi di Venezuela, menurut organisasi HAM internasional, Badan
Intelijen pemerintahan Venezuela terbukti menahan tahanan politik di basement
markas mereka.
Para
tahanan disekap di dalam Sel yag berukuran dua kali tiga meter (6 kaki 7 inci
kali 9 kaki 10 inci) dengan tempat tidur semen, dinding putih, kamera keamanan,
tanpa jendela, dan pintu berjeruji.
kondisi
seperti itu telah menyebabkan tahanan menjadi sangat sakit, tetapi mereka tidak
mendapat perawatan medis. Lampu terang di sel tetap menyala sepanjang waktu sehingga
tahanan kehilangan pemahaman atas waktu dan suhu.
In The End
Secara
hukum HAM internasional, metode penyekapan atau penyiksaan yang serupa atau
bahkan White Torture, merupakan hal yang ilegal. Pasalnya, hal tersebut sudah
secara langsung melukai hak asasi para tahanan.
Meskipun
begitu, prakteknya masih terbukti ada dan kemungkinan besar, disembunyikan dari
publik.
Selebihnya,
Masih Menjadi Misteri.
Baca Juga :
- Hipotesis Roko’s Basilisk dan Balas Dendam A.I dimasa Depan
- Kasus Pembungkaman Pers Terkejam diseluruh Dunia
- Kisah Sosok Charlie No Face atau Manusia Tanpa Wajah
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Berarti White Torture ini penyiksaan mental dan psikologis? Keren tapi gue ga bisa bayangin dampaknya. Sadis itu. Isolasi total.
ReplyDeleteMungkin hampir sama terkenalnya kaya Sleep Deprivation yg nargetin mental dan fisik objek, atau Waterboarding yg lebih ke fisik.
pernah ada sebuah survey dan eksperimen ringan, dimana hasilnya adalah manusia cenderung lebih suka menyentuh saklar elektrik dibandingkan merasakan kebosanan.
DeleteHal ini mungkin yang mendasari white room. Meskipun dalam kasusnya, white room lebih ekstrim dan tidak manusiawi.
hmmm... kerangkeng bupati langkat
ReplyDeleteharusnya koruptor dihukum gini sih, lebih seru deh liatnya pasti
ReplyDelete