Sepasang remaja bernama Leopold dan Loeb memutuskan untuk membunuh seorang anak laki-laki hanya untuk membuktikan bahwa mereka mampu melakukan kejahatan yang sempurna
Kenyataannya, kejahatan sempurna ndasmu.
Richard Loeb dan Nathan Leopold
Mimpi melakukan
"kejahatan sempurna" telah lama mempesona para kriminolog. Gagasan
bahwa seseorang bisa lolos dengan sesuatu tanpa ada yang menangkapnya tampaknya
hampir mustahil.
Pada tahun 1924, Nathan
Leopold, 19, dan Richard Loeb, 18, menculik dan membunuh Robert Franks (Bobby) yang
berusia 14 tahun di Chicago, hanya untuk membuktikan bahwa mereka bisa lolos
begitu saja.
Keduanya adalah mahasiswa di
Universitas Chicago ketika mereka tertarik pada kejahatan yang sempurna. Loeb
telah mengembangkan minat dalam hukum, dan berencana untuk menghadiri Harvard
setelah lulus.
Leopold tertarik pada
psikologi, khususnya konsep bermenschen (“Supermen”) yang dikemukakan oleh
filsuf Jerman Friedrich Nietzsche. Nietzsche menyarankan bahwa ada anggota
masyarakat tertentu yang transenden,
memiliki kemampuan luar biasa, dan memiliki kecerdasan yang unggul.
Segera, Leopold menjadi
yakin bahwa dia adalah salah satu dari manusia super ini, dan karena hal itu
tidak terikat oleh hukum atau etika masyarakat. Akhirnya, dia meyakinkan Loeb
bahwa dia juga salah satunya.
Ini dua Bocah Ngapa dah
Untuk menguji sensasi “Kebal”
yang mereka rasakan, keduanya mulai melakukan pencurian kecil-kecilan. Mereka
masuk ke rumah organisasi mahasiswa di universitas mereka untuk mencuri mesin
tik, kamera, dan pisau lipat—Tujuan mereka adalah untuk mencari perhatian orang
dan mencoba terbukti tidak bersalah.
Ketika hal itu tidak
mendapat perhatian, mereka melakukan aksi pembakaran. Namun terlepas dari aksi
itu, masih belum ada media yang mau memberitakannya.
Karena putus asa, mereka
memutuskan bahwa mereka membutuhkan kejahatan yang lebih besar, kejahatan yang
sempurna, yang akan mendapatkan perhatian nasional.
Rencana mereka, tertuju
kepada penculikan dan pembunuhan. Mereka menghabiskan tujuh bulan lamanya untuk merencanakan kejahatan—Semuanya
harus sempurna, pikir mereka.
Mereka telah merencanakan
bagaimana cara mereka akan menculik dan membunuh korban mereka, cara mereka
akan membuang mayatnya, uang tebusan yang akan mereka minta dan bagaimana
mereka akan menuntutnya. Yang mereka butuhkan hanyalah korban.
Bobby Franks yang berusia
empat belas tahun adalah pilihan yang sempurna.
Korban “Kejahatan Sempurna”
Bobby adalah putra seorang
produsen jam tangan kaya, serta sepupu dan tetangga kedua Loeb.
Mereka melacak pergerakannya
selama berminggu-minggu, menganalisa setiap detail hidupnya. Kemudian, pada 21
Mei 1924, mereka menjalankan rencana maut mereka.
Mereka menyewa mobil dengan plat
palsu, dan mengikuti Bobby pulang dari sekolah. Mereka kemudian berhenti untuk menawarkan
tumpangan kepada bocah itu—Bocah polos itu, tentu saja menerimanya..
Saat Bobby duduk di kursi
depan di sebelah Leopold, Loeb bersembunyi di kursi belakang. Ditengah mobil
yang sedang melaju, dia kemudian memukul kepala Bobby beberapa kali, lalu menyeretnya
ke belakang dan mencekiknya—Bobby meninggal di dalam mobil.
Mereka menidurkan tubuhnya
di lantai mobil, dan pergi ke Wolf Lake, 25 mil di luar Chicago. Mereka
kemudian menanggalkan pakaian Bobby, menyembunyikan tubuh di samping gudang rel
kereta api tua, sebelum kemudian menuangkan asam klorida ke wajah dan bekas
luka Bobby untuk mencegah polisi mengidentifikasinya.
Setelah semua selesai, kemudian
mereka pergi, mengemudi kembali ke Chicago seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Mereka kemudian mengirimkan catatan tebusan kepada orang tua Bobby, membakar
mesin tik yang digunakan untuk menulisnya, dan menjalani kehidupan mereka
seperti biasa.
Kemudian, beberapa hari
kemudian, hal yang membuat Leopold dan Loeb cemas terjadi—seorang pria lokal
menemukan mayatnya.
Penyelidikan Polisi
Pasca Mayat ditemukan, Investigasi
intensif pun diluncurkan. Tidak sampai beberapa jam, polisi langsung menemukan
petunjuk pertama mereka—itu adalah sepasang kacamata, ditemukan di dekat tempat
kejadian.
Kacamata itu memiliki jenis
engsel tertentu yang dijual hanya kepada tiga orang di daerah Chicago—salah
satunya adalah Nathan Leopold (duarr
mampod)
Petunjuk kecil itu tentu
saja langsung mengarahkan petugas polisi untuk menanyai Nathan Leopold.
Ketika ditanyai oleh polisi,
dia mengatakan dia mungkin telah menjatuhkan nya selama perjalanan mengamati
burung baru-baru ini. Tidak sampai disitu, Polisi kemudian menemukan sisa-sisa
mesin tik Leopold dan Loeb yang terbakar dan membawanya untuk uji forensik.
Koneksi antara mesin tik dengan surat tebusan yang diterima oleh orang tua
Bobby (yang melapor bahwa anaknya hilang beberapa hari sebelumnya), mau tidak mau harus menyeret mereka ke interogasi—interogasi terjadi
kurang dari seminggu semenjak pembunuhan.
Setelah masuk ke ruang
interogasi, muka mereka langsung anjlok.
Loeb lah yang runtuh lebih
dulu. Dia mengklaim bahwa Leopold telah merencanakan segalanya. Disisi lain, Leopold
mengatakan kepada polisi bahwa itu adalah rencananya, tetapi Loeb-lah
pembunuhnya.
Mereka berdua akhirnya mengakui
bahwa motif mereka hanyalah sensasi, menyalahkan perilaku mereka pada delusi superman mereka dan kebutuhan mereka
untuk melakukan kejahatan yang sempurna.
Pengadilan Kasus Loeb dan Leo
Memperjuangkan kasus
anaknya, keluarga Loeb menyewa pengacara bernama Clarence Darrow—seorang
pengacara terkemuka yang terkenal berhasil menyelamatkan banyak kliennya dari
hukuman mati.
Selama persidangan (yang
sebenarnya merupakan sidang hukuman mengingat bahwa mereka berdua telah mengaku
bersalah), Darrow membuat argumen penutup selama 12 jam, memohon hakim untuk
tidak mengeksekusi Leopold dan Loeb. Pidato tersebut dipuji sebagai pidato yang
terbaik sepanjang karirnya..
Dan pada akhirnya, Itu
berhasil. Mereka tidak jadi dihukum mati. Melainkan, Leopold dan Loeb dijatuhi
hukuman penjara seumur hidup, ditambah 99 tahun (Pfft)
Saat berada di penjara, Loeb
dibunuh oleh narapidana lain. Sementara Leopold, berhasil mengajukan pembebasan
bersyarat pasca 33 tahun mendekam di balik jeruji (karena menjadi "napi
teladan" dan mereformasi sistem pendidikan penjara)
Setelah dibebaskan, ia
menulis sebuah otobiografi, dan menggunakan keuntungannya untuk memulai sebuah
yayasan yang membantu kaum muda yang terganggu secara emosional. Dia meninggal
pada usia 66 di Puerto Rico setelah hidup dengan nama palsu.
Pada akhirnya, mereka akan
selalu dikenal atas kejahatan sempurna mereka yang gagal total.
End
Of Story
Baca
Juga :
- Caril Ann Fugate dan Cerita Cinta Pandangan Pertama Pada Pembunuh
- Akihabara Massacre, Kasus Tabrak Lari yang disusul dengan Penikaman
- Alferd Packer dan Perjalanan Musim dingin ‘Gone Wrong’
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Kesempurnaan hanya milik Tuhan bambang. 2 bocil labil kaya gini ga selayaknya berhasrat dgn sesuatu seperti itu.
ReplyDeleteKejahatan sempurna aslinya udah banyak di Blog ini. Kalo yg real ya kaya JTR dan Serial Killer lain.
Tapi kalo kejahatan sempurna fiksi yg paling berkesan buat gue (Walaupun akhirnya ga bisa disebut sempurna soalnya akhirnya bisa dibongkar detektif super) kayanya Five Little Pigs sama And Then There Were None (Truly Kejahatan sempurna fiksi).
sebenarnya kejahatan "sempurna" adalah pertanyaan filosofis. Jika yang dimaksud "sempurna" adalah tanpa cacat, maka tatkala ditemukannya mayat (terlepas dari pelakunya terungkap atau tidak), maka kejahatan itu sudah tidak sempurna.
Delete..
two idiot boys...rencana setengah matang, sudah mereka anggap sempurna. lagian perfect crime nggak harus pembunuhan...banyak perampokan dan pembobolan bank yang perfect...baca sejarah kriminal, hey two idiot boys !
ReplyDelete