Hanging Coffin adalah upacara penguburan yang unik. Upacara tersebut kemungkinan dimulai pada abad ke-8.
Seperti namanya, keluarga Jenazah biasanya akan menempatkan almarhum ke dalam peti mati kayu, sebelum kemudian jenazah beserta petinya akan dibawa dan diletakkan di atas tebing yang curam.
Meskipun
tidak ada yang tahu persis bagaimana atau mengapa peti mati gantung muncul, ada
berbagai hipotesis tentang asal-usulnya. Ritual ini, paling sering dikaitkan
dengan orang Bo, atau etnis minoritas yang pertama kali tinggal di Matangba,
Cina lebih dari 3.000 tahun yang lalu.
Diduga
bahwa Suku Bo menggunakan teknik pemakaman tersebut, untuk melindungi mayat
dari binatang buas yang berkeliaran di tanah atau untuk membantu mempersingkat
perjalanan orang mati ke surga dengan meletakkan jenazah mereka setinggi
mungkin.
Proses Pemakaman Hanging Coffin
Dalam
ritual pemakaman tersebut, Peti mati biasanya terbuat dari batang pohon besar
yang sudah dilubangi (dan digunakan
untuk meletakkan mayat). Terkadang, peti-peti tersebut akan diletakkan dengan
ditopang oleh tiang kayu yang ditancapkan di lereng gunung.
Yang
lainnya, ada yang ditinggalkan di dalam gua-gua buatan, tertanam kuat di
permukaan batu, atau diletakkan di atas tonjolan batu.
Pada
2015, para arkeolog menemukan 131 peti mati gantung yang terselip di gua-gua di
sepanjang tebing setinggi 330 kaki di Cina. Mereka dipastikan berusia 1.200
tahun.
Meskipun
diduga mereka diangkat ke tempat peristirahatan terakhir mereka menggunakan
sistem katrol dan perancah, bagaimana tepatnya mereka sampai di sana masih
belum diketahui.
Sebagian
besar proses pemakaman peti mati gantung ini ditemukan di Cina, tetapi
pengulangan praktik lainnya telah diamati juga terjadi di Filipina dan Indonesia
Di
Filipina, tradisi ini diduga sudah ada sejak dua milenium lalu dan melibatkan
suku Igorot di Provinsi Pegunungan.
"Orang tua takut dikubur di
tanah," salah satu anggota suku
yang masih hidup menjelaskan. "Ketika
mereka meninggal, mereka tidak ingin dikubur karena mereka tahu air pada
akhirnya akan meresap ke dalam tanah dan mereka akan cepat membusuk. Mereka
menginginkan tempat yang aman di mana mayat mereka akan hilang dalam perlahan
Proses Pemakaman Serupa Suku Toraja
Dikalangan
suku Toraja sulawesi, prosesi serupa ini disebut sebagai Liang Tokek, secara harfiah artinya adalah “Penguburan gantung”
Berbeda
dengan daerah lain, Suku Toraja menggunakan peti mati khusus yang berbentuk
perahu yang khas. Peti mati yang disebut erong
tersebut, selalu ditempatkan di bagian bawah permukaan tebing yang menjorok.
Permukaan
tersebut, bisa berupa overhang alami
atau bukaan gua. Tapi terkadang, juga diketahui beberapa peti mati ditempatkan
di bawah overhang buatan manusia.
Diantara
peti gantung tersebut, terkadang diletakan sebuah ornamen ukiran patung yang
disebut tau-tau. Itu adalah sebuah
patung kecil yang menjadi representasi orang mati sekaligus penjaga peti gantung
yang ada di tempat tersebut (Warga Toraja, mempercayai bahwa penempatan mereka dapat
mencegah para penjarah yang mungkin mencuri barang-barang yang dikubur bersama
orang mati)
Tau-tau
yang lebih tua cenderung memiliki design yang abstrak, tetapi tau-tau yang lebih
modern terkadang dibuat cukup realistis.
Dimasa
kini, suku toraja yang modern, lebih mudah dalam menerima kebudayaan lain dan tidak
jarang melakukan prosesi pemakaman yang umum dengan dikubur. Meskipun begitu,
kebudayaan mereka dalam pemakaman yang berasal dari turun temurun, pada dasarnya
bisa lebih kompleks lagi bila dijabarkan semua.
(Budaya
pemakaman suku Toraja bermacam-macam bro, ada Liang silik, Liang Erong, Liang
Pak, Liang Patane dan lain-lain juga—itu hampir mirip dengan Liang Tokek namun
dengan beberapa perbedaan yang mencolok. Jika penasaran silahkan googling)
Epilog
Pemakaman
adalah ritual yang sakral. Tidak peduli jenazahmu ditinggalkan di tempat
terbuka, dihanyutkan ke laut, atau bahkan digantung di lereng tebing, apabila
hal tersebut menyangkut kepercayaan masyarakat tertentu, pastinya ada nilai
filosofis tentang “ketenangan” di dalamnya.
Tentu
saja, terlepas dari ritual yang berbeda-beda, apa yang dilakukan oleh para
peziarah pastinya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menghormati jenazah dan mengantar roh mereka ke ‘alam sana’
Memang
sih, upacara pemakaman satu kaum, terkadang akan dianggap kontroversial
oleh kaum lain. Namun, siapa kita yang berani-beraninya mempertanyakan keyakinan
mereka, tanpa mengenal mereka lebih jauh.
Apapun
itu, fakta bahwa kita semua adalah manusia, mari kita syukuri. Sedangkan segala
macam perbedaan, mari kita bahas dilain hari.
End of History
Baca Juga :
- Survival Of Ada Blackjack, Perempuan yang ditinggal Sendiri di Arktik
- Saat London Diterba Banjir Miras pada tahun 1814 (Literally)
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
No offense. Tapi buat gue, tau tau itu lumayan creepy.
ReplyDelete