Skylar Neese adalah siswa teladan berusia 16 tahun dengan masa depan cerah. Dia suka membaca, memiliki kehidupan sosial yang aktif dan (seperti kebanyakan remaja) sangat aktif di medsos. Dia juga tidak pernah membolos barang satukalipun dari kerja part timenya di Wendy's (nama restoran).
Namun, pada 6 Juli 2012,
Skylar Neese menyelinap keluar dari jendela kamarnya untuk bertemu dengan dua
sahabatnya, Shelia Eddy dan Rachel Shoaf.
Remaja itu tidak pernah kembali.
Tiga serangkai
Skylar Neese, Shelia Eddy,
dan Rachel Shoaf bersekolah di SMA yang sama di utara Morgantown, Virginia
Barat. Neese sudah mengenal Sheila sejak dia berusia delapan tahun dan Sheila
telah bertemu Rachel semenjak tahun pertama mereka.
Ketiganya adalah sahabat
yang tidak dapat dipisahkan—dan Neese dikatakan telah berperan sebagai fondasi
emosional bagi dua gadis lainnya, karena Sheila dan Rachel memiliki orang tua
yang telah bercerai.
Neese, bagaimanapun, adalah
anak tunggal dan orang tuanya sangat menyeyanginya. Mereka bersedia memberikan
apapun untuk kebahagiaan anaknya.
Ibu Nesse sendiri, tau bahwa
persahabatan anaknya dengan Sheila dan Rachel itu sangat kental. Dia tau bahwa
putrinya adalah sosok yang selalu menyemangati kedua temannya. Bahkan, saking
familiarnya dengan Sheila dan Rachel, Ibu Nesse selalu membuka pintu untuk
kedua orang itu bertamu kapan saja
(intinya persahabatan
mereka—ibarat saking kenalnya, mereka gak perlu ngetuk pintu trus malu-malu
kucing saat bertamu. Yah, asal nyelonong main kyk ke rumah saudara aja gitu,
gimane sih)
Mereka berdua adalah sahabat
yang baik, Sheila adalah orang yang konyol dan Friendly. Sedangkan Rachel adalah gadis yang (meskipun pemalu)
sangat baik karena berasal dari keluarga Katolik yang taat.
Hal itu, membuat apa yang akan terjadi kepada ketiga gadis itu selanjutnya, nampaknya sangat mustahil apabila dipikir dengan logika.
Kasus Menghilangnya Skylar Neese
Pada tanggal 6 Juli 2012
dini hari, Nesse diketahui keluar dari rumah keluarganya dan pergi masuk ke
sebuah sedan abu-abu yang sudah menunggu di dekat tempat sampah—Kejadian itu,
tertangkap CCTV rumah.
Keesokan paginya, Neese
tidak melapor untuk bekerja part time—Keluarga
Neese tahu putri mereka tidak melarikan diri. Karena, charger ponsel, sikat
gigi, dan perlengkapan mandinya masih ada di kamarnya. Karena tidak ada kabar
dan mulai kawatir, keluarga Neese pun mulai melapor polisi.
Di siang harinya, Ibu Neese
mendapat telfon dari Sheila. Dalam telfon itu, Sheila mengatakan : “Kami bertiga
menyelinap keluar malam dan telah berkendara di sekitar Star City. Tapi kami
sudah mengatar Neese pulang kok. Dia turun di ujung jalan karena tidak mau
membangunkan penghuni rumah dengan suara
mobil yang datang.”
Itu informasi yang bagus—pikir
ibu Neese, sama sekali belum mencurigai siapapun. Dia berpikir mungkin kejadian
yang menimpa Neese, terjadi setelah dia pulang dari jalan-jalan bersama teman-temannya.
Sayangnya, Penyelidikan
Polisi mengatakan sebaliknya.
Investigasi yang Mengerikan
Tentu saja sebagai prosedur
standar, saksi terakhir yang dilihat korban akan selalu diseret dan
diinterogasi polisi—itulah yang dilakukan penyidik.
Dalam sebuah interogasi, Sheila
mengklaim bahwa dia dan Rachel menjemput Neese pada jam 11 malam—Dan mengantarnya
kembali sebelum tengah malam. Sayangnya, hal itu berbanding terbalik dengan
rekaman CCTV.
Rekaman kasar menunjukkan
Neese meninggalkan apartemennya pada pukul 12:30 pagi, mobil itu menjauh pada
pukul 12:35 pagi, dan kemudian tidak pernah terlihat lagi.
Saat diberikan sebuah tip bahwa Neese sempat menghadiri sebuah
pesta, polisi pun mulai melakukan penyelidikan kepada ‘pesta’ yang dimaksud.
Kopral Ronnie Gaskins, salah
satu penyelidik dalam kasus tersebut, mengatakan bahwa tatkala dia mewawancarai
saksi yang sempat menghadiri pesta tersebut, beberapa ada yang mengatakan “ya, tadi malam ada
gadis yang kecanduan heroin dan meninggal. Orang-orang disana panik dan mereka
membuang mayatnya”
Informasi itu mulai
terkumpul dan mulai membentuk sebuah pola yang aneh. Jessia Colebank, salah
satu polisi yang bertugas mengatakan bahwa cerita mereka sukar dipercaya—bukan
karena sepenuhnya berbeda, melainkan karena terlalu persis. Biasanya, setiap
mewawancarai orang yang berbeda, detail-detail baru akan muncul. Namun dikasus
penyelidikan ini, pengakuan mereka sangat
persis seakan mereka sudah disuruh untuk mengatakan hal tersebut.
Jessica Colebank bahkan,
cukup berani mengutarakan teori bahwa Nesse dibunuh secara sengaja oleh Sheila
dan Rachel. Jessica Colebank mengatakan “Shelia
mungkin bertindak salah dan Rachel ketakutan setengah mati.”
Tetapi karena belum ada
alasan yang sah untuk melakukan penangkapan, polisi hanya dapat melakukan
penyelidikan lanjutan dan mengembangkan kasus hingga mereka berhasil mendapat
bukti konkrit.
Penyelidikan Berlanjut
Sementara penyelidikan terus
berlanjut, Chris Berry, seorang polisi negara bagian yang ditugaskan untuk
kasus ini pada Agustus 2012, memiliki teori yang menarik atas kejahatan remaja.
Dari pengalaman, dia
berpendapat bahwa kejahatan remaja seperti ini biasanya akan sulit
disembunyikan untuk waktu yang lama. Karena remaja cenderung memiliki perasaan
ingin ‘pamer’ atas pencapaiannya—bahkan untuk pembunuhan sekalipun.
Dan karena satu alasan,
Berry memiliki firasat bahwa apabila Sheila Eddy dan Rachel Shoaf adalah
pelakunya, mereka bisa dibuat mengaku apabila diinterogasi menggunakan ‘metode
yang tepat’
Itulah kenapa Chris Berry
kemudian membuat akun palsu di medsos
dan menyamar sebagai seorang remaja laki-laki ‘ganteng’ yang kuliah di West
Virginia University di Morgantown—Berry bahkan berhasil menjalin hubungan
komunikasi pesonal lewat inbox kepada mereka berdua.
Dalam penyelidikan undercover tersebut, Penyelidik
mengamati bahwa Sheila cenderung ceria sementara Rachel lebih pendiam
(berdasarkan reply dari Inbox)
Hal yang ditemukan janggal
oleh penyidik, adalah bahwa, Tak satu pun dari gadis-gadis itu mengisyaratkan
bahwa mereka kesal dengan hilangnya sahabat mereka—padahal, mereka harusnya
adalah Best Friend menurut pengakuian
ibu Neese.
Sheila men-tweet tentang hal-hal normal dan bahkan memposting foto dirinya dan Rachel bersama—Sekalipun, tidak pernah lagi menyinggung tentang Neese.
Beberapa posting aneh,
seperti yang ada pada 5 November 2012, mengatakan, "Tidak ada seorang pun di dunia ini
yang dapat mengalahkan Aku dan Rachel. Jika kau pikir kau bisa, maka kau
salah.” –Sheila
Disisi lain, Sheila dan Rachel
nampaknya mulai sedikit terganggu dengan rumor yang tersebar di medsos tentang mereka. Beberapa orang di
Twitter sempat menuduh secara gamblang bahwa mereka berdua melakukan
pembunuhan, dan semuanya akan segera terungkap—itu hanya masalah waktu.
Dalam penyelidikan terbuka, Pihak
berwenang terus memanggil Sheila dan Rachel untuk wawancara. Seiring waktu,
keduanya diketahui menjadi lebih tertutup dari teman-teman mereka yang lain dan
lebih mengandalkan satu sama lain.
Pengakuan Rachel
Kemudian, seiring tekanan
mental yang datang bersamaan dengan penyelidikan yang berlarut-larut, nampaknya
hal tersebut membuat mereka tidak tahan lagi.
Pada 28 Desember 2012, orang
tua Rachel menelpon 911 dari Monongalia County. Dalam panggilan itu, ibu Rachel
mengatakan “Aku memiliki masalah dengan
putriku yang berusia 16 tahun. Aku tidak bisa mengendalikannya lagi. Dia
memukuli kami, dia berteriak, dan menghancurkan seluruh rumah.”
Dari telfon, juga terdengar
sosok yang berteriak-teriak. Kemudian, ditengah cekcok, ibu Rachel melanjutkan “Suamiku mencoba menahannya. Tolong cepat
kirimkan petugas sebelum hal mengerikan terjadi.” (Yang dimaksud suami
disini, ayah tiri Rachel. Orang tua asli Rachel, udah bercerai)
Beberapa menit kemudian,
polisi kemudian datang dan memboyong Rachel ke kantor polisi (Rachel itu yang
keluarganya Katolik taat yak). Setelah beberapa jam dikurung di ruang
interogasi, dan dibujuk untuk mengaku atas pembunuhan Neese, Rachel pun pada
akhirnya bersedia.
"Kami menikamnya," ujar Rachel.
Saat dia terus berbicara,
kebenaran suram tentang pembunuhan Skylar Neese menjadi semakin jelas.
Menurut pengakuan Rachel,
dia dan Sheila memang telah merencanakan pembunuhan Skylar Neese sebulan
sebelumnya. Suatu hari, mereka berada di kelas sains dan mereka sepakat bahwa mungkin
mereka harus membunuhnya (what? -_-)
Pada malam pembunuhan, Rachel
mengambil sekop dari rumah ayahnya, sedangkan Sheila mengambil dua pisau dari
dapur ibunya. Mereka juga membawa perlengkapan kebersihan dan pakaian ganti.
Ketika kedua gadis itu
menjemputnya, Skylar Neese mengira mereka hanya akan berkeliling dan bersenang-senang.
Sebelumnya, ketiganya telah berkendara ke Brave, sebuah kota di luar
Pennsylvania, untuk mabuk.
Rachel dan Sheila bahkan
membawa pipa mereka sendiri untuk mengisap ganja.
Mereka kemudian melakukan
perjalanan ke hutan di Pennsylvania, di mana Neese mengira mereka pergi untuk
merokok. Namun, ditengah kondisi duduk-duduk melihat suasana hutan, dua gadis tersebut
tiba-tiba mendekati Neese dengan mencurigakan.
"Pada hitungan ketiga," kata Rachel.
Kemudian mereka mulai
melayangkan tikaman bertubi-tubi.
Rachel mengatakan bahwa pada
satu titik selama serangan itu, Neese sempat hendak melarikan diri. Namun,
mereka menikamnya di lutut sehingga dia tidak bisa berlari lebih jauh lagi—itu
adalah kematian yang pasti.
Dalam napasnya yang sekarat,
setelah ditikam berkali-kali, Skylar Neese sempat bertanya: "Mengapa?"
Pihak berwenang kemudian
mengajukan pertanyaan yang sama kepada Rachel Rachel, yang kemudian dia jawab
dengan sederhana, "Kami tidak menyukainya."
Keadilan Untuk Pembunuhan Skylar Neese
Pada awal Januari 2013,
Rachel Shoaf membawa penyidik ke hutan pedesaan tempat dia dan Shelia Eddy
membunuh Skylar Neese—saat mereka mendatangi lokasi, hutan itu nampak tertutup
salju. Perlu kurang lebih 1 minggu sampai mayat Skylar Neese ditemukan.
Hal itu, kemudian dicocokan
dengan pengakuan Rachel dan pada akhirnya menjadi bukti konkrit atas kejahatan
mereka—Penyelidik mencocokkan sampel darah di bagasi Sheila dengan DNA Neese.
Sheila Edy, ditangkap pada 1
Mei 2013 di tempat parkir restoran Cracker Barrel. Dia didakwa dengan
pembunuhan tingkat pertama
(perencana dan pembunuh) dan dia mengaku bersalah pada Januari 2014. Dia
menerima hukuman seumur hidup dengan kemungkinan pembebasan bersyarat setelah
15 tahun.
Untuk Rachel, dia dinyatakan
bersalah atas pembunuhan tingkat dua (membantu pembunuhan) dan menerima hukuman
30 tahun—ada kemungkinan peringanan hukuman karena dia bekerja sama dalam
membawa Sheila ke pengadilan.
Meskipun mereka masih
remaja, dakwaan yang mereka dapat adalah setara dengan dakwaan kepada orang
dewasa.
David Neese, ayah Skylar
Neese, mengatakan bahwa kedua gadis itu tidak pantas mendapatkan keringanan
hukuman dari pengadilan. “Mereka berdua
sakit, dan mereka berdua berada di tempat yang seharusnya: jauh dari peradaban,
dikurung seperti binatang. Karena itulah mereka, mereka adalah binatang.”
Ayah yang berkabung itu
sesekali mengunjungi sebuah pohon di hutan di Pennsylvania, dihiasi dengan
foto-foto anak tunggalnya, putri kesayangannya, yang terbunuh karena dua
sahabatnya yang cemburu.
(Ada spekulasi yang
mengatakan bahwa motif dibalik pembunuhan ini adalah karena Sheila dan Rachel
cemburu dengan keluarga Neese yang sempurna. Neese yang bisa mendapat apapun
yang dia inginkan, sangat berbanding terbalik dengan keluarga Rachel dan Sheila
yang broken home)
End Of Story, I guess..
Baca
Juga :
- Brittney Gargol dan Selfie Terakhir sebelum pembunuhan
- Leo dan Loeb, dan sebuah hasrat mencapai “Kejahatan Sempurna”
- Gypsy Rose, Dee Dee Blanchard dan Munchausen Syndrome
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Hmm.
ReplyDeleteSerasa denger cerita² creepy di YouTube .
Gak ada niatan buat Chanel aja bang Han ?
*Si FFN reader
wadoo. pelan pelan gan, blogspot dulu, ntar kalau udah gede, boleh atuh merambat kemana-mana
DeleteGue tau ini dulu di MBP dibahas di Dark Case. Tapi disini lebih lengkap karena ada investigasinya.
ReplyDeleteGue suka komen komenan disana. Salah satunya : "The worst thing about betrayal is that it never came from enemy".
Soal Sheila, kalo gitu perlakuan dia ke temen, susah bayangin gimana cara dia memperlakukan musuh.
ye juga sih. meskipun nasibnya tidak sebrutal Junko Furuta, tapi pasti saat saat terakhir Neese sebelum ditusuk nggantung banget
Delete.
apalagi semisal pas dia tanya "kenapa?" temennya gak ada yang jawab. tau tau udah mati.
serem ya, padahal mereke bestie bingit,, sekarang mending pinter2 pilih temen dan sahabat, jangan sampe deket2 amat ah
ReplyDeletekecemburuan yang sakit (jiwa), nggak ada yang namanya teman, musuh, bahkan keluarga...dan betul sekali. hati2 dengan (jangan) bff.
ReplyDelete