Sebelum 13 Agustus 2004, Akku Yadav mengira dia sosok yang kebal hukum. Secara, dia diketahui memperkosa hampir 200 wanita dari sebuah kota kumuh di India, dan sering lolos begitu saja.
ia
dikenal karena sering menyuap petugas polisi agar berhenti menyelidikinya.
Warga setempat, bahkan mengaku bahwa dia setidaknya sudah membunuh 3 orang, dan
hal tersebut tidak pernah diusut oleh polisi.
India
adalah tempat yang kacau. Hal itu, tentu saja karena sistem “Kasta” yang
digunakan untuk mengontrol masyarakanya. Saat Akku Yadav mempermainkan dan
melecehkan “kasta terendah” dari tatanan warga india, polisi cenderung akan
mentertawakan orang-orang itu apabila mereka melapor kepada polisi.
Yap,
Kau bisa membayangkan sosok Akku Yadav yang sempat mengira dia ‘tidak
terkalahkan’ karena dia berada di sisi hukum. Sayangnya, sisi Hukum pada
akhirnya tidak akan berkutik tatkala 200 korban Akku Yadav, pada akhirnya
bersatu dan mendatangi Akku Yadav Secara pribadi, sembari mengibarkan bendera
kematian.
The Revenge Of Ibu-Ibu
Para
korbannya, mengklaim bahwa Yadav telah memperkosa terlalu banyak wanita, sehingga
perempuan di setiap rumah di daerah kumuh tersebut, tidak ada yang “masih
bersih” dari Yadav.
Para
wanita mengatakan bahwa Yadav akan memperkosa wanita sebagai alat untuk
mengontrol anak buahnya yang merupakan geng preman—dan bahwa dia juga memiliki
antek-antek yang akan membantunya melakukan pekerjaan kotornya.
Pada
satu titik, dia bahkan diduga mengarahkan anak buahnya untuk memperkosa seorang
gadis berusia 12 tahun.
Lusinan
wanita telah melaporkan Yadav ke polisi, tetapi selalu ditertawakan di kantor
mereka. Hal itu, karena Yadav telah menyuap mereka selama bertahun-tahun, dan
setiap kali seorang wanita mengeluh dan melapor, polisi akan memberi tahu
Yadav, yang kemudian akan mengunjungi para wanita itu dan mengintimidasi
mereka.
Dia
mengancam akan menyirami mereka dengan asam, atau memperkosa mereka lagi, atau
melukai anggota keluarga mereka. Hal itu, membuat seluruh wanita takut untuk
melapor lagi.
Usha Narayane, salah satu korban yang berulang kali dilecehkan oleh
Yadav, meminta saudara iparnya untuk membantunya kala itu. Bersama-sama, mereka
melewati polisi dan melapor langsung ke wakil komisaris. Komisaris itu, menjanjikan
padanya tempat yang aman, dan bahwa polisi akan berangkat untuk menemukan
Yadav.
Dan
yap, polisi menepati janjinya untuk menangkap Yadav, namun bukan untuk
membawanya ke keadilan, melainkan untuk menyembunyikannya dari “The Lynch Mob”, gerombolan perempuan
yang pada akhirnya bersatu untuk membunuh Yadav.
Pemburuan Yadav Oleh the Lynch Mob
Malam
itu, rumah Yadav dirobohkan, dihancurkan menjadi puing-puing oleh tetangga dan
penduduk setempat yang marah. Aksi itu, tentu saja dipelopori oleh perempuan-perempuan
yang menjadi korbannya selama bertahun-tahun.
Sayangnya,
kala mereka datang dan membakar rumah Yadav, sosoknya sudah ‘ditangkap’ oleh
polisi (ditangkap dalam artian diamankan ke ‘penjara’ atau tempat yang aman).
Polisi
kala itu, mengatakan bahwa Yadav sudah ditempatkan di penjara dan siap untuk
diadili. Padahal, kenyataannya para polisi yang sudah disuap itu, sedang
menyelamatkan Yadav dari para perempuan marah yang ingin sekali membunuhnya.
Sehari
setelah penangkapannya, Yadav kemudian diarahkan ke ‘persidangan’. Itu, adalah
persidangan ‘settingan’ karena beberapa jam sebelum sidang dimulai, Usha
Narayane mendengar desas–desus bahwa Yadav akan mendapatkan jaminan kebebasan
dan tidak mungkin dia akan divonis atas kejahatannya.
Tentu
saja Narayane yang memang sudah menerima ‘perlindungan’ dari polisi, mendengar
berita tersebut langsung memberikan Intel yang dia terima kepada “The Lynch Mob” diluar kepolisian.
Apa
yang terjadi setelah itu, adalah sesuatu yang lebih kacau dibandingkan
penyerbuan Capitol Amerika Serikat.
Berbekal
pisau sayur, batu, dan bubuk cabai, hampir 200 korban Yadav menyerbu gedung
pengadilan pada hari H. Gerombolan itu, bersiaga dan memenuhi gedung
pengadilan. Menunggu dengan sabar atas apa yang akan terjadi.
Saat
Yadav tiba di pengadilan dan berjalan melewati mereka, menuju pengadilannya,
dia diketahui sempat mengejek salah satu
wanita dari gerombolan itu, memanggilnya pelacur, dan mengancam akan
memperkosanya lagi. Polisi yang mengawalnya terlihat tertawa.
Wanita
itu, diketahui kemudian membalas perkataan Yadav dengan kalimat "Kita berdua tidak bisa hidup di bumi yang
sama." wanita yang diejeknya menangis. "Yang hidup, harus aku, atau kamu."
Kemudian,
wanita itu mulai melempar Yadav dengan sandalnya.
Dalam
hitungan detik, wanita-wanita lain menganggap itu sebagai inisiasi untuk
menyerang. Mereka kemudian tanpa ampun langsung melemparkan bubuk cabai mereka
ke Yadav, juga melemparkan batu ke kepalanya—Polisi yang mengawal Yadav, bahkan
tidak bisa berkutik saat mereka ikut menjadi korban.
Beberapa
personil lain mencoba menghalau para perempuan marah itu, namun, hal itu malah
membuat semuanya menjadi semakin kacau. Mereka diketahui malah maju dan
menerjang Yadav menggunakan pisau dapur mereka. Dengan ngawur, mereka kemudian
menusuk bagian mana pun dari Yadav yang bisa mereka jangkau dengan pisau
mereka.
Detik
itu, polisi yang mengawal Yadav memutuskan untuk kabur dan menyerahkan Yadav
kepada gerombolan perempuan bar-bar tersebut—hal itu, demi keselamatan mereka
sendiri.
Yadav
sudah sepenuhnya menjadi samsak pisau. Selama lebih dari sepuluh menit gerombolan
perempuan itu menyerang Yadav, menikamnya tidak kurang dari 70 kali. Seorang
wanita yang marah bahkan memotong penisnya.
Lima
belas menit kemudian, Akku Yadav sudah mati, tubuhnya hampir tidak dapat
dikenali. Remuk seperti habis dimakan oleh burung pemakan bangkai. Kondisi
gedung pengadilan sangat kacau, darah Yadav, diketahui terciprat kemana-mana.
Shit man.
In The End.
Pasca
kematian Yadav yang merupakan buntut main hakim sendiri itu, para polisi
langsung menangkap lima wanita yang diduga sebagai provokator. Itu adalah
penangkapan yang ‘menakutkan’ jika kau tau maksudku. Pasalnya, penangkapan itu
diprotes oleh banyak perempuan yang menghadiri Pembunuhan Yadav di pengadilan.
Polisi
bahkan sedikit ragu untuk menangkap siapapun karena hal tersebut, berpotensi
untuk membangkitkan amarah “The Lynch Mob” sekali lagi. Entah apa yang akan
mereka lakukan kepada para polisi jika mereka benar-benar salah strategi.
Namun
pada akhirnya, setiap wanita di daerah kumuh itu dituduh bertanggung jawab atas
pembunuhan Yadav. Beberapa wanita ditangkap dan diadili, termasuk Narayane.
Hingga pada tahun 2012 mereka semua kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti.
Meskipun
pembunuhan Akku Yadav tidak serta merta menyembuhkan sakit hati para korbannya,
Narayane mengatakan bahwa setidaknya hal tersebut berhasil membuka mata
masyarakat terhadap kejahatan Yadav, dan memberikan perhatian terhadap ‘kekuatan
wanita’
Polisi
setempat, dilaporkan mengalami konflik karena pada akhirnya, keborokan mereka
terungkap pasca kematian Yadav.
Hmm.
Baca Juga :
- Pembunuhan Sadis dan Ritual Satanic Chicago Ripper Crew
- Karma Ken Rex McElroy, Akhir Hidup Preman Terkuat di Bumi
- Caril Ann Fugate dan Cinta pandangan pertama pada Pembunuh
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Ini kaya kasus yg pernah gue baca. Soal "Akhir hidup Preman terkuat di Bumi". Cerita soal kekompakan dan solidaritas.
ReplyDeleteTapi yg di kasus itu lebih terorganisir karena bahkan Walikotanya ikut andil. Jadi pelaku bebas dari jerat hukum. Kalo disini tadi ada yg masih ditangkap.
kasus ini memang serupa dengan kasusnya Ken Rex McElroy. Meskipun yang ini lebih sadis "eksekusinya" menurut admin, karena secara, dia ditusuk-tusuk pakai pisau dapur sampai mati.
Delete(jika semisal tusukan yang diberikan tidak langsung fatal, dia mungkin harus menikmati sakit luar biasa sampai dia benar-benar mati). kalau ditembbak kan, peluru kena kepala 1x, langsung tidak sadarkan diri trus (kemungkinan) mati cepat
liat2 beritanya di gugel, bahkan kakak laki2 dari salah 1 korbannya memenggal kepala Yadav & dibawa jalan ke kantor polisi
Deletepolisi pengawalnya yang senyam senyum itu ikut dibantai juga seharusnya...mereka kan nggak ada hatinya. pemerkosaan bagi mereka begitu sepele (note : bukan 1 atau 2 pemerkosaan, tapi belasan !)
ReplyDelete