Jika Kau berpikir membesarkan 13 anak adalah hal yang merepotkan, maka kau akan terkejut dengan upaya David dan Louis Turpin dalam menangani anak-anaknya.
Tidak, admin tidak
membicarakan tentang sosok orang tua yang super
yang bisa mengasuh 13 anak secara militan. Kisah ini, lebih dari itu
Ini adalah contoh apabila dua
centong sayur dikasih hak kependudukan.
Kisah Keluarga Turpin
Pada hari Minggu sore,
polisi cabang Perris, California menerima telepon yang aneh. Seorang gadis
berusia 17 tahun mengatakan kepada mereka bahwa dia baru saja melarikan diri
dari rumahnya sendiri, di mana dia mengklaim 12 saudara laki-laki dan
perempuannya ditawan oleh orang tua mereka.
Polisi yang mendengar
pengakuan gadis itu, lantas mengirimkan petugas untuk menyelidiki. Setelah
menjemput gadis itu, deputi sheriff pergi ke rumah dan menemukan bahwa segala
cerita yang diutarakan gadis itu, memang benar adanya.
Dua belas korban ditemukan
di rumah, dibelenggu ke tempat tidur mereka dengan rantai dan gembok, semuanya
sangat kotor dan kekurangan gizi.
Gadis yang menelepon 911
berusia 17 tahun tetapi tampak seperti tidak lebih dari 10 tahun. Bahkan polisi
terkejut mengetahui bahwa dari 13 orang yang mereka temukan, tujuh di antaranya
adalah orang dewasa (mereka sangat kurus dah terlihat seperti orang yang tidak
tumbuh sebagaimana mestinya). Secara total, para korban berusia antara dua
hingga 29 tahun.
Orang tua, David dan Louise
Turpin, tidak mampu menjelaskan kondisi yang polisi temukan. Segera, merekapun
kemudian ditangkap oleh polisi.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Jujur, ini adalah kasus yang
membingungkan. Teman dan tetangga keluarga Turpin bahkan sama terkejutnya saat
mendengar situasi tersebut. Foto-foto yang sempat dibagikan di media sosial padahal
menunjukkan keluarga yang harmonis.
Keluarga Turpin sempat
memposting foto-foto keluarga selama tiga kegiatan keagamaan pada tahun 2011,
2013 dan 2015. Teman-teman mereka mengatakan bahwa pasangan itu membawa seluruh
keluarga ke Chapel Elvis di Las Vegas
selama 3 perjalanan berturut-turut
Dalam foto dari salah satu acara tersebut, anak-anak keluarga Turpin tampak tersenyum. Gadis-gadis mengenakan gaun kotak-kotak ungu yang identik dan sepatu putih, sementara anak laki-laki memakai setelan jas dan dasi ungu yang serasi.
Ibu David Turpin, Betty
Turpin, mengaku tidak memiliki pengetahuan tentang perlakuan yang dilakukan
terhadap cucu-cucunya—dia mengatakan bahwa putranya dan istrinya itu, sempat
bilang bahwa mereka ingin melindungi 13 anaknya. Tidak ada detail lain yang
dibicarakan.
Betty mengakui,
bagaimanapun, bahwa dia tidak melihat cucu-cucunya secara langsung selama
hampir lima tahun, dan bahwa ketika dia berbicara dengan putra dan menantunya
melalui telepon, dia tidak berbicara dengan anak-anak sama sekali.
Para tetangga tampak sama
terkejutnya, mengatakan bahwa mereka tahu sebuah keluarga besar tinggal di sana
(rumah keluarga Turpin), meskipun tak satu pun dari mereka pernah melihat
anak-anak keluar masuk rumah.
Seorang tetangga mengaku pernah
melihat anak-anak yang lebih tua bekerja di kebun bersama. Namun dia
menggambarkan mereka "berkulit
sangat pucat, hampir seperti mereka belum pernah melihat matahari,"
Kegilaan Keluarga Turpin
Dalam menjelaskan kasus ini,
pakar psikologi forensik mengutarakan 2 teori yang kemungkinan terjadi. Hal itu
adalah Delusional dan Paranoia. Ada kemungkinan bahwa dikarenakan sebuah
tekanan mental tertentu, Louis dan David melakukan hal tersebut.
Dalam sebuah dokumen,
dinyatakan bahwa Keluarga Turpin mendaftarkan aset $ 150.000, dan utang kartu
kredit $ 240.000. Mereka kemudian diketahui menyatakan kebangkrutan pada tahun
2011
Dokumen tersebut juga
menyatakan bahwa David Turpin menghasilkan $140.000 per tahun sebagai insinyur
di Northrup Grumman, dan Louise
Turpin adalah "ibu rumah tangga". Namun, menurut Departemen
Pendidikan California, David Turpin terdaftar sebagai kepala sekolah Sandcastle Day School, sebuah yayasan
Home Schooling yang tentu saja tempat anak-anak mereka bersekolah.
(Maksudnya, Sandcastle Day School adalah sekolah fiktif yang dibuat David
sebagai alasan anak-anaknya melakukan Home
Schooling. Home Schooling btw, intinya sekolah dirumah)
Sang Nenek, Betty Turpin
bahkan mengetahui bahwa cucu-cucunya memang home
schooling di yayasan David sendiri.
Lebih jauh dari itu, Pasangan
itu bahkan berhasil menipu pengacara mereka, Ivan Trahan, yang telah melayani
pasangan itu semenjak tahun 2011.
Ivan Mengatakan bahwa, dalam
beberapa kunjungan ke keluarga Turpin, segala hal tentang rumah itu nampak
biasa saja. Segala macam foto keluarga masih dipajang dan David maupun Louis,
bercerita dengan penuh kasih sayang anak anak-anak mereka (mereka bahkan
menunjukan foto-foto keharmonisan keluarga di Disneyland)
Mimpi Buruk dibalik Penyekapan
Selama penyekapan, anak-anak
Turpin mengaku dibelenggu, awalnya menggunakan tali sebelum kemudian berubah
menjadi rantai dan gembok.
Mereka terkadang dibiarkan
kelaparan selama beberapa hari dan tidak diberi makan sama sekali. Apabila
diberi makan pun, hanyalah roti isi kacang dan saus bolognese kaleng saja.
Mereka juga melaporkan
adanya perbudakan dan KDRT. Terkadang mereka disuruh melakukan pekerjaan rumah
dan diperlakukan ibarat pesuruh. Tak jarang, kekerasan fisik juga terjadi.
Theressa, saudara perempuan Louse
(sang ibu keluarga Turpin), memberikan sebuah pernyataan mengejutkan tatkala
kasus ini melambung.
Kembali di rumah masa kecil
Louse, Theressa mengatakan bahwa mereka pernah mengalami kekerasan yang sama
yang dilakukan oleh Kakek mereka. Kekerasan itu, bahkan mengandung hal-hal
berbau seksual. Parahnya adalah, Ibu mereka, mendukung kekerasan itu seakan
tidak peduli.
Ibu mereka, akan “menjual”
Louise dan Theressa kepada kakeknya sendiri untuk uang (Ibu Louise berbeda ama
Ibu David lho ya. Ibu David atau si Ayah adalah Betty Turpin yang admin
ceritakan diatas)
Theressa meyakini bahwa
trauma kekerasan yang dialami Louis semaca kecil, ikut ambil bagian dalam
mempengaruhi kekejaman yang kemudian dia lakukan kepada anak-anaknya sendiri.
In The End
David dan Louis Turpin pada
akhinya mengaku bersalah atas penyiksaan, penyekapan (baik kepada dewasa maupun
anak dibawah umur) dan KDRT. Mereka kemudian dijatuhi hukuman setara yaitu 25
tahun penjara.
Sementara anak-anak mereka,
13 bersaudara itu sempat melalu perawatan fisik maupun mental selama beberapa
saat sebelum pada akhirnya move on
dengan hidup mereka.
Beberapa saudara yang sudah
dewasa mulai menjalani hidup mereka masing-masing. Sebagian yang lain hidup
bersama dalam satu rumah. Sedangkan 6 saudara yang paling kecil pada akhirnya
diadopsi oleh keluarga lain dan melaporkan hidup yang baik.
End
Of Story
Baca
Juga :
- Penculikan & Penyekapan Selama 8 Tahun, Natascha Kampusch
- Kisah Mengerikan Edward Mordrake “The Man With Two Faces”
- Marc Schwartz, Pelarian Narapidana Paling Legendaris Seantero Galaksi
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Gue pernah baca di MBP. Sedihnya ternyata mereka kena Stockholm Syndrome.
ReplyDeleteTapi baca update disini baguslah ternyata udah pada memulai hidup baru.
Btw, hukumannya terlalu ringan menurut gue.
what? anak-anaknya kena stockhom syndrome kah? -_-a
Deletetapi apa iya itu disebut stockholm syndrome kalau yang menyekap adalah ortunya sendiri? padahal, secara naluri anak-anak memang harusnya kan masih berharap kepada orang tua?
MBP itu apa btw?
Deleteiya dari gw baca komenannya MBP terus, penasaran
Delete