28 Januari 1986. 11:30 EST. Jutaan orang Amerika terpaku pada layar televisi mereka. Hari itu, mereka tengah menyaksikan peluncuran Space Shuttle Challenger. Sebuah pesawat ruang angkasa yang dijadwalkan meluncur keluar bumi dan membawa sekian astronot.
Salah satu dari penumpang,
adalah sosok Christa McAuliffe, seorang guru sekolah menengah yang dipilih
untuk menjadi guru pertama di luar angkasa. Di seluruh Amerika, para guru telah
memasang televisi di ruang kelas mereka sehingga mereka dapat menonton siaran
peluncuran bersama para murid.
Diseluruh penjuru Negeri, diperkirakan
17 persen orang Amerika, atau lebih dari 40 juta orang, juga menonton
peluncuran tersebut—mencoba menjadi saksi sejarah keberhasilan pesawat
Chalengger menembus orbit.
Sayang, Alih-alih melihat
peluncuran yang sukses, yang mereka saksikan malah ledakan di langit dengan
mayat astronot yang berjatuhan.
Itu adalah salah satu
bencana terbesar dalam sejarah luar angkasa.
Proyek Luar Angkasa Challenger
Christa McAuliffe adalah
seorang guru IPS yang berusia 37 tahun dari New Hampshire. Dia adalah pemenang
yang beruntung dari “Proyek Guru di Luar
Angkasa” yang digelar oleh Presiden Ronald
Regan.
Proyek itu, adalah sebuah
kampanye ‘bersahabat’ demi mempromosikan peluncuran Challenger ke lebih banyak
kalangan—McAuliffe mengalahkan 11.400 pendaftar lainnya untuk memenangkan kursi
di pesawat luar angkasa Challenger.
Secara garis besar, kampanye
itu benar-benar sukses. Pengumuman keikutsertaan McAuliffe dalam perjalanan
menembus orbit, membawa lebih banyak orang untuk mendukung peluncuran NASA (Berkali-kali
lipat dari peluncuran-peluncuran sebelumnya)
Oke Ini rahasia, Namun
sebenarnya, awalnya NASA ingin mengirim Caroll Spinney, aktor yang memerankan
Big Bird, lengkap dengan kostum Big Bird-nya, ke luar angkasa dengan Space
Shuttle Challenger. Sayangnya, karena kostum Big Bird tidak muat apabila
dipakai didalam Chalengger, Nasa pun menggantikan dia dengan McAuliffe.
The American’s Dream
Alasan McAuliffe diterima
dalam proyek peluncuran Challengger, adalah karena dia memiliki sebuah keinginan.
Di luar angkasa, dia ingin
memberikan tur pesawat ruang angkasa yang disiarkan live di televisi. Kemudian,
dia akan mengajar dalam zero gravity
untuk anak-anak di seluruh Amerika. Tentu saja, sebagai perwakilan rakyat
biasa, dia juga ingin mengutarakan pemikirannya tentang Sains dan membaginya
kepada dunia.
Di atas segalanya, dia hanya
ingin melihat alam semesta dengan kedua matanya sendiri, untuk mewujudkan mimpi
yang dia punya sejak dia berusia 11 tahun, di masa-masa awal keberadaan NASA.
Bukan hany McAuliffe. Astronot
lain, Ronald McNair, juga berencana untuk merekam solo saxophone pertama di luar angkasa dan melakukan konser di
bintang-bintang melalui live feed.
Bersama mereka ada Ellison
Onizuka, orang Jepang-Amerika pertama di luar angkasa. Judith Resnick, wanita
kedua di luar angkasa; dan astronot ahli Gregory Jarvis, Dick Scobee, dan Kapten
Michael Smith.
Itu adalah misi besar dengan
pemimpin yang berpengalaman. Michael Smith, sudah pernah terbang dengan pesawat
ulang-alik dan telah menyelesaikan sembilan misi dengan sukses.
Berpengalaman = Aman.
Harusnya sih begitu.
Sebuah Kecacatan Engineering
Kembali pada September 1971,
sebuah laporan yang ditulis kontraktor pertahanan McDonnell Douglas telah
memperingatkan bahwa adanya kemungkinan akan terbakarnya O-Ring pesawat tatkala menaiki orbit—jika itu terjadi dan api
merembet ke tangki bahan bakar hidrogen, maka akan mengakibatkan ledakan.
O-Ring adalah lapisan silikon
yang menjadi penyekat di setiap tangki bahan bakar.
Untuk sementara waktu, NASA
mengatasi teori McDonnel dengan menggandakan O-ring. Tetapi tes lain, pada
tahun 1977, membuktikan bahwa itu tidak cukup.
Tatkala Pembakaran mesin
pesawat, mereka menemukan bahwa sambungan logam tertentu akan memuai dan
membuka celah yang akan mengeluarkan gas yang mengikis O-Ring
Gas-gas tersebut, mereka ketahui,
dapat memicu terjadinya api, dan mengakibatkan ledakan yang akan menghancurkan
pesawat dan semua orang di dalamnya.
Para insinyur yang menemukan
masalah ini, sempat memberikan memo kepada manajer yang bertanggung jawab,
George Hardy dan menjelaskan masalahnya.
Sayang, Hardy tidak pernah
menyerahkan memo itu kepada Morton-Thiokol,
perusahaan yang bertugas mengecek dan merancang ulang sambungan. Alhasil,
perubahan tidak pernah dilakukan.
Pada akhir 1981,
kekhawatiran itu menjadi nyata. Tahun itu, pesawat Columbia kembali dari misi
dengan O-Ring yang terkikis parah, seperti yang diprediksi para insinyur—Dan
selama empat tahun berikutnya, tujuh dari sembilan peluncuran pesawat
ulang-alik akan kembali dengan masalah yang sama.
Penganalisa peluncuran,
bahkan sempat melabeli masalah ini dengan label “Criticality 1” yang artinya adalah perbaikan dan perancangan ulang
model, sifatnya adalah wajib. Jika tidak dilakukan, akibatnya akan fatal.
NASA sepenuhnya menyadari
masalah ini, dan mereka tahu persis seberapa buruk akibatnya apabila tidak
ditangani. Komisaris Richard Feynman telah secara langsung memperingatkan
mereka bahwa, dengan mengabaikannya, mereka memainkan Russian Roullete. “Kau hanya lolos hari ini, terima atau tidak, suatu
hari, peluru (kecelakaan) akan benar-benar datang.” –A/N : Jika gk tau Russian
Roullete, Silahkan Googling
Sayangnya, NASA sangat
bandel. Mereka sempat melakukan tes peluncuran untuk Challenger, dan nyatanya,
dia baik-baik saja. Hal itu memberikan keyakinan bagi NASA untuk mengabaikan
peringatan orang-orang dan melanjutkan agenda dengan kondisi Challenger yang
apa-adanya.
Insinyur Roger Boisjoly
termasuk di antara tokoh-tokoh yang memperingatkan pejabat NASA bahwa pesawat
ulang-alik itu belum siap untuk diluncurkan.
Bahkan setelah 15 tahun berlalu
semenjak Laporan pertama kecacatan dari McDonnel Douglas, NASA masih diberi
satu peringatan terakhir untuk menghentikan peluncuran Challenger.
Dua pria, Bob Ebling dan
Roger Boisjoly, melakukan segala hal yang mereka bisa untuk menghentikan
peluncuran.
Pada bulan Oktober 1985,
Ebeling mengirimkan memo dengan isi: “Peluncuran
Challenger bisa berakhir dengan bencana. Jika diluncurkan saat suhu lebih
rendah dari 4 °C (40 °F), pesawat bisa meledak.”
Masalahnya tentu saja
kembali kepada O-ring. Di masa lalu, NASA selamat dari berbagai macam bencana
karena suhu udara, membut O-Ring terkikis secara perlahan karena adanya
pemuaian
Namun, dalam cuaca dingin
yang membekukan O-Ring, mereka akan terlalu kaku untuk memuai secara tepat
waktu. Jika mereka diluncurkan pada bulan Januari, Ebeling memperingatkan, kru
tidak akan sempat mencapai orbit.
Disisi lain, Roger Boisjoly,
seorang insinyur di Morton-Thiokol,
mengadakan pertemuan dengan pejabat NASA di mana dia memperingatkan mereka
tentang hal yang sama. Jika mereka mencoba meluncurkan di musim dingin,
Boisjoly memberi tahu mereka, itu akan berakhir dengan "bencana tingkat tertinggi."
Sayangnya, pertemuan itu,
nampaknya tidak berakhir mulus. Lawrence Mulloy, perwakilan dari Nasa bahkan
dilaporkan bilang “Lalu kau mau kita
meluncurkan kapan? April mendatang?” dengan Nada sarkatis
Bagi NASA, gagasan untuk
menunda peluncuran itu konyol. Mereka tidak hanya mengabaikan Boisjoly. Mereka
secara terbuka mengejeknya.
Pada akhirnya, Peringatan
Ebeling dan Boisjoly tidak berarti apa-apa, tidak peduli bagaimanapun mereka
mencoba berbicara.
“Aku
berjuang mati-matian untuk menghentikan peluncuran itu,”
kata Boisjoly bertahun-tahun kemudian. "Aku
sangat hancur dari dalam, aku hampir tidak bisa membicarakannya, bahkan hari
ini sekalipun."
Sementara itu, Ebeling
terbaring gelisah di tempat tidur pada malam sebelum peluncuran. Dia sempat
memberi tahu istrinya: "Pesawat Itu
akan meledak."
Hari Terakhir Pesawat Luar Angkasa
Challenger
Di Hari Peluncuran, Awak
Kapal Chalengger menaiki pesawat luar angkasa mereka dengan semangat tinggi.
Kru bernama Judith Resnick
mengingatkan rekan-rekannya untuk memakai dan mengunci sabuk pengaman mereka
dengan benar. Namun, Kapten Smith mengabaikannya.
"Untuk
apa?" Kapten Smith Bertanya dengan percaya diri. Dia tau dari
pengalaman bahwa, hal itu tidak terlalu berguna
"Aku
tidak akan mengunci milikku," Dick Scobee setuju. “Aku Akan berpegangan erat kepada sesuatu.”
Hitung mundur dimulai, mesin
menyala, dan Space Shuttle Challenger lepas landas.
"Ini
dia!" Smith berteriak, bersemangat seperti anak kecil
Sementara itu di daratan,
Boisjoly dan para insinyurnya sedang menyaksikan roket Challenger naik ke luar angkasa. Dan untuk
sesaat, Boisjoly berharap bahwa dia salah dan semuanya akan baik-baik saja.
Boisjoly telah meramalkan
bahwa, jika pesawat itu mengalami kerusakan, maka pesawat itu akan meledak
tepat di landasan peluncuran. Ketika dia melihatnya lepas landas tanpa masalah,
dia dan anak buahnya menganggapnya sebagai bukti misi akan berhasil.
Mereka menyaksikan
Challenger naik selama satu menit penuh sebelum salah satu insinyurnya merasa
cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa prediksi mereka salah.
"Ya
Tuhan," katanya. "Kita
berhasil. Kita berhasil!"
Tepat pada saat itulah nyala
api terlihat dan kerusakan nampak berasal dari posisi O-Ring, persis seperti
yang diprediksi McDonnell Douglas 15 tahun sebelumnya. Kepulan asap putih besar
mulai keluar dari pesawat ulang-alik, dan booster
roket yang paling besar mulai lepas dari tubuh Challenger..
Untuk sesaat, orang-orang di
dalam ruang kendali nampak terdiam menyaksikan kejadian itu, tidak bisa
berkata-kata.
Di bagian luar Challenger,
tangki hidrogen pesawat telah bergesekan dengan tangki oksigen cair. Pada saat
yang sama, pendorong roket kanan, yang mulai berputar, terlihat menghantam sambungan
yang menghubungkan kedua tangki.
Alhasil, Kedua tangki pecah.
Bahan kimia di dalamnya bercampur, menyala, dan meledak menjadi bola api besar
yang menyelimuti seluruh pesawat.
Pesawat ulang-alik berada 15
km (48.000 kaki) di atas bumi ketika terkoyak. Sebagian besar mulai hancur,
dengan hanya potongan-potongan kecil logam yang masih cukup besar untuk
terlihat jatuh dari langit.
Jutaan orang yang menonton
dari rumah percaya bahwa mereka baru saja menyaksikan kematian tujuh orang.
Tapi mereka salah. Awak Challenger, diyakini, masih hidup setelah ledakan. Bagi
mereka, kematian akan lebih mengerikan dibanding ledakan di langit.
Detik Akhir Kru Challenger
Kabin kru selamat dari
ledakan. Kabin itu terlepas dari pesawat tatkala ketujuh anggota awak masih di
dalam. Dengan meledaknya Challenger, Mereka mulai jatuh bebas ke bumi.
Setidaknya, ada beberapa kru
yang sadar ketika terjun bebas dimulai. Setelah ledakan, Resnick dan Onizuka
mengaktifkan Personal Egress Air Packs
mereka, perangkat yang akan memberi mereka pasokan oksigen selama enam menit—Entah
bagaimana, mereka pasti mengira paket udara bisa membuat mereka tetap hidup.
Mereka tidak bisa mengerti
apa yang terjadi. Smith diketahui sempat menarik sakelar power di kokpit. Tampaknya dia belum menyadari bahwa kabinnya
jatuh bebas, dan tidak lagi terhubung ke bagian pesawat yang lain.
Tidak jelas berapa lama
mereka tetap sadar atau berapa lama mereka tetap hidup. Pasokan Oksigen yang
digunakan, diketahui bertahan selama dua menit dan 45 detik. Selama itu, para
astronot mungkin masih terjaga dan bernapas.
Setelah itu, hal yang
diketahui hanyalah mereka terjatuh dan meninggal begitu saja.
Mereka menabrak permukaan
laut dengan kecepatan 333 km/jam (207 mph), bertabrakan dengan benturan yang lebih
buruk daripada kecelakaan darat mana pun.
Smith dan Scobee benar.
Sabuk pengaman mereka tidak berguna. Para kru kemungkinan besar terkoyak dari
tempat duduk mereka, menabrak dinding yang runtuh, dan terbunuh seketika.
Evakuasi Mayat Kru Challenger
Butuh waktu berminggu-minggu
untuk menemukan sisa-sisa kru Challenger, yang telah tersebar di lautan yang
dingin. Mereka menemukan buku catatan, tape recorder dan helm berisi telinga
dan kulit kepala milik kru.
Disisi lain, NASA melakukan apa
saja untuk menyembunyikan fakta tentang betapa mengerikannya bencana Challenger
sebenarnya. Padahal, mereka memiliki kuasa untuk Mencegahnya.
Dalam percakapan dengan
pers, mereka bersikeras bahwa kru telah meninggal di dalam ledakan dan itu
adalah ‘kematian yang cepat’. Mereka bahkan terus-menerus mengaku tidak tahu
apa yang sebenarnya salah dan mengakibatkan kecelakaan terjadi.
Kebenaran baru terungkap tatkala
komisi penyelidikan yang dipimpin oleh William P. Rogers dan diikuti oleh
orang-orang seperti Neil Armstrong, Sally Ride, Chuck Yeager, dan Richard
Feynman menggali jauh ke dalam sumber masalahnya.
Feynman, yang marah atas
kelalaian NASA, menuntut agar laporan atas kecelakaan itu wajib menyertakan kebenaran
secara detail dan rinci, tidak peduli seberapa mengerikannya fakta yang ada.
Feynman menyimpulkan bencana
Space Shuttle Challenger dengan kalimat:
"Realitas harus didahulukan daripada
hubungan masyarakat, karena alam tidak bisa dibodohi." —well said.
Dan, cerita pun berakhir.
Tambahan
:
Awas aja, besok gw bakal nulis artikel perihal “Pendaratan palsu di bulan”. Bukan karena gak percaya Neil
Armstrong, tapi emang lagi emosi aja ama NASA. Memang biadab NASA.
Baca
Juga :
- Prohibition Era dan Kematian 10,000 Warga AS Gara-Gara Alkohol
- Metode Remote Viewing dan Peradaban Alien Kuno Mars
- Perjalanan Antariksa Voyager dan Pencarian Peradaban Alien
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
NASA sebenarnya berjasa dalam beberapa hal.
ReplyDeleteTapi sebagaimana lembaga lain yg dikelola negara (CIA, NSA, FBI dll) lembaga sebesar ini pasti punya borok juga gimanapun menterengnya.
Soal pendaratan di Bulan yg katanya palsu antara gue percaya atau gak sih. Sebenarnya pernah tau ada beberapa acara yg udah mendebunk (Bahasa apa pula ini) soal itu dan di Interstellar juga disebutin kalo pendaratan itu cuma propaganda biar Uni Soviet menghabiskan anggaran untuk riset soal antariksa.
Secara kasar, admin sih percaya percaya aja ama pendaratan di bulan.
DeleteCuman kayaknya menggali beberapa argumen yang mengatakan sebaliknya, seru juga.