Pada tahun 1982, pihak berwenang Rusia sedang memburu seorang yang diduga sebagai pembunuh berantai.
Mayat yang ditemukan, semuanya dibunuh dengan cara yang sama, membuat polisi percaya bahwa itu adalah pekerjaan satu orang, dan satu orang itu kemungkinan akan membunuh lagi.
Dalam upaya pencarian pasca
penyidikan, Mereka percaya bahwa pelaku adalah seorang pria muda yang berusia
30-an.
Mereka sama sekali tidak
memikirkan kemungkinan bahwa pelakunya adalah seorang ayah dengan dua orang anak,
pensiunan tentara beumur 50-an yang bernama Andrei Chikatilo.
Red Ripper of Rostov
Andrei Chikatilo lahir pada
tahun 1936 di tengah kelaparan massal di RSS Ukraina. Dia memulai hidupnya di
gubuk satu kamar untuk petani, dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan dalam
resesi pertanian.
Masa kecilnya, bisa dibilang
bukanlah masa kecil yang bahagia. Dia hidup di bawah keyakinan bahwa kakak
laki-lakinya telah diculik dan dikanibal oleh salah satu tetangganya.
Dia adalah korban bully, dan kehidupan sekolah, sangat
sulit baginya. Dia bertubuh kecil dan relatif lemah, yang menyebabkan dia
menjadi sasaran intimidasi—meskipun sebagian besar siksaan yang dia alami
datang setelah ayahnya ditawan selama Perang Dunia II.
Sebagai konsekuensi dari
"kepengecutan" ayahnya, dia menjadi bahan olok-oolok teman-temannya.
Satu-satunya keunngulan yang dia miliki, adalah bahwa dia sangat cerdas dan
lulus dengan nilai tertinggi di kelasnya.
Namun, cacian yang dia
terima di awal hidupnya telah mengubahnya menjadi pria yang canggung dan
membenci diri sendiri. Dia mencoba beberapa kali pacaran selama masa remajanya,
yang semuanya berakhir ketika dia kemudian tidak dapat melakukan hubungan
seksual.
Di atas perawakannya yang
kecil dan kikuk, impotensinya hanyalah alasan lain bagi teman-temannya untuk
mengejeknya. Khawatir gadis-gadis membicarakannya di belakangnya, dia bahkan pernah
mencoba bunuh diri.
Pada tahun 1957, kehidupan
Andrei Chikitilo hampir berbalik ketika ia direkrut menjadi Tentara Soviet. Dia
menjalani wajib militernya dengan sempurna, dan setelah menyelesaikannya, dia
bergabung dengan Partai Komunis dengan catatan kerja yang diatas rata-rata.
Dia menikah beberapa tahun
kemudian dengan seorang wanita yang dikenalkan oleh adik perempuannya. Meskipun
impotensi, wanita itu menerima dia apa adanya—dan melahirkan dua anak, seorang
putri dan seorang putra.
Pasca itu, kehidupan
Chikatilo semakin membaik. Dia kemudian mengejar pendidikan lanjutan dalam
jurusan Sastra Rusia di Universitas Rostov.
Tak lama, dia pun mendapat
pekerjaan sebagai guru sastra di sekolah setempat.
The Darkness that Follow
Terlepas dari arah hidupnya
yang baru dan lebih baik, bocah lelaki yang lemah dan diejek itu masih hidup di
dalam dirinya.
Ketika dia tidak bisa mengatur
murid-muridnya yang bandel, dia kehilangan akalnya, yang mana berakibat dia
melakukan pelecehan seksual terhadap dua dari mereka.
Awalnya, Dia tidak dihukum dan
masih diizinkan untuk melakukan tugasnya di sekolah, salah satunya termasuk
berpatroli di asrama putri. Itu sebelum kemudian, sekolah terpaksa memecatnya
setelah keluhan pelecehan mulai muncul (tidak ada laporan polisi, sehingga dia
tidak dihukum lebih jauh)
Tampaknya pasca dipecat, ada
sesuatu yang terpicu di dalam diri Chikatilo. Jika dipikir, dia tidak pernah
puas dalam menjalani hidupnya. Mungkin karena trauma masa lalu, entah kenapa
sekarang dia ingin balas dendam.
Meskipun tidak pernah
terbukti (karena Polisi malah menangkap orang lain), diyakini secara luas bahwa
pembunuhan pertama Andrei Chikatilo adalah pembunuhan Yelena Zakotnova yang
berusia sembilan tahun pada bulan September 1978.
Percikan darah gadis itu
ditemukan di dekat rumahnya. Ranselnya, juga ditemukan di tepi sungai di ujung
jalan. Seorang saksi bahkan menggambarkan seorang pria yang sangat mirip dengan
Chikatilo berada di halte bus dengan gadis itu sesaat sebelum dia meninggal.
Pembunuhan itu, jika
Chikatilo yang melakukannya, tampaknya membuatnya percaya bahwa dia bisa lolos
dari pembunuhan. Segera setelah pembunuhan Yelena Zakotnova, lebih banyak mayat
mulai muncul, menunjukkan tanda-tanda penyiksaan yang sama yang dialami gadis
muda pertama.
Semua korban adalah
orang-orang pendatang, anak-anak atau pelarian yang tidak akan dirindukan oleh
siapa pun.
Chikatilo akan menjemput
mereka di halte bus atau stasiun kereta api dan membuntuti mereka. Kemudian, di
area yang sepi mereka akan ditikam menggunakan senjata tajam. Terkadang,
setelah korbannya mati, Chikatilo akan menggigit sebagian daging mereka sampai
robek.
Lalu setelah itu, dia akan
melakukan hubungan seksual dengan mereka sebelum kemudian menyembunyikan mayat
mereka di semak-semak terdekat, menutupinya dengan daun atau tanah.
“Signature
Kill” yang dia lakukan kepada para korbannya, adalah dengan
mencungkil kedua mata mereka (kelak saat
Chikatilo sudah tertangkap, dia mengaku melakukan hal itu karena takut ‘mata
dari orang-orang mati’ itu akan memiliki memori atas wajahnya dan membuatnya ‘ketahuan’—gak
logis, i know)
Secara keseluruhan,
Chikatilo melakukan 56 pembunuhan, kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis
muda, meskipun beberapa dari mereka ada juga laki-laki.
Terlepas dari pembunuhannya,
polisi membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menghukum Chikatilo. Dia
ditangkap dan dibebaskan beberapa kali dalam empat tahun, karena polisi tidak
memiliki cukup bukti dalam keterlibatan Chikatilo.
Pembebasannya yang paling
menonjol terjadi setelah polisi menemukan golongan darahnya tidak cocok dengan
sampel air mani yang mereka ambil dari seorang korban—Belakangan, diketahui
bahwa Chikatilo adalah seorang "non-sekretor",
yang berarti bahwa golongan darahnya berbeda dari cairan tubuhnya yang lain
(penjelasan lebih lanjut, silahkan googling)
Akhir Kisah Red Ripper
Akhirnya, pada tahun 1990,
hampir dua puluh tahun setelah dia memulai pembunuhan, Chikatilo ditangkap
dengan bukti yang cukup. Saat semua sudah terbongkar, Chikatio pun mau mengakui
semuanya.
Dari 56 pembunuhan yang dia
akui, 53 di antaranya sudah diverifikasi polisi. Dalam tes psikologis yang di
lakukan untuk mengetes kejiwaannya, Chikatio dinyatan waras dan mampu diproses
secara hukum dengan ‘normal’ (tanpa ada keringanan hukuman bagi orang ganguan
jiwa)
Saat di pengadilan, dia
ditahan di kandang besi untuk memisahkannya dari juri, di mana dia berulang
kali menyanyikan lagu, mengoceh dengan omong kosong, dan memelorotkan celananya
sendiri.
Terlepas dari perilaku
maniaknya, hakim menyatakan Andrei Chikatilo bersalah, dan kemudian menjatuhkan
hukuman mati. Pada Hari Valentine tahun 1994, dia pun dieksekusi mati.
The
End.
Baca
Juga :
- Acid Bath Killer, Sebuah Pembunuhan Ala Breaking Bad
- Pembunuhan Sadis dan Ritual Satanic Chicago Ripper Crew
- Pork Chop Rob, Pembunuh Berantai Terburuk dalam Sejarah Kanada
- Serial Killer Blacklist : Kasus Pembunuhan Berantai Jack The Ripper
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Fotonya diatas itu rasanya disturbing banget.
ReplyDeleteAnjir. Emang. Ekspresinya berasa 'gak bener'
Delete