Minggu, 8 Juni 2008, Pada 12:33 di Akihabara. Seorang pria diketahui menabrak kerumunan menggunakan truk, menewaskan tiga orang dan melukai dua lainnya; dia kemudian menikam setidaknya 12 orang menggunakan belati, menewaskan empat orang dan melukai delapan orang.
Ini adalah kasus yang
dikenal sebagai Akihabara Massacre
Kasus Pembantaian Akihabara
Departemen Kepolisian
Metropolitan Tokyo menangkap Tomohiro Katō yang berusia 25 tahun karena melakukan
pembantaian gila di pusat perbelanjaan Akihabara. Tersangka yang saat itu
mengenakan T-shirt hitam dengan jaket dan celana panjang off-white adalah warga
Susono, Shizuoka.
Dengan motif yang kurang
jelas, Katō diketahui mengendarai truk Isuzu sewaan seberat dua ton ke arah
kerumunan di persimpangan jalan Kanda
Myōjin-dōri dan Chūō-dōri di
Akihabara.
Sementara jalan Kanda
Myōjin-dōri terbuka untuk lalu lintas, Chūō-dōri ditutup untuk lalu lintas
kendaraan demi kenyamanan pejalan kaki yang berbelanja—sebut saja itu adalah car free day yang dilakukan setiap hari
Minggu dan selama hari libur.
Polisi mencatat aksi Katō
dimulai pada pukul 12:33 siang. ketika dia menabrak lima orang dengan truk,
setelah mengabaikan lampu merah.
Ketika beberapa orang berkumpul
untuk membantu para korban, dia kemudian meninggalkan truk dan menikam setidaknya
12 orang—menurut seorang saksi, Katō menikam orang sambil berteriak-teriak.
Polisi mengejarnya dan
memojokkannya di gang sempit, dan seorang petugas polisi menodongkan pistol ke
arahnya; dia menjatuhkan pisaunya dan ditahan oleh polisi pada pukul 12:35.
sekitar 170 meter (600 kaki) dari truk.
Proses Evakuasi
Setidaknya 17 ambulans
langsung dikirim ke TKP, ketika orang yang lewat mencoba membantu dan menyelamatkan
para korban. Lima dari korban dilaporkan meninggal di tempat kejadian.
Awalnya dilaporkan dua orang
tewas akibat serangan itu, dan pada siang hari jumlah korban tewas meningkat
menjadi tujuh orang. Kemudian ditentukan melalui otopsi bahwa tiga korban tewas
akibat ditabrak truk sementara empat lainnya tewas ditikam.
Menurut polisi dan petugas
rumah sakit, enam dari tujuh yang tewas adalah laki-laki, mereka adalah Kazunori Fujino dan temannya Takahiro Kamaguchi (19), Katsuhiko Nakamura (74), Naoki Miyamoto (31), Mitsuru Matsui (33), dan Kasuhiro Koiwa (47). Sementara korban perempuan adalah Mai Muto (21)—Catatan komunikasi
menunjukkan bahwa Mai Muto sempat melakukan panggilan darurat ke polisi dari
ponselnya, meskipun dia tidak meninggalkan pesan apapun
Kemungkinan
Motif
Tiga hari sebelum serangan,
pada tanggal 5 Juni, Katō sempat menuduh orang-orang di tempat kerjanya
menyembunyikan pakaiannya, dan segera keluar di jam kerja saat itu juga—Rupanya
dia percaya pada titik ini dia akan dipecat, padahal sebenarnya tidak.
Kemungkinan besar, Katō
hidup di lingkungan yang tidak dia sukai dengan kehidupan yang tidak menyenangkan
pula.
Sebelum aksinya, dia diketahui
sempat memposting pesan dari ponselnya ke situs web "Extreme Exchange, Revised", mengungkapkan niatnya untuk melakukan
serangan.
Dalam situs itu, kalimat
pertama yang dia tulis adalah "Aku akan membunuh orang di Akihabara." Kemudian
diikuti dengan pesan, "Seandainya Aku punya pacar, Aku tidak akan berhenti
bekerja," (What?! -_-)
"Jika aku punya pacar, aku tidak akan pernah kecanduan ponsel.
Siapa pun yang memiliki harapan tidak mungkin mengerti bagaimana perasaanku," dan
"Aku tidak punya
satu teman pun dan aku tidak akan memilikinya di masa depan. Aku akan diabaikan
karena Aku jelek. Aku lebih rendah dari sampah karena setidaknya sampah dapat
didaur ulang."
Pakar psikologis, menyebut
bahwa masalah Katō adalah contoh kasus Hikikomori
atau Ansos (Anti Sosial) yang sudah terlalu ekstrim, yang kemudian menimbulkan
perasaan ingin bunuh diri dan melukai orang lain.
Dalam pesan itu, diuraikan
juga seluruh rencananya untuk menabrak orang dengan truk sampai truk itu tidak
bisa digunakan, sebelum kemudian melanjutkan killing spree nya menggunakan pisau—Dia kemudian sengaja menunggu
jalan Chūō-dōri dibuka untuk pejalan
kaki pada siang hari agar rencananya ini berhasil.
Detail Penyelidikan
Sebenarnya, alasan Katō
memposting pesan itu di internet, adalah karena dia memiliki harapan kecil
bahwa polisi akan melihatnya dan dia bisa ditangkap sebelum melancarkan
aksinya. Namun karena apa yang dia harapkan tidak kunjung datang, dia pun
benar-benar melakukan aksinya.
Katō Diketahui menghapus
semua kontak dari ponselnya sesaat sebelum serangan, tujuan yang dia akui
adalah untuk menghindari komunikasi dengan orang-orang yang dia kenal.
Pisau yang dia gunakan untuk
membunuh, dilaporkan dibeli dua hari sebelum serangan dari sebuah toko
perlengkapan militer di Fukui sekitar pukul 12:40.
Katō menghabiskan sekitar 20
menit di toko, dan membeli pula tongkat
teleskopik dan sepasang sarung tangan kulit. CCTV sempat menangkapnya
berbicara dan tertawa kepada penjaga kasir sembari menunjukkan gerakan menusuk.
Katō datang ke Akihabara
sehari sebelum penyerangan untuk menjual komputer pribadinya dan beberapa
barang elektronik untuk mengumpulkan uang guna menyewa truk
Pemberitaan Kasus dan Konsekwensi
Secara Akibat, Serangan itu
menjadi berita utama nasional (bahkan global) dan mengirimkan gelombang kejutan
ke seluruh Jepang, mengguncang kepercayaan publik terhadap apa yang secara
tradisional dianggap sebagai masyarakat yang aman dari kejahatan kekerasan.
Pemerintah nasional
mengatakan akan meninjau undang-undang yang mengatur kepemilikan pisau (jenis
militer). Komisi Keamanan Publik Metropolitan Tokyo mengumumkan bahwa upaya buka
tutup jalan Chūō-dōri yang telah
berlangsung selama 35 tahun (pada hari Minggu dan hari libur) akan ditangguhkan
sampai langkah-langkah keamanan ditinjau lebih lanjut.
Dalam sebuah warancara
televisi, Orang tua Katō pada akhirnya memberikan permintaan maaf atas anaknya
kepada publik nasional dan terutama para korban.
Konami bahkan membatalkan
tiga acara peluncuran Metal Gear Solid 4:
Guns of the Patriots di Tokyo, pasca kejadian itu. Mereka mempertimbangkan
keselamatan pengunjung akibat dari serangan tersebut (berjaga-jaga biar gak ada
orang setress yang ikut-ikutan nyerang acara Konami)
Pembantaian itu juga memicu
banyak perdebatan di dunia per-Netizen-an Jepang ketika ditemukan bahwa dua
pengguna Ustream telah menyiarkan
kejadian itu secara langsung dengan streaming,
menarik pemirsa yang diperkirakan antara 1000 dan 3000 orang.
Serial Power Ranger lokal
bahkan harus merubah senjata para Ranger mereka dari belati (pisau) menjadi
Pedang pasca kejadian Akihabara Massacre,
untuk menghormati para korban yang meninggal dalam kejadian tersebut.
Media mengaitkan insiden itu
dengan budaya Otaku dan menekankan bahwa, permasalahan Hikikomori atau Anti Sosial
adalah sebuah epidemi nasional yang harus dikaji dan ditangani demi kenyamanan
bersama
Konsekwensi yang paling
parah dari semuanya, terjadi Pada April 2014, dimana saudara laki-laki Katō
yang berusia 28 tahun para akhirnya melakukan bunuh diri. Hal tersebut,
diketahui karena dia tidak mampu lepas dari omongan orang atas kelakuan Katō
dan harus menanggung malu selama bertahun-tahun.
Vonis Hukuman Katō
Pada tanggal 24 Maret 2011, Katō
dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Distrik Tokyo setelah dinyatakan
bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut.
Pada bulan September 2012
Pengadilan Tinggi Tokyo menguatkan hukuman mati di tingkat banding. Katō telah
menyatakan penyesalannya atas pembantaian tersebut. Dia mengakui bahwa dia
menyesal dan meminta maaf.
Setelah mengajukan pengakuan
bersalah, dia mengatakan bahwa dia sepenuhnya sadar dalam melakukan aksinya,
meskipun dia tidak ingat sebagian besar kejadiannya.
Mahkamah Agung Jepang
menguatkan hukuman mati pada 2 Februari 2015.
End
Of Story
Baca
Juga :
- Kasus Sankebetsu Attack, Pembunuhan Berantai Beruang Raksasa
- Kasus Penyekapan, penyiksaan da Pembunuhan Sadis kepada Junko Furuta
- Osaka School Massacre, Pembunuh yang menyusup ke sebuah SD
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Mukanya udah keliatan kaya orang yg kena mental.
ReplyDeleteGa ada pacar? Lo mah masing mending kerja. Lah gue (Mulai dah lomba adu nasib) pacaran dari brojol aja kaga. Sekarang juga nganggur (Efek covidiot). Tapi ga segila itu juga sampe nyabut nyawa orang lain.
Jepang dari yg gue tau emang rata rata Introvert yg individualis dan mandiri walaupun punya nilai moral tinggi (Pas bencana alam ga njarah misalnya. Tetap antri untuk bantuan). Ga heran banyak hikikomori disana. Walaupun seharusnya introvert bukan alasan untuk menjadi Hikikomori karena Hikikomori lebih disebabkan Social Anxiety.
Admin sendiri percaya bahwa.. "jatuh" adalah berkah paling Ultimate yang bisa didapat manusia. Karena dari jatuh, seseorang bisa belajar untuk bangkit kembali.
Delete..
Memang sebuah alasan yang konyol "gak punya pacar" dijadikan justifikasi untuk melakukan kejahatan.
Lebih konyol lagi, kejahatan seperti ini akan terus dikenang sebagai kejahatan 'tingkat kroco' yang pelakunya , akan selamanya dianggap sebagai pecundang.
..