Kobe Child Murders mengacu pada serangkaian pembunuhan yangterjadi di Kobe, Jepang, antara Maret dan Mei 1997. Pembunuhan tersebut menimbulkan gelombang kejut di seluruh negeri dan traumatis bagi penduduk Kobe. Pasalnya, banyak dari mereka baru saja membangun kembali rumah dan kehidupan yang telah hancur oleh gempa bumi yang menewaskan lebih dari 6.000 orang pada Januari 1995.
Kasus
Kobe Child Killer
Pada tanggal 10 Mei 1997,
sekelompok gadis muda diserang oleh seseorang dengan palu di Kobe, Jepang.
Ajaibnya, mereka semua berhasil melarikan diri dengan hanya mendapat luka kecil
saja.
Enam hari kemudian, Ayaka
Yamashita yang berusia 10 tahun diserang oleh seseorang yang memegang palu dan
pisau. Tragisnya, dia tidak dapat melarikan diri dari serangan itu dan dipukul
sampai mati
Hanya satu jam setelah
serangan terhadap Ayaka, seorang gadis berusia 9 tahun diserang di lingkungan
yang sama. Dia menderita beberapa luka tusuk. Dia dilarikan ke rumah sakit di
mana dia selamat dari serangan itu. Sekitar waktu yang sama, sejumlah hewan
ditemukan mati, banyak di antaranya telah dimutilasi.
Pada tanggal 27 Mei, murid-murid Sekolah Dasar Tainohata disuguhi pemandangan yang mengerikan
ketika mereka tiba di sekolah hari itu. Di depan gerbang sekolah nampak
tergantung kepala siswa yang dipenggal. Jun Hase (11 Tahun) yang telah hilang
selama beberapa hari. Matanya dicungkil dan mulutnya digorok dari telinga ke
telinga
Di dalam mulutnya, si
pembunuh telah meninggalkan catatan kejam yang berbunyi: "Ini adalah awal dari permainan ...
Cobalah untuk menghentikan ku jika kalian bisa wahai polisi bodoh ...Aku sangat
ingin melihat orang mati, aku ingin sekali melakukan pembunuhan selanjutnya. . Pertumpahan
darah dibutuhkan untuk membersihkan diriku dari tahun-tahun kepahitan yang luar
biasa. ”
Di sebuah bukit tak jauh
dari sekolah, polisi menemukan tubuh Jun Hase yang sudah dimutilasi.
Alias “Seito Sakakibara”
Menyusul penemuan itu, surat
kabar Kobe Shinbun menerima surat
dari si pembunuh. Dia mengidentifikasi dirinya sebagai "Seito Sakakibara" dan mengklaim bahwa dia membunuh untuk
membalas dendam pada sistem pendidikan Jepang yang dikenal kaku dan penuh intimidasi.
“Adalah kesalahan besar untuk
berpikir bahwa aku adalah pembunuh kekanak-kanakan yang hanya bisa membunuh
anak-anak,” bunyi surat itu. Surat itu mengulangi
peringatan sebelumnya tentang rencana pembunuhan lain dan ejekan kepada polisi.
Gaya tulisan dalam surat itu
sesuai dengan tulisan di surat lain yang ditemukan di mulut Hase. Di dalamnya, juga
terdapat informasi yang belum dipublikasikan (kemungkinan tentang ciri-ciri
mayat Hase). Menunjukkan bahwa surat itu asli dari sang pembunuhan dan bukan merupakan
tipuan.
Dalam surat itu, si pembunuh
menyebut anak-anak sebagai "sayuran kotor" dan mengancam akan
membunuh tiga orang dalam seminggu jika namanya salah dilaporkan lagi.
Awalnya, media menyebut si
pembunuh sebagai "Onibara."
Menurut surat itu, “Seito”
bukanlah sebuah kode, teka-teki atau nama panggilan. Sang pembunuh mengaku
kalau itu adalah nama aslinya—Seito dalam
bahasa Indonesia, artinya adalah Murid. Polisi mengartikan kalau kata Seito
adalah kode yang menjelaskan kalau si pembunuh adalah seorang siswa sekolah.
Pembunuh itu menggambarkan
dirinya sebagai "pria tak
terlihat" dengan status "tanpa
kewarganegaraan." Dia juga mendesak polisi untuk menanganinya dengan
serius karena dia mempertaruhkan nyawanya dengan melakukan kejahatan yang bisa
membuatnya digantung.
"Aku tidak akan mengatakan bahwa polisi harus mempertaruhkan
nyawa mereka, tetapi setidaknya, tangkap dan carilah aku dengan serius."
Pada akhirnya, Polisi
mengerahkan lebih dari 500 penyelidik untuk menangani kasus pembunuhan ini.
sementara para orang tua yang takut, mulai membuat siskamling dan mengawal anak-anak mereka tatkala berangkat dan
pulang sekolah.
Penangkapan
Seito Sakakibara
Pada tanggal 28 Juni,
Penduduk Jepang kaget mengetahui bahwa seorang siswa sekolah berusia 14 tahun
barusaja ditangkap. Dia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan di
Kobe.
Setelah ditangkap, dia mengakui
2 pembunuhan yang dia lakukan terhadap Ayaka Yamashita dan Jun Hase. Di
rumahnya, polisi menemukan buku harian di mana dia menggambarkan pembunuhan
yang dia lakukan kepada Ayaka. Dia juga mengaku kepada polisi bahwa dia telah
mencuci kepala Jun yang terpenggal di pemandian keluarga untuk "melepaskan
jiwanya."
Menurut orang-orang yang
mengenal si pelaku, dia adalah sosok yang mudah berteman tetapi dikenal cukup
aneh; dia pernah memberi tahu teman-temannya bahwa hobinya termasuk
mengumpulkan bola mata dan lidah kucing.
Menurut si pelaku, dia
terinspirasi untuk menulis surat kepada polisi setelah membaca tentang Zodiac
Killer. Dia juga memiliki buku-buku tentang Hitler dan beberapa autobiografi pembunuh
berantai
Setelah penangkapannya, ia
menjalani perawatan psikiatris di suatu panti asuhan dan pada tahun 2004, dia
dibebaskan untuk sementara. Disusul dengan pembebasan penuh yang diumumkan pada
1 Januari 2005.
Setelah dibebaskan, dia
menulis surat permintaan maaf kepada orang tua dari dua korban pembunuhannya.
Ini adalah pertama kalinya dia secara langsung menyatakan permintaan maaf atas
apa yang telah dia lakukan.
Isi surat-surat itu tidak
diungkapkan kepada publik tetapi menurut ibu Ayaka, dia menerima surat itu dan
berkata: "Saya akan memikirkannya kembali
..." Motivasi sebenarnya untuk apa yang mendorong remaja laki-laki itu
untuk membunuh, tidak pernah sepenuhnya dijelaskan karena privasi.
Sebuah
Buku dari Sang Pembunuh
Pada 2015, Seito Sakakibara menerbitkan sebuah buku
yang membahas pembunuhan yang dia lakukan. Buku ini menjadi sebuah kontroversi
karena secara langsung menodai permintaan maaf kepada publik yang pernah dia
lakukan pasca pembunuhan.
"Menurutku: Itu adalah
pemandangan yang indah," tulisnya, mengacu pada
kejadian pemenggalan kepala Jun dan saat dia memamerkannya di tempat umum.
Dia juga mengaku bahwa
sebelum memamerkan kepala Jun di gerbang SD Tainohata,
dia sempat membawa kepala Jun ke kamar mandi di rumahnya dan melakukan
perbuatan yang ‘jauh lebih keji daripada
pembunuhan.’
Menurut Sakakibara, saat remaja, dia adalah sosok "penyimpang seksual yang tidak dapat diperbaiki" yang
puas dengan memutilasi hewan sebelum akhirnya pindah untuk membunuh manusia. “Ketika aku melanjutkan
pendidikan ke SMP, aku sudah bosan membunuh kucing, dan secara bertahap
menemukan diriku berfantasi tentang bagaimana rasanya membunuh sesama manusia”
tulisnya.
Dalam epilog, dia berbicara
tentang rasa bersalah yang dia rasakan atas serangkaian pembunuhan dan
menawarkan permintaan maaf sekali lagi kepada para orang tua korbannya: “Aku tidak bisa
terus diam tentang masa laluku. Aku harus menuliskannya dan memberitahu
orang-orang atas apa yang aku rasakan. Kalau tidak, aku merasa kalau aku akan
menjadi gila” katanya.
Terlepas dari itu,
penerbitan buku tersebut tentu saja menimbulkan kemarahan publik. Terlebih
lagi, karena terdapat detail-detail sensitif atas pembunuhan yang terjadi.
Mamoru Hase, ayah Jun,
meminta untuk buku itu ditarik dari pasaran. Dia mengatakan: “Buku itu benar-benar menginjak-injak
perasaan kami. Jelas bahwa dia tidak menyesal atas apa yang dia lakukan.”
Disisi lain, penerbit, Ota Publishing Co., tetap melanjutkan
publikasi karena mereka menganggap catatan
si pembunuh penting untuk disebar ke publik di tengah meningkatnya kekhawatiran
atas parahnya kriminal remaja.
Buku tersebut terjual habis
100.000 hanya dalam tiga minggu, menghasilkan royalti untuk Sasakibara sebesar kurang lebih $93.000,
Setelah penerbitan bukunya, Sasakibara diketahui membuat situs web
untuk mendokumentasikan hidupnya. Dalam web tersebut terdapat rincian biografi,
seperti tinggi dan berat badannya dan rinci bahwa ia menderita delusi yang
luas. Di bagian galeri, ada foto-foto pria telanjang mengenakan topeng.
Tak lama setelah situs web
itu diluncurkan, sebuah tabloid Jepang mempublikasi nama asli dan foto Seito Sakakibara. Hal ini nampaknya
didasari dari penolakan pihak tabloid atas hukum perlindungan kriminal di bawah
umur.
The Shakan Post mengidentifikasi dia sebagai Shinichiro Azuma. Mereka juga mengumumkan bahwa dia tinggal di Prefektur Saitama, sebelah utara Tokyo, dan dia bekerja sebagai tukang las di lokasi konstruksi.
Baca
Juga :
- Sasebo Slasher, Kasus Dibalik Meme Populer “Nevada-tan”
- Serial Killer Blacklist : Penjelasan Lengkap Kasus Zodiac Killer
- Ubasute, Tradisi membuang orang tua di Jepang
Tag : Biografi Seito Sakakibara, Seito Sakakibara adalah, Kasus
pembunuhan Kobe Child.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Pak Penerbit, anaknya aman pak?
ReplyDeleteDijaga ya pak? Biar ga merasakan yg dirasakan orang tua korbannya Seito :*
konyol sih penerbitnya,,
ReplyDeletesikopat nggak tau malu itu dibiarkan hidup ? negara yang aman....
ReplyDelete