Pada dini hari tanggal 5 September 1986, gerombolan pria bersenjata membajak Pan Am Flight 73 di Pakistan dan menuntut perjalanan ke Israel. Ini adalah sebuah kisah pembajakan yang pada akhirnya, akan mengakibatkan puluhan korban berjatuhan.
Kasus Pan Am Hijack
Saat itu menjelang fajar
pada 5 September 1986, ketika sekitar 400 penumpang di atas Pan Am Flight 73
disandera oleh gerombolan teroris.
Pesawat bertipe Boeing 747
itu baru saja mendarat di Karachi, Pakistan, ketika anggota Organisasi Abu
Nidal tanpa diundang langsung menyerbu pesawat. Mereka mempersenjatai diri
dengan sabuk peledak, granat, dan AK-47.
Rencana mereka adalah untuk
mengubah rute penerbangan awal, dan menuju ke Israel demi membebaskan tahanan
Palestina serta memberontak melawan Amerika Serikat dengan mengeksekusi
penumpang asal barat.
Dalam penyanderaan selama 17
jam tersebut, 20 dari 379 penumpang dinyatakan tewas. 100 diantara penumpang
tersebut mengalami luka parah.
Sebenarnya Apa yang terjadi?
Pan Am 73 baru saja mendarat
di Karachi setelah berangkat dari Mumbai, India, dan sedang dalam perjalanan ke
Jerman sebelum kemudian hendak ke New York.
Itu adalah pukul 6:00 pagi
ketika segerombol orang bersenjata, tiba-tiba masuk ke bandara dan membajak
pesawat tersebut.
Mereka dengan cerdik
menyamar sebagai anggota Pasukan Keamanan Bandara, membuat mereka (dengan
sangat mudah) melintasi landasan, sembari mengendarai mobil van (milik bandara)
dengan sirene yang nyaring.
Melihat Pan Am yang ingin
melakukan keberangkatan, mereka pun mendekati pesawat tersebut dan masuk. Saat
mereka naik ke pesawat, salah satu dari mereka nampak menembakkan senapannya di
dekat kaki staff dan berteriak agar pintu
kabin dikunci.
Pramugari yang bernama
Sunshine Vesuwala, kemudian disuruh oleh para teroris untuk memberi tahu Pilot.
Dia dengan perlahan mendekati kokpit untuk memberitahu sang Kapten.
Vesuwala yang membuka pintu
kokpit langsung terkejut saat dia melihat sang Pilot dan co-Pilot rupanya sudah melarikan diri dari pesawat melalu pintu
darurat di langit-langit.
Tidak hanya Vesuwala, bahkan
para pembajak itu ikut terkejut menyadari Pilot yang melarikan diri. Vesuwala
sebenarnya awalnya cukup kesal, namun dia pada akhirnya merelakan saja dan
berharap sang pilot dapat lolos dan memanggil bantuan.
Detik itu, ancaman para
teroris sudah tidak dapat disembunyikan lagi. Pada akhirnya, seluruh penumpang
diberitahu keadaan dan diminta untuk tidak melakukan hal yang sembrono.
Itulah awal dari pembajakan.
Negosiasi dengan Teroris
Pasca para pramugari dan
staff pesawat berhasil membuat kesepakatan dengan para teroris tersebut, Viraf
Doroga, direktur Pan Am Karachi, menghubungi para teroris melalui megafon. Dia
kemudian menjanjikan mereka satu set pilot baru untuk menerbangkan mereka ke
mana pun yang mereka inginkan dalam waktu satu jam—syaratnya, para sandera tidak ada yang disakiti.
Sayang sekali, janji itu
hanyalah janji palsu. Itulah saat pembajakan itu berubah menjadi mengerikan.
Marah dengan janji yang
dilanggar, para pembajak memaksa penumpang berkebangsaan Amerika-India berusia
29 tahun Rajesh Kumar ke pintu pesawat yang terbuka dan menembaknya di kepala.
Empat jam setelah
melemparkan tubuh Rajesh Kumar dari pesawat, para teroris tersebut kemudian
memaksa pramugari untuk mengumpulkan paspor semua orang sehingga mereka dapat
mengidentifikasi semua penumpang.
Mereka memang terlihat
sengaja menargetkan orang-orang berkebangsaan Amerika. Dan hal tersebut tentu saja
langsung membuat panik orang-orang dari Amerika Serikat.
Kala itu, para pramugari
dengan berani mencoba menyembunyikan dokumen Amerika sebanyak mungkin. Berharap
bahwa mereka dapat menyelamatkan nyawa orang-orang. Sayangnya, hal tersebut
malah menimbulkan kecurigaan dari para teroris.
Tanpa satu pun paspor AS di
tangan, para teroris kemudian memilih penumpang Inggris dan memerintahkan
mereka untuk duduk di lantai. Menyebut mereka sebagai “rencana cadangan”
apabila aksi mereka, berjalan tidak sesuai keinginan.
Kekacauan di dalam Pesawat
Sekian jam berlalu, dan para
teroris itu mulai tidak sabar dengan janji janji kosong yang diberikan oleh
sang negosiator diluar pesawat.
Mereka mengancam negosiator bahwa mereka akan membunuh satu penumpang setiap 15
menit, apabila pilot yang dijanjikan tak kunjung datang.
Kemudian dalam masa-masa
tegang itu, listrik di pesawat tiba-tiba mati. Para penumpang yang ketakutan
mulai panik dan riuh. Para teroris tersebut mungkin beranggapan bahwa mati
listrik ini dilakukan oleh orang-orang diluar pesawat. Hal tersebut membuat mereka
mulai menembakkan senjata mereka ke penumpang.
Keadaan sangat kacau, para
penumpang mencoba berlarian dan bersembunyi. Beberapa penumpang yang berhasil
mencapai pintu pesawat langsung membukanya dan terjun keluar dari ketinggian 20
kaki untuk menyelamatkan diri. Beberapa mengikuti.
Menyadari aksi mereka
berantakan, beberapa teroris pun pada akhirnya ikut keluar dari pesawat dan
berusaha melarikan diri.
Penyelamatan yang terlambat.
Tentara Pakistan terjun ke
lapangan tatkala keadaan sudah helter
skelter alias kacau balau. Mereka bergegas naik pesawat untuk menangkap gerombolan
teroris tersebut, sementara para teroris yang kabur, diringkus di landasan
pesawat oleh para petugas bandara.
Bersamaan dengan itu, 20
korban ditemukan sudah tidak bernyawa. Sedangkan 100 korban lain mengalami luka
berat (akibat tembakan dan terjun 20 kaki dari pintu pesawat).
Ratusan sepatu dan pakaian
yang berlumuran darah, memenuhi bandara Karachi sebagai pengingat ketidak
mampuan para penegak hukum, dalam menyelamatkan nyawa yang telah pergi.
In The End.
Dalam catatan kasus, para
teroris itu divonis hukuman mati di Pakistan pada tahun 1988. Namun pemimpin
mereka dibebaskan pada tahun 2001, dan komplotan yang lain pada tahun 2008.
Tatkala bebas dari hukum Pakistan,
Amerika serikat memburu komplotan tersebut dan berhasil menangkap sang pemimpin
di Bangkok. Dia kemudian dibawa ke Amerika untuk menjalani proses hukum Amerika—yang
mana memberikan hasil 160 tahun penjara, dan pada akhirnya membuat dia ditahan
kembali di Penjara Florence, Colorado.
Disisi lain, komplotan yang
lain masih buron. FBI menawarkan imbalan sebesar 5 juta dolar bagi siapa saja
yang mampu memberikan informasi atas orang-orang tersebut.
End
Of Story.
- Kasus Gary Plauche dan kisah balas dendam seorang Ayah
- Kasus Norjak dan Pembajakan Pesawat D.B Cooper
Tag : pembajakan pesawat paling, kasus pembajakan pesawat.
Pembajakan pan am
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Inisiatif pramugari nya buat nyembunyiin dokumen penumpang Amerika keren.
ReplyDeleteKacau sih menurut gue kasusnya.