Pada tanggal 18 Mei 1927 di Bath, Michigan, seorang bernama Andrew Kehoe, anggota dewan dari Bath Consolidated School meledakkan ratusan kilogram dinamit di sekolah tersebut
Dalam
tragedi itu, 38 anak-anak dan 6 orang dewasa tewas seketika.
Kejadian
tersebut, sering disebut sebagai Bath School Massacre, dan sampai hari
ini, tetap menjadi pembantaian sekolah terburuk dalam sejarah Amerika.
Sebenarnya
apa yang terjadi?
Kehoe adalah seorang petani.
Dia sebenarnya adalah anggota masyarakat yang dihormati. Itulah alasan dia
terpilih menjadi dewan di Bath Consolidated
School, dimana dia menjabat sebagai bendahara.
Pada musim semi 1927, hidup
sedikit keras untuk Kehoe. Mungkin karena itu, dia menjadi sosok yang paranoid.
Dia percaya bahwa hidupnya telah dihancurkan secara finansial oleh penduduk
kotanya.
Kala itu, seluruh penduduk
kota telah menyetujui pembangunan sekolah baru yang dananya tidak sedikit. Dana yang diminta oleh
warga kepada Kehoe bisa dibilang sangat mahal, dan melebihi batas wajar.
Memang, sebagai bendahara,
sudah seharusnya tugas Kehoe untuk menyediakan dana. Jika dana Kas tidak mencukupi,
maka Kehoe harus membuat proposal dan mengajukannya kepada investor atau
semacamnya.
Pembangunan yang terlalu buru-buru,
membuat Kehoe mengalami kesulitan dalam mencarikan dana. Terkadang, Kontraktor
ataupun salah seorang penanggung jawab, akan menelfonya di jam-jam yang tidak
wajar untuk meminta pendanaan tambahan.
Disuatu titik, bahkan Kehoe
harus mengambil dana tabungannya sendiri, untuk memperlancar pembangunan (alias
agar tidak mandek). Tentu saja, rencana awal Kehoe, dia akan meminta kembali
uang tabungan yang dia gunakan sementara itu, saat proyek sudah berakhir.
Namun semakin lama
pembangunan dilakukan, dia semakin sadar kalau dana pembangunan yang dibutukan,
tidak sebanding dengan uang investasi yang masuk. Ketidak siapan finansial ini,
membuat Kehoe dipaksa mencarikan dana secara militan. Sebuah permintaan tolong, langsung berubah menjadi ; “Pokoknya dana harus ada” , Hal ini
tentu saja untuk memuaskan para pertinggi dewan sekolah yang meng-klaim bahwa pembangunan
sekolah baru di Bath, akan menjadi
simbol kebangaan kota.
Disisi lain, Kehoe sudah
benar-benar mengabaikan keuangannya sendiri. Sebuah kebijakan untuk menaikkan
pajak tanah yang datang dari atasannya, bahkan mempengaruhi finansial Kehoe
Secara langsung—Hal ini tentu saja, hanya
demi membiayai pembangunan sekolah baru di kota itu.
Kala itu, Kehoe benar-benar
sudah berhenti membayar asuransi dan benar benar pada titik bangkrut. Meskipun
begitu, dia masih memiliki tanggungan untuk mencarikan dana pembangunan dari
sumber lain.
Karena banyaknya tuntutan
dana dan banyaknya gangguan yang mempengaruhi kenyamanan Kehoe, dia pada
akhirnya memutuskan untuk ‘cukup sudah’
Dia memutuskan untuk
membalas ‘dendam’ kepada seluruh kota dengan cara menimbun ratusan kilogram
bahan peledak di ruang bawah tanah sekolah Bath Consolidated School.
Pembalasan Andrew Kehoe
Kehoe menghabiskan waktu
berbulan-bulan merencanakan aksinya, sebelum dia benar-benar menempatkan tumpukan
dinamit dan Pyrotol (Bahan peledak
yang populer di Perang Dunia I) di ruang bawah tanah sekolah Bath Consolidated
School
Untuk memastikan aksinya ini
tidak akan mendapat gangguan, dia bahkan tega membunuh istrinya sekitar satu
hari sebelum 18 Mei (Hari Kejadian). Dia
kemudian tanpa ragu, langsung meledakkan rumahnya dan seluruh lahan pertanian
yang dia miliki—Hal ini, seakan
menegaskan bahwa, dia tidak akan mundur.
Pada pukul 09:45. Tepat
seperti set timer yang diatur oleh Kehoe,
ledakan yang datang dari arah sekolahan terdengar ke seluruh penjuru kota. Sayap
utara sekolah Bath Consolidated School
hancur dalam ledakan, dan seketika itu pula, 36 anak-anak dan 2 guru,
dinyatakan tewas (dikabarkan kalau ada
beberapa anak yang selamat namun mengalami luka yang sangat parah dan kritis,
mereka meninggal 1 tahun kemudian).
Setengah Jam setelah ledakan,
Kehoe terlihat mengendarai truknya menuju ke sekolah (Bom yang meledak di jam 09:45 menggunakan timer, dan ini si Kehoe baru
mau ngecek sekolahnya). Di dalam truk yang dikendarainya itu, Kursi
belakangnya penuh dengan pecahan logam yang ditumpuk di atas dinamit.
Tatkala truk itu sudah masuk
ke pekarangan sekolah, Kehoe langsung menembakkan senapan ke tumpukan dinamit
yang dibawanya. Truk itu meledak, menewaskan Kehoe, pengawas sekolah, dua orang
dewasa lainnya, dan seorang anak yang lolos dari pengeboman di dalam.
Dalam proses evakuasi, petugas penyelamat mencari melalui puing-puing sekolah dan menemukan sekitar 500 pon (230 kg) bahan peledak di sayap selatan yang gagal meledak, menunjukkan bahwa Kehoe bermaksud untuk menghancurkan seluruh bagian sekolah.
In
The End..
Kasus ini, mengajarkan
kepada kita bahwa menggapai tujuan dengan cara menginjak-injak orang lain nyatanya
dapat menyebabkan bencana. Maksudku, sekolahan butuh apa sih. Udah ada sekolah
masih aja pengen yang baru. Kalau udah kena bom kan, sape coba yang mau tanggung
jawab. Si Kehoe udah bunuh diri.
Tambahan : Saat Penyidik memeriksa properti Kehoe di pertaniannya, ditemukan sebuah tulisan besar yang tertempel di pagar. Diketahui bahwa tulisan itu ditinggalkan oleh Andrew Kehoe sebelum kejahatan itu terjadi. Tulisan itu berbunyi :”Criminals Are Made, Not Born”
(Maksudnya adalah, kurang
lebih sama kayak “Orang Jahat adalah
orang baik yang tersakiti” Elah.. Si Joker Kaleeee)—End Of Story
Baca
Juga :
- Kasus Kill Dozer, si Pengemudi Tank Ugal-Ugalan
- Pembunuhan Aktivis HAM Amerika Serikat : Martin Luther King Jr
- Kasus Pembunuhan Presiden AS, John F. Kennedy
Tag: pembunuhan sekolah paling sadis, pembantaian paling sadis, pembunuhan paling sadis di amerika
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Gue suka kutipan akhirnya. Dan setuju sama komentar admin.
ReplyDelete"Tujuan yg baik sekalipun, kalau dikerjakan dgn cara yg salah (Menginjak injak orang lain misalnya) hanya akan menyebabkan bencana".