Pada bulan Juli 1978,
seorang wanita muda Prancis bernama Karine ditembak di dalam mobilnya sendiri
di Pont-Sainte-Maxence saat dia hendak
meninggalkan bioskop. Dia masih hidup dan dapat sembuh, meskipun begitu, dia
tidak mampu mengidentifikasi penyerangnya.
Di bulan-bulan berikutnya,
penyerangan terhadap gadis remaja semakin sering terjadi. Bahkan akan
mengakibatkan kematian salah satu dari mereka.
Namun terlepas dari berbagai
macam penyelidikan, pada akhirnya tidak ada satupun petunjuk yang dapat
menuntun ke pelaku. Apakah karena pelaku sangat pintar? Atau mungkin, karena si
pelaku adalah kepala penyidik
kasus tersebut?
Alain Lamare dan Pengejaran diri sendiri
Alain Lamare adalah seorang
kepala polisi. Namun sebenarnya, dia memiliki dua pekerjaan. Satu sebagai
penegak Hukum, dan satu lagi sebagai penjahat.
Sebuah benang takdir yang
aneh pada akhirnya mempertemukan dua pekerjaan miliknya ini menjadi satu. Itu
adalah saat Kepolisian menyuruhnya untuk menyelidiki kasus penyerangan
gadis-gadis remaja.
Tidak ada yang menyadari
kalau pelaku penyerangan tersebut adalah Alain Lamare sendiri. Dia, yang
berposisi sebagai kepala penyelidikan kasus tersebut, selalu memberikan anak buahnya petunjuk palsu agar penyelidikan itu melenceng kemana-mana.
Alain Lamare pandai dalam hal
menipu. Pelatihannya sebagai seorang militer sebelum bergabung dengan polisi
memberinya keahlian yang sangat terasah sebagai perancang strategi. Terlebih, pekerjaannya
sebagai polisi memberinya akses ke berbagai macam informasi dan sejumlah
kekebalan hukum.
Selama beberapa bulan, dia
memainkan permainan Kira-vs-L dengan
Polisi. Dan dia nampak menikmatinya.
Alain
Lamare dan Kepolisian
Bagi rekan-rekan
detektifnya, Lamare hanya tampak seperti polisi muda yang terlalu bersemangat,
bertekad untuk menyelesaikan kejahatan di depan rekan-rekannya.. Padahal
kenyataannya, dia adalah orang yang mencoba mengacaukan penyelidikan.
Kembali ke kasus Karine.
Kala itu, polisi mendapat informasi
bahwa Mobil milik Karine dilaporkan dicuri. Padahal, mobil itu sangat penting
untuk penyelidikan mengingat Karine ditembak di dalam mobil tersebut.
Kenyataannya, Lamare telah
menyembunyikan mobil itu di tempat yang tidak jauh dari tempat kejadian dan
ketika dia mendengar bahwa para detektif sedang mencarinya, dia menuntun mereka
ke mobil tersebut—dia sudah memasang
bahan peledak ringan di mobil tersebut sebelumnya
Ketika para detektif
menemukan mobil tersebut dan membuka pintu, pintu itu akan meledak secara
tiba-tiba dan membuat seluruh mobil terbakar, secara efektif menghancurkan
semua barang bukti yang bisa diambil didalamnya.
Metode ini sering dilakukan Lamare dalam beberapa kasus untuk menghancurkan barang bukti. Untuk menghindari kecurigaan, dia bahkan akan membuka salah satu pintu mobil secara pribadi agar terlihat seperti dia tidak tau apa-apa—Peledak ringan yang dia gunakan diketahui tidak akan menimbulkan luka berat, namun cukup untuk menyulut percikan api yang dapat membakar mobil.
Alain Lamare dan Penyelidikan Lanjutan
Pada bulan-bulan setelah
serangan Karine, dua wanita dilaporkan menjadi korban lain. Seperti kasus
pertama, tidak satupun dari mereka yang mampu mengidentifikasi si penyerang.
Bahkan Saat Alain Lamare memanipulasi mereka dengan sebuah wawancara yang
menyesatkan, mereka berhasil dibuat salah dan mengidentifikasi orang yang
sepenuhnya berbeda.
Pada bulan Desember 1978,
Alain Lamare menyerang wanita muda lainnya, seorang gadis berusia 19 tahun
bernama Yolande. Karena luka yang dia terima cukup fatal, dia pada akhirnya
meninggal dunia. Hal ini secara resmi
menjadikan Lamare sebagai seorang pembunuh.
Merasa berhasil membodohi
polisi berkali-kali, Lamare bahkan mengirim surat kepada kepolisian sebagai
sang pembunuh. Dia membual :
“Hati-Hati dengan hewan yang diburu dan terluka, karena saat dia
marah, dia akan berubah menjadi sangat berbahaya.” Tulisnya
“Aku sudah
terbiasa dengan darah dan tragedi. Aku berharap untuk menikmatinya bersama
kalian.”
Bualan itu mungkin terlihat
keren, barangkali, Lamare ingin berusaha terlihat seperti Zodiac Killer ataupun
pembunuh-pembunuh berantai lain yang berhasil mengirim surat ke polisi atas
kejahatannya dan pada akhirnya tidak tertangkap. Sayangnya, surat itu adalah
sebuah blunder.
Alain Lamare Vs Kepolisian
Tanpa sepengetahuan Lamare,
sekelompok kecil penyidik sudah mulai mengumpulkan informasi tentang dirinya.
Beberapa dari mereka mulai menyadari bahwa setiap kali ada petunjuk baru dari
pelaku, Lamare yang selalu pertama datang ke TKP.
Mereka juga memperhatikan
bahwa surat yang dikirim pelaku, ditulis dengan gaya tulisan yang sama dengan
catatan polisi milik Lamare. Bentuk huruf-hurufnya pun serupa.
Sekelompok penyidik itu juga
dengan cepat menyadari bahwa Lamare ternyata juga penggemar senjata dan
memiliki pengetahuan mekanik dan paham bagian-bagian mesin mobil.
Ketika sekelompok penyidik
itu membagikan temuan mereka dengan atasan, surat perintah penangkapan langsung
dibuat saat itu juga. Kelompok penyidik tersebut menemukan fakta bahwa para
pimpinan mereka, juga ternyata sudah memiliki kecurigaan terhadap Lamare dan
sudah mengumpulkan informasi penyelidikan mereka sendiri.
Lamare ditangkap dikantornya
sendiri, saat tengah ber’Acting’ menganalisa data dari kasus
pembunuhan Yolande.
Akhir
dari Alain Lamare
Pasca ditangkap, Alain
Lamare bahkan tidak mau repot-repot untuk berpura-pura. Topeng penyamarannya
runtuh. Di dalam ruang interogasi, dia bahkan berteriak-teriak “Kalian cukup cerdas
untuk langsung memborgolku wahai para polisi tolol.” Teriaknya “Jika tidak, aku pasti sudah menembak kalian semua!”
Penggeledahan lantas dilakukan
di apartemen Alain Lamare. Dalam penggeledahan tersebut, polisi langsung
menemukan daftar nama dari orang-orang yang dia maksudkan untuk menjadi korban
berikutnya.
Polisi menyerahkan daftar
tersebut dan sedikit bukti yang mereka miliki ke pengadilan. Dalam persidangan,
Lamare dinyatakan gila
dan terbebas dari segala macam hukum pidana resmi. Meskipun begitu, dia
dijatuhi kurungan seumur hidup di rumah sakit jiwa.
Agar nama penegak hukum
setempat tidak tercemar, departemen kepolisian sempat membuat surat-surat yang
membuat seolah-olah Alain Lamare telah mengundurkan diri. Sayangnya, Lamare menolak mendandatangani
surat tersebut.
Anehnya adalah, tatkala dia di rumah sakit jiwa, dan diawasi penuh oleh psikiater,yang mengatakan bahwa kondisi mentalnya dinyatakan stabil dan sangat memenuhi syarat untuk lolos dari setiap tes departemen penegak hukum. Yap. Menurut psikiater, dia tidak gila sama sekali
Lamare, saat di kepolisian be like :
Baca
Juga :
- Karma Ken Rex McElroy, Akhir Hidup Preman Terkuat di Bumi
- Osaka School Massacre, Pembunuh yang Menyusup ke sebuah SD
- Graham Young, Orang yang membawa Istilah “Mad Scientist” ke Level Ekstrim
Tag : Polisi paling korup, Kasus Alain Lamare, Pembunuhan Alain
Lamare
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Light Yagami in real life.
ReplyDeleteVersi dongok dikit tapi. Yagami yg asli blunder nya ga fatal gitu (Aslinya malah ga blunder sama sekali. Cuma Mello sama Near aja yg akhirnya berhasil buka topeng dia karena kerjasama).