Yeti, adalah sebutan untuk makhluk bipedal misterius yang dikatakan tinggal di pegunungan salju Asia. Banyak orang bilang bahwa mereka terkadang menemukan beberapa jejak kaki di salju yang ukurannya lebih besar dari jejak beruang tatkala mereka menjelajah.
Meskipun secara ilmiah,
keberadaannya belum terbukti, namun orang-orang yang ‘mengaku’ pernah melihat
Yeti, menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut :
Yeti dikatakan berotot, dan
seluruh tubuhnya ditutupi dengan rambut abu-abu gelap. Dia memiliki berat
antara 200 dan 400 lbs. (91 hingga 181 kilogram). Yeti relatif pendek
dibandingkan dengan Bigfoot Amerika Utara, yaitu hanya sekitar sekitar 6 kaki
(1,8 meter). Ada juga yang mengatakan, ukuran bisa bervariasi tergantung Usia
dan jenis kelamin.
Yeti
Menurut Cerita Rakyat
Yeti sering disebut dalam legenda
kuno dan cerita rakyat orang Himalaya. Dalam sebagian besar cerita, Yeti adalah
sosok yang berbahaya, kata penulis Shiva
Dhakal. Cerita-cerita tersebut sering diceritakan kepada anak-anak dengan
membawa moral berupa peringatan untuk menghindari hewan liar yang berbahaya dan
untuk tinggal di rumah yang aman dari mara bahaya.
Alexander The Great pernah
menuntut untuk melihat Yeti ketika dia menaklukkan Lembah Indus pada 326 SM. Namun
kala itu, penduduk setempat mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak dapat
menghadirkan Yeti karena makhluk itu tidak dapat bertahan hidup di ketinggian
serendah itu.
Di zaman modern, ketika
orang Barat mulai bepergian ke Himalaya, mitos tentang keberadaan Yeti menjadi
lebih sensasional. Pada tahun 1921, seorang jurnalis bernama Henry Newman
mewawancarai sekelompok penjelajah Inggris yang baru saja kembali dari
ekspedisi Gunung Everest. Para penjelajah mengatakan kepada wartawan bahwa
mereka telah menemukan beberapa jejak kaki yang sangat besar di salju. Jejak
itu digambarkan lebih besar dibanding jejak beruang dan bentuknya mirip seperti
kaki manusia.
Pada bulan Maret 1986,
Anthony Wooldridge, seorang pejalan kaki di Himalaya, melihat apa yang dia
pikir sebagai Yeti berdiri di salju dekat punggung bukit sekitar 500 kaki (152
meter) jauhnya. Itu tidak bergerak atau membuat suara, tapi Wooldridge melihat
jejak aneh di salju yang sepertinya mengarah ke sosok itu. Dia mengambil dua
foto makhluk itu, yang kemudian dianalisis dan terbukti bukan merupakan editan
Banyak orang di komunitas
Bigfoot menangkap foto-foto serupa sebagai bukti nyata adanya Yeti, termasuk
John Napier, seorang ahli anatomi dan antropolog yang pernah menjabat sebagai
direktur biologi primata di Smithsonian Institution.
Banyak yang menganggap tidak
mungkin Wooldridge melakukan upaya settingan
karena pengalaman hikingnya yang luas di wilayah tersebut. Tahun berikutnya,
para peneliti kembali ke tempat Wooldridge mengambil foto dan menemukan bahwa
apa yang Wooldridge lihat hanyalah susunan batu vertikal yang memang terlihat
seperti sesosok makhluk hidup (..Jiahhh)
Apakah
Sosok Yeti benar-benar ada?
Sebagian besar bukti
keberadaan Yeti berasal dari penampakan dan laporan. Seperti Bigfoot dan
monster Loch Ness, tidak ada bukti kuat yang jelas tentang keberadaan Yeti,
meskipun beberapa laporan saksi memang telah muncul selama bertahun-tahun.
Pada tahun 1960, Sir Edmund
Hillary, orang pertama yang berhasil sampai ke puncak Gunung Everest, mencoba mencari
bukti tentang Yeti.
Dia menemukan apa yang dia klaim
sebagai kulit kepala dari binatang itu, meskipun para ilmuwan kemudian mengkonfirmasi
bahwa kulit berbentuk helm yang ditemukan Sir Edmund, sebenarnya adalah milik serow, atau hewan Himalaya yang mirip
dengan kambing.
Pada tahun 2007, pembawa
acara TV Amerika Josh Gates mengklaim dia menemukan tiga jejak kaki misterius
di salju dekat sungai di Himalaya. Penduduk setempat skeptis, dan pada akhirnya
mengkonfirmasi bahwa Gates (yang baru berada di daerah itu selama sekitar satu
minggu) hanya salah mengartikan jejak beruang.
Pada tahun 2010, pemburu di
China menangkap hewan aneh yang mereka klaim sebagai Yeti. Hewan misterius,
tidak berbulu, berkaki empat ini awalnya digambarkan memiliki ciri-ciri
menyerupai beruang, tetapi akhirnya diidentifikasi sebagai musang, hewan kecil
mirip kucing yang kehilangan bulunya karena penyakit.
Sebuah jari yang pernah
dipuja di sebuah biara di Nepal dan lama diklaim berasal dari Yeti diperiksa
oleh para peneliti di Kebun Binatang Edinburgh pada tahun 2011. Jari tersebut
menimbulkan kontroversi di antara penganut Bigfoot dan Yeti selama beberapa
dekade, hingga analisis DNA membuktikan bahwa jari tersebut adalah jari milik
manusia. Kemungkinan dari mayat seorang
biarawan.
Saat
Russia Mengklaim Menemukan Yeti
Pemerintah Rusia pernah
tertarik untuk meneliti keberadaan Yeti pada tahun 2011, dan menyelenggarakan
konferensi para ahli Bigfoot di Siberia barat.
Peneliti Bigfoot dan ahli
biologi John Bindernagel mengklaim bahwa dia melihat bukti bahwa Yeti tidak
hanya ada tetapi juga membangun sarang dan perlindungan dari cabang-cabang
pohon yang bengkok (dalam presentasinya, John Bindernagel juga melampirkan
foto)
Kelompok itu menjadi berita
utama di seluruh dunia ketika mereka mengeluarkan pernyataan bahwa mereka
memiliki "bukti tak
terbantahkan" dari keberadaan Yeti. Bukti itu didasari dari beberapa
bulu mirip rambut yang ditemukan di lumut-lumut disebuah gua. (untuk teori yang
ini, John juga memiliki fotonya)
John Bindernagel mungkin
berusaha, tetapi ilmuwan lain yang mendengar statement tersebut menyimpulkan
bahwa bukti yang "tak
terbantahkan" itu nyatanya palsu. Terlebih lagi, pasca dilakukan
ekspedisi ke beberapa gua yang berpotensi ditinggali Yeti untuk menemukan bulu
mirip rambut yang dimaksud. Jangankan bulu, sarang perlindungan pun tidak
ditemukan.
Setelah konfrensi Yeti itu
dibantah oleh ilmuan lain, mereka tidak bersuara lagi. Banyak yang meyakini
kalau konferensi tersebut hanyalah akal-akalan pemerintah Russia untuk
menaikkan arus pariwisata ke daerah-daerah tertentu di negaranya. (Hmmm..)
Tes
DNA untuk Menemukan Yeti
Pada tahun 2013, ahli
genetika Oxford Bryan Sykes mngajukan permintaan kepada semua penganut dan
institusi Yeti di seluruh dunia yang mengklaim memiliki sepotong rambut, gigi,
atau sel Yeti. Dia meminta seluruh institusi tersebut untuk mengirim setiap
sampel Yeti yang mereka punya supaya dapat dilakukan tes DNA.
Dia menerima 57 sampel, 36
di antaranya dipilih untuk tes DNA, menurut University College London (UCL).
Sampel-sampel ini kemudian akan dibandingkan dengan genom hewan lain.
Sebagian besar sampel
ternyata berasal dari hewan terkenal, seperti sapi, kuda, dan beruang. Namun,
Sykes menemukan bahwa dua sampel (satu dari Bhutan dan lainnya dari India)
memiliki keunikan. Keunikan yang kemudian menjadi sebuah penemuan besar.
Jika kau berpikir dia pada
akhirnya berhasil membuktikan keberadaanYeti, maka Yap, kau benar salah.
Alih-Alih Yeti yang ditemukan, Dua sampel tersebut 100 persen cocok dengan tulang
rahang beruang kutub Pleistosen yang
hidup antara 40.000 dan 120.000 tahun yang lalu. Dengan kata lain, mereka malah
menemukan fossil langka.
Sayangnya, dua ilmuwan lain,
Ceiridwen Edwards dan Ross Barnett, melakukan analisis ulang terhadap data yang
sama. Mereka mengatakan bahwa sampel itu sebenarnya milik beruang Himalaya,
subspesies langka dari beruang coklat.
Tim peneliti lain, Ronald H.
Pine dan EliƩcer E. GutiƩrrez, juga menganalisis DNA dan juga menyimpulkan
bahwa "tidak ada alasan untuk
percaya bahwa dua sampel Sykes dkk. berasal dari apa pun kecuali beruang coklat
biasa."
Pada akhirnya, para ilmuan
itu melupakan tujuan awal mereka untuk menemukan Yeti, dan malah berdebat
tentang spesies Beruang.
Tes
DNA untuk (benar-benar) Menemukan Yeti
Pada tahun 2017, tim
peneliti lain menganalisis sembilan spesimen "Yeti", termasuk sampel
tulang, gigi, kulit, rambut, dan tinja yang dikumpulkan dari biara, gua, dan
situs lain di Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet.
Mereka juga mengumpulkan
sampel dari beruang di wilayah tersebut dan dari hewan di tempat lain di dunia.
Dari sembilan sampel Yeti
tersebut, delapan berasal dari beruang hitam Asia, beruang coklat Himalaya atau
beruang coklat Tibet. Kesembilan berasal dari seekor anjing.
Dan yap, dengan semua data
yang sudah terkumpul. Nampaknya keberadaan Yeti belum dapat dibuktikan.
Epilogue
Sebenarnya ini kasus yang
cukup menarik. Pasalnya, Istilah Yeti memang sudah ada di kalangan masyarakat
Himalaya dan sekitarnya sebagai cerita rakyat.
Tentu dengan segala macam
tes diatas, keberadaannya memang secara ilmiah tidak terbukti dan akan semakin
sulit untuk mempercayai eksistensinya
pasca rentetan uji coba yang dilakukan.
Namun hal tersebut admin
yakin tidak akan menghentikan para true
believers diluar sana yang masih
percaya terhadap keberadaan sosok Yeti ataupun Bigfoot. Setelah semuanya, tidak ditemukan belum berarti tidak ada sama sekali.. kan?
Kan?
Baca
Juga :
League
Of Monsters : Penampakan Mothman di West Virginia
League
Of Monsters : Misteri Wendigo, Makhluk Musim Dingin Pemburu Manusia
Tag : Misteri keberadaan Yeti, Penampakan Yeti, Misteri Yeti, Yeti
Yang misterius, kasus penampakan Yeti, asal usul Yeti, Legenda Yeti.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Bedanya sama Big Foot apa?
ReplyDeletenah itu, sebenarnya, Bigfoot, Sasquatch dan Yeti menurut admin gak ada bedanya. Namun beberapa orang sering membedakan mereka berdasar pada habitat.
DeleteApapun itu, mereka bertiga punya kesamaan = yaitu merupakan 'mitos' sampai terbukti nyata secara ilmiah.