Valerio Viccei, seorang pria yang sudah menjadi buronan karena 50 kasus perampokan bersenjata di Italia, hampir melakukan kejahatan yang sempurna pada tahun 1987 di London. Tatkala Valerio berjalan dengan asistennya di bank, mereka berhasil mencuri $97 juta dengan sebuah tipu muslihat licik
Kala itu aktivitas bank
berjalan seperti biasa. Valerio masuk ke bank dan berpura-pura menjadi salah
satu nasabah bank tersebut. Didampingi oleh asistennya, mereka mengajukan
permohonan untuk menyewa sebuah brankas. Berpura-pura sebagai orang kaya yang
hendak mendeposit barang-barang seperti emas, berlian dan perhiasan-perhiasan
lain di penyimpanan aman bank tersebut.
Bank tentu saja tidak
memiliki kecurigaan apapun, karena cara berpakaian Valerio, gaya biacara dan
dengan dibuntuti asisten kemana-mana, hal itu membuat bank yakin bahwa Valerio
hanyalah satu dari sekian konglomerat yang biasa mereka temui setiap hari.
Pihak bank baru tau niat
sebenarnya Valerio tatlaka mereka sudah membawa lelaki itu masuk ke lemari
besi.
Perampokan
Knightsbridge
Terkenal sebagai
"Perampokan Deposito Keamanan Knightsbridge", itu terjadi pada 12
Juli 1987 di Cheval Place, Knightsbridge, Inggris. Bagian dari Kota Westminster
di London.
Sebelum perampokan
Knightsbride. Valerio tiba di London pada 1986 dari negara asalnya, Italia, di
mana sebenarnya dia tengah diburu pihak
keamanan italia karena dia bertanggung jawab atas lebih dari 50 perampokan
bersenjata di negara Pizza tersebut.
Begitu Valerio datang ke
London, ia melanjutkan karir perampokannya untuk mendanai gaya hidup
playboynya. Kali ini, ia mendapat bantuan dari Parvez Latif, seorang pecandu kokain
setempat yang di temuinya beberapa saat setelah dia datang ke London. Parvez kala
itu tercatat memiliki hutang yang sangat besar, jadi rencana perampokan Valerio,
merupakan hal yang sangat sulit dia tolak.
Dan tidak perlu waktu lama
sampai Valerio menandai sebuah bank di Cheval Place, Knightsbridge sebagai
target operasinya.
Pada hari perampokan,
Valerio dan Parvez memasuki bank dan berpura-pura menjadi nasabah. Valerio
berperan sebagai seorang milyarder dan Parvez berperan sebagai asistennya.
Setelah bernegosiasi hendak
menyewa brankas untuk menyimpan barang-barang berharga. Mereka pun diantar
untuk melihat brankas yang dimaksud.
The
Grand Plan
Begitu mereka memasuki
lemari besi, kedua pria itu mengeluarkan pistol dan langsung mengalahkan
manajer dan semua penjaga keamanan. Mereka kemudian menyandera orang-orang yang
ada di bank dan membalik tanda tutup di pintu depan.
Setelah tempat diamankan,
mereka pun mempersilahkan sekian orang untuk masuk. Orang-orang itu adalah kawan-kawan
Parvez yang diperkenalkan ke Valerio beberapa hari sebelum perampokan ini
terjadi.
Dengan membawa beberapa
orang sekaligus. Mereka berhasil membuka banyak brankas, mendapatkan uang, emas
dan perhiasan yang cukup banyak.
Satu jam setelah perampokan,
waktu pergantian shift pun tiba, saat
itulah orang-orang yang datang baru mengetahui kejahatan yang terjadi. Tidak
ada yang tau akan perampokan tersebut karena komplotan Valerio sangat disiplin
dalam menjaga para sandera untuk tidak menginformasikan hal ini kepada polisi.
Saat Polisi dikabari, komplotan
Valerio sudah pergi dan berhasil menggondol lebih dari 60 juta pound Inggris,
yang kala itu mendekati $97 juta dengan nilai tukar 1987.
Pemburuan
Valerio
Polisi melakukan investigasi
dengan All In. Membawa Forensik untuk
mencari jejak sidik jari dan mulai pengembangan kasus dengan menyeluruh.
Mereka juga mengawasi pergerakan uang
yang mencurigakan pasca perampokan terjadi (Jika
satu atau beberapa orang melakukan pembelian barang atau properti secara tidak
wajar, maka mereka akan dicurigai)
Hanya dalam waktu satu bulan
pasca perampokan, Polisi berhasil mendapatkan nama-nama dari kaki tangan
Valerio. Pada tanggal 12 Agustus 1987, polisi melakukan penangkapan serentak
kepada orang-orang tersebut.
Sayangnya, sang dalang
dibalik perampokan tersebut, Valerio melarikan diri ke Amerika Latin, dimana ia
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan hidup yang damai (tanpa merampok).
Kala itu, polisi tidak mampu menangkap Valerio yang kabur karena mereka tidak
memiliki kewenangan.
Sebenarnya, Valerio bisa
saja hidup damai sampai akhir hayatnya. Menikmati kekayaan yang sudah dia dapat
dari hasil perampokan Knightsbride. Namun sebuah kebodohan harus mengutuknya
dan memaksanya mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kala itu, Valerio yang sudah
terlanjur kaya, sudah merasa seperti tak terkalahkan. Secara, dia memiliki
harta banyak dan apapun bisa dia dapatkan. Dan yap, sudah disebutkan bahwa
Valerio adalah orang yang menikmati kehidupan playboy. Dan karena terdorong
hasrat untuk pamer ke lawan jenis, dia melakukan sebuah blunder yang kemudian
akan dia sesali seumur hidupnya.
The
Fast and The Fist
Pada suatu kesempatan, ia
memutuskan untuk kembali ke Inggris demi mengambil Sebuah Ferarri Testarosa
yang dia miliki dan tinggalkan. Berharap dapat membawa mobil itu ke Amerika
Latin dan memamerkannya kepada harem
nya.
Sayangnya pihak kepolisian
yang mendapat informasi kedatangan Valerio kembali ke tanah Inggris langsung
bergerak. Mereka menunggu momen ini sangat lama dan tidak mungkin melepaskan
bedebah yang membawa kabur uang masyarakat begitu saja.
Kepolisian sengaja menunggu
Valerio untuk mengendarai Ferarri kesayangannya itu sebelum mereka bergerak.
Tatkala Valerio sudah berkendara di jalan raya, Polisi langsung mengeluarkan
segenap Unit yang mereka punya dan memblokade Jalan-jalan yang akan Valerio
lewati.
Pengejaran ini tentu saja
tidak diharapkan oleh Valerio. Dia kaget dan tentu saja langsung panik.
Sayangnya deretan polisi ini menyerang tanpa ampun. Valerio yang sempat
berusaha kabur dipepet dan ditabrak berkali-kali. Ferarri yang harusnya dia
bawa untuk diperlihatkan kepada para wanitanya mulai nampak tak berbentuk.
Valerio pada akhirnya
menyerah tatkala mobilnya sudah tidak bergerak lagi. Kaca depannya pecah dan
body mobilnya peyok. Dia diseret paksa dari mobilnya. Wajahnya terkena pukulan
satu kali sebelum akhirnya dia dinyatakan tertangkap.
Dengan begitu, Karir Valerio
sebagai penjahat pun berakhir.
The
End Of Valerio
Valerio menghabiskan
beberapa tahun di penjara setelah ditangkap. Setelah lima tahun di penjara
Inggris, dia kemudian diekstradisi ke penjara Pescara, Italia.
Sejak 1996, ia menjalani
kehidupan mewah di penjara baru. Berkat kebijakan semi-kebebasan Italia, dia
bisa melakukan apa saja yang dia mau, asalkan dia kembali ke selnya di malam
hari.
Valerio dapat meninggalkan
selnya pada pukul 07:45 setiap hari, dan kemudian kembali pada malam hari.
Begitu keluar, dia akan berkendara ke flat terdekatnya dengan Volvo S90-nya.
Dia juga memiliki Mercedes dan mobil Audi A3 di rumahnya.
Begitu dia sampai di tempat
tinggal miliknya, Valerio akan berganti pakaian dengan salah satu pakaiannya
yang didesain oleh desainer ternama, dan kemudian pergi ke kantor. Dia memiliki
dan menjalankan sebuah perusahaan penerjemah kecil-kecilan. Di penghujung hari,
Valerio akan kembali ke penjara dan tidur di sell nya pada pukul 10:30 malam.
Terlepas dari kebebasan yang
dia dapat, Valerio mengakui bahwa itu merupakan kehidupan yang membosankan.
Meskipun begitu, dia tetap menjalaninya karena memang hanya itu yang dia punya
saat ini.
The
Real End Of Valerio
Memang aneh melihat sosok
Valerio yang menikmati kehidupan kantor. Bahkan para petugas polisi pun
merasakan hal yang sama. Perbincangan makan siang para polisi yang bertugas
untuk mengecek keadaan Valerio secara berkala pasti selalu berkutat kepada;
Valerio yang kemungkinan besar merencanakan sesuatu.
Ini hanya firasat mereka dan
sesekali hanya digunakan sebagai candaan kepada petugas baru yang tidak
mengenal Valerio. Dan para polisi itu selalu mengakhiri perbincangan mereka dengan
tawa pada akhirnya.
Namun kecurigaan yang
‘bercanda’ ini pada suatu hari menimbulkan hal iseng untuk membuntuti Valerio tatkala dia keluar dari penjara di
siang hari. Dengan menyamar dan tanpa atribut, mereka pun mencoba mencari tau
apa yang dilakukan Valerio selain bekerja di kantornya.
Disuatu hari yang Random dan di waktu yang Random pula, para polisi itu memergoki
Valerio yang tengah berdiri di samping mobil Lancia Thema yang dicuri di jalan
tanah di pedesaan dekat Ascoli pada pukul 11:30 pagi.
Valerio berdiri di sana
bersama sosok mafia Italia Antonio
Maletesta, ketika petugas polisi mendekati mereka dan berbasa-basi meminta
STNK mobil tersebut. Antonio langsung berlari kabur. Disisi lain, Valerio malah
mengeluarkan pistol semi-otomatis Magnum 357 yang dia bawa.
Polisi Enzo Baldini yang
melihat hal itu langsung bergerak cepat dan menembakkan pelurunya. Polisi itu
selamat dengan luka ringan, sementara Valerio tewas di tempat.
Di dalam mobil, polisi
menemukan beberapa topeng ski dan senjata semi-otomatis. Dia percaya bahwa
Valerio sedang dalam proses merencanakan perampokan yang baru.
The End
Baca
Juga :
- The Bank Robbers Saga : Saat Santa Claus malah Merampok di Malam Natal
- The Bank Robbers Saga : Kasus John Wojtowicz, The Infamous Heist for Pu$$y
- The Bank Robbers Saga : The Brink’s Mat Robbery dan Emas Batangan Pembawa Sial
- The Bank Robbers Saga : Dunbar Armored Heist, Perampokan yang (terlalu) Sempurna
Tag : Perampokan Paling Jenuis, Perampokan Bank, Perampok Paling Cerdas
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
Kalo perampokan sebelumnya ada dosa besar "Serakah" (Greed), sekarang "Kesombongan" (Envy).
ReplyDeleteBikin cerita kasus perampok yg berisi 7 Dosa Besar kayanya OK juga.
soal prampokan untuk operasi gender kemarin, Nafsu (Lust) berarti
Delete