From theholders.org
Translated by Admin
Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah rehabilitasi yang bisa kau kunjungi. Bawalah seperangkat alat lukis (cat dan kuas) dalam perjalananmu kali ini. Saat kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Hati” [The Holder Of The Heart].
Jika ekspresi tidak tertarik muncul di wajah si pegawai,
bersikeraslah dan tanya padanya sekali lagi, namun dengan nada yang lebih
tegas. Sementara jangan biarkan nada itu memudar dari suaramu. Mereka tahu kau
di sini, dan mereka tidak akan ragu untuk membunuhmu di tempat.
Begitu ia menyerah dan bangkit dari mejanya, ikutilah pegawai
itu sampai di pintu masuk sebuah koridor. Koridor itu akan terlihat sangat
ganjil, dan sebelum memasuki koridor itu, sang pegawai akan berhenti.
Ia akan memberimu sebuah topeng yang setengah bagiannya
berisi simbol aneh dan setengahnya lagi berwarna hitam. Ada baiknya topeng itu
dipakai sebelum masuk melewati koridor tersebut, karena kau tidak ingin mereka
melihat wajahmu; mereka mampu membedakanmu dari keramaian dengan sangat baik.
Si pegawai akan berdiri di sana, namun hal itu tidak akan membantumu.
Berjalanlah di sepanjang koridor dengan mengenakan topeng
itu. Begitu kau sampai di ujung koridor, kau akan tiba di depan sebuah pintu
kayu ala zaman petani, raja-raja, dan ksatria.
Ketuk dua kali pintu tersebut, dan katakan ini dengan benar:
“Aku ingin bertamu, aku tidak bermaksud mengacau.” Jika kau mengatakan hal
lain, pintu itu akan meledak, hancur berkeping-keping, dan pencarianmu akan
mustahil untuk dilanjutkan.
Tetapi, jika kau mengatakan hal yang tepat, pintu itu akan
terbuka perlahan, dan kau akan didorong masuk oleh semacam kekuatan asing.
Tidak perlu menoleh ke belakang, karena tidak ada siapapun di sana. Maksudnya,
belum.
Dibalik pintu, kau akan tiba di sebuah jalan besar di tengah
hutan, dan pintu yang kau lewati tadi akan lenyap dari pandangan, tanpa
menyisakan apapun selain tumpukan abu. Jauh diujung jalan tersebut: kau akan
melihat sebuah kastil besar.
Berjalanlah menyusuri jalan tersebut untuk mencapai kastil
yang dimaksudkan. Tidurlah dimanapun tubuhmu jatuh, dan tetaplah mengenakan
topengnya sepanjang waktu. Benda itu adalah satu-satunya yang melindungimu saat
ini. Perjalananmu akan terasa seperti berhari-bari bahkan berminggu-minggu
sebelum kau mencapai Kastil; teruslah berjalan sampai kau mencapai sebuah pintu
besi. Saat kau sudah sampai di depan pintunya, Ketuk dua kali, dan katakan, “Aku datang untuk Hatiku.”
Akan ada sebuah papan geser di pintunya, dan benda itu akan
terbuka, memperlihatkan mata terang keemasan yang akan mengintip. Tanyakan
hanya hal ini padanya: “Apa kau memiliki
sesuatu yang kucari?”
Menanyakan hal lain, maka pintu tersebut tidak akan terbuka,
dan kau akan ditinggalkan di luar. Jika kau mencoba kembali ke arah kau masuk,
kastil itu akan menghilang dan kau mungkin akan ingat bahwa pintu yang kau
gunakan kesini sudah lenyap.
Jika pintu kastil itu terbuka dan kau diperbolehkan masuk,
masuklah. Dengan seketika pintu besi tersebut akan tertutup saat kau sudah
sepenuhnya di dalam. Sang pemilik mata keemasan yang menyambutmu tadi tidak
akan terlihat dimanapun. Itu lebih baik bagimu.
Dibalik pintu besi kastil, kau akan menemukan dirimu berada
di sebuh lorong. Di sini, di Lorong, semuanya aman, jadi kau bebas melepas
topengmu dan melihat ke sekeliling. Di
sisi kiri Lorong, akan terdapat lukisan-lukisan yang menceritakan tentang
kejadian-kejadian aneh serta pertikaian-pertikaian diluar nalar. Di lukisan
paling ujung, kau akan melihat lukisan dari dirimu sendiri, namun di lukisan
itu kau kehilangan wajahmu, dan di belakang sosokmu itu, akan ada sekawanan
makhluk yang wujudnya tak dapat dijelaskan.
Di sisi kanan lorong, juga akan memperlihatkan
lukisan-lukisan yang tidak kalah menyeramkan. Namun berbeda dengan di sisi
kiri, seluruh lukisan di sisi kanan sudah dirobek dan dicoret-coret. Di sisi
kanan, Lukisan paling ujung adalah sebuah kanvas yang berwarna merah. Seakan
seseorang barusaja mengguyur seember darah kepada kanvas itu.
Kenakan topengmu kembali dan lihatlah kanvas itu menggunakan
lubang mata topeng. Jika kau melihat kanvas itu berubah warna menjadi hitam,
maka larilah dari tempat itu, pergilah sejauh yang kau bisa dan bersembunyilah
dimana saja. Kanvas itu melihat sisi busuk dari dirimu dan menginginkannya. Jika
kau tidak bisa keluar dari tempat itu, maka tak apa. Carilah tempat yang paling
aman untuk mengakhiri hidupmu sebelum sesuatu yang ada di dalam kanvas itu
keluar dan menemukanmu.
Disisi lain, jika kanvas itu berwarna putih, maka
keluarkanlah alat lukis yang kau bawa dan mulailah melukis disitu. Lukislah
sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu itu boleh berupa kenangan-kenangan manis,
atau sosok yang paling kau cintai. Jika gambarmu jelek, itu tak apa. Karena
yang penting adalah keinginan untuk menuangkan segenap perasaan kedalam
kreasimu.
Saat selesai, lihatlah kembali lukisanmu, namun dengan
melepas topeng yang kau kenakan. Jangan terkejut atas apa yang kau lihat.
Lukisan yang kau kira indah tadi, akan memperlihatkan bentuk aslinya. Sebuah
lukisan buruk yang memperlihatkan kekerasan, tragedi gila dan berdarah.
Kau mungkin akan terguncang. Mencoba mengingat apa benar kau
tadi melukis hal seperti ini? Kukatakan padamu, bahwa itu adalah 100 persen
karyamu. Tidak ada campur tangan kekuatan lain dari hal yang kau curahkan di
kanvas.
Kau mungkin akan menjadi gila hanya dari melihat lukisan
buatanmu sendiri itu. Jika itu yang terjadi. Maka kau akan mendapat keinginan
untuk menghancurkan lukisan itu ditempat dan mencabik-cabiknya seperti lukisan
di dinding kanan yang lain. Jika itu yang kau lakukan, maka riwayatmu sudah
tamat. Disetiap kerusakan yang terjadi atas lukisan itu, semuanya akan berbalik
kepada sang pembuat dengan kerusakan 100 kali lipat. Tubuhmu akan hancur
berkeping-keping, seperti para pencari (Seekers)
pendahulumu.
Namun Jika kau masih bisa mengendalikan diri, cabutlah
lukisan itu dari temboknya. Jangan membenci lukisan itu, karena disetiap garis
dan titik, tercurahkan ide dan gagasan yang berasal dari lubuk hatimu.
Dibalik tembok tersebut,
akan muncul sebuah lubang yang harus kau masuki. Lubang itu akan menuntunmu
kedalam sebuah ruangan. Ruangan tersebut ditinggali oleh sesosok perempuan berwajah
pucat yang tengah menulis. Dia akan terlihat duduk tanpa suara sembari
mencurahkan setiap tulisannya menggunakan pena bulu ke sebuah kertas. Tinta
yang dia gunakan adalah tinta berwarna merah darah. Apa yang dia tulis,
sepenuhnya diluar pemahamanmu.
Tunggulah dan jangan bersuara. Dia akan berhenti saat
tintanya habis. Tunggulah, tidak peduli berapa lamanya. Jangan diinterupsi
ditengah kegiatannya, karena dia akan murka dan kemurkaannya itu, akan
sepenuhnya dilumpahkan kepadamu. Kau tidak ingin hal itu terjadi.
Saat ia selesai menulis dan semua tintanya sudah habis, kau
boleh bertanya satu hal, “Mengapa orang-orang
yang bersih menderita lebih dahulu?”
Ia akan bangkit, menatap lurus padamu. Lalu ia akan
menjelaskan padamu, secara rinci, tentang tragedi-tragedi serta
kematian-kematian dari orang yang kau kenal, orang yang tidak kau kenal, dan
orang yang kau harap tidak kau kenal. Ketika ia berhenti, ia akan melangkah
mundur dan bertanya; apakah gerangan
dirimu.
Jika kau salah memahami pertanyaannya dan menjawab dengan
tidak tepat, kau akan berharap iblis-iblis di luar akan menyentuhmu duluan.
Jawaban dari pertanyaannya itu berada di sebuah lukisan yang kau lukis tadi. Karena
lukisan itu datang dari jiwamu yang terdalam. Setiap makna akan tergambar
secara tersirat, Tentang siapa dirimu. Kau seharusnya paham, karena kau yang
melukisnya. Jika kau tidak paham.. Yah.. mati saja.
Jika kau menjawab dengan benar. Maka sang wanita itu akan
tersenyum dan memperlihatkan wujud aslinya kepadamu.
Transformasinya akan sangat mengerikan, kulitnya meleleh dan matanya
akan meluruh dengan selaput yang masih menggantung pada bola matanya, sebelum
akhirnya terputus dengan sendirinya; seluruh rambutnya akan rontok, dan
lidahnya akan tercabut dengan paksa.
Kulitnya, yang tersisa, kini terlihat berwarna hitam pekat
dan rongga matanya menyinarkan cahaya kuning keemasan, dan ukuran badannya akan
membuat bahkan iblis terbesar sekalipun gemetar. Meskipun begitu, janganlah
menggigil ketakutan melihat wujud aslinya; karena ia hanya akan menyerang
seorang pengecut.
Dengan keangkuhan dalam suaramu, serukan kembali jawabanmu.
Ia akan tertawa gila sebelum ukurannya akan mengembang lebih besar dibanding
ruangan yang kau masuki. Saat langit-langit diatasmu mulai tersundul runtuh.
Seberkas cahaya terang akan measuk ke dalam dan menyinarinya, dan Sang Penjaga
akan meleleh menjadi genangan cairan hitam kecil.
Satu-satunya hal yang tersisa darinya adalah sebuah gantungan
kunci, dengan hati merah berkilau menguntai di salah satu ujungnya. Di depanmu
akan muncul sebuah pintu putih yang tak terkunci. Dengan cepat ambillah rantai
kunci tadi dan keluarlah melewati pintu dengan mata terpejam, serapat mungkin.
Dalam satu menit ke depan, kau akan merasakan sensasi
terjatuh. Jangan membuka matamu, karena kau tidak ingin tahu kau sedang
terjatuh dimana, dan membuka mata akan membuatmu terjebak di sana untuk
selamanya.
Saat kau jatuh tertelungkup di atas sesuatu yang terasa
seperti beton, dan kau merasakan hangat di badanmu, kau boleh membuka mata.
Sekarang kau berada di luar institusi atau rumah rehabilitasi, persis dimana
kau mulai masuk, beberapa saat lalu. Topeng yang tadi kau kenakan akan
menyusut, terbakar menjadi abu oleh api hitam, ditiup menjauh oleh angin.
Gantungan kunci itu
adalah objek ke-89 dari 538.
“Konon katanya.
Gantungan Kunci ini memiliki pasangan, yang dijaga oleh Holder yang lain.
Tugasmu adalah menemukan gantungan kunci yang lain dan menyatukannya.”
Baca
The Holders Series Lainnya
Catatan Admin : Pasangan
yang dimaksud adalah obyek milik The
Holder Of Present. Admin gak tau kalau kemungkinan bakal ada obyek yang ke
3 atau seterusnya. Well.. Mungkin kita akan tau bersama di chapter-chapter
kedepannya.
Tag:
Cerita Horor, The Holders Series Bahasa Indonesia, Creepypasta.
Mohon jangan copas sembarangan artikel di blog ini, buatnya susah gan. Mengutip boleh, namun mohon sertakan sumber backlink ke blog ini. Terima Kasih
0 Response to "Chapter 89 : The Holder Of The Heart"
Post a Comment